Keuntungan dan Kekurangan Sistem Penomoran Seri, Unit dan Seri Unit REKAM MEDIS

      Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

      Petunjuk Teknis (Juknis) Pengisian Formulir Rekam Medis Laporan Operasi (RM RI 53)

      Diisi Oleh Perawat, Perawat Anestesi, Dokter Anestesi dan Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP)

      NoElemen:Cara Pengisian
      1.Informasi Identitas Pasien:Tempel Barcode: Nama, No. RM, Tanggal Lahir/Umur, Jenis Kelamin, NIK, Register Rawat Inap, Tgl. Masuk dirawat dan jam.Tanggal lahir dan Nomor rekam medis.
      2.KSM:Diberi tanda check list (√) salah satu dari sebelas pilihan sesuai dengan KSM.
      3.Gol Operasi:Diberi tanda check list (√) salah satu dari empat pilihan sesuai dengan Golongan Operasi.
      4.Kamar:Diberi tanda check list (√) salah satu dari lima pilihan sesuai dengan Kamar Operasi.
      5.Klasifikasi:Diberi tanda check list (√) salah satu dari dua pilihan sesuai dengan Tipe Operasi.
      6.Jenis Operasi:Diberi tanda check list (√) salah satu dari empat pilihan sesuai dengan Jenis Operasi.
      7.Pembedah/Operator:Diberi Nama Pembedah, Asisten 1, Asisten 2, Circulating Nurse, Scrub Nurse, Penata Anestesi.
      8.Ahli Anestesi:Diberi Nama Ahli Anestesi
      9.Jenis Anestesi:Diberi tanda check list (√) salah satu dari empat pilihan sesuai dengan Jenis Anestesi.
      10.Obat-Obat Anestesi:Diisi perihal Obat-Obatan Anestesi
      11.Diagnosis Pra-Operasi:Diisi perihal Diagnosis Pra-Operasi
      12.Indikasi Operasi:Diisi perihal Indikasi Operasi
      13.Diagnosis Pasca-Operasi:Diisi perihal Diagnosis Pasca-Operasi
      14.Tindakan Operasi:Diisi perihal tindakan operasi
      15.Disinfeksi kulit dengan:Diisi perihal disinfeksi kulit
      16.Jaringan yang dieksisi/Insisi:Diberi tanda check list (√) salah satu perihal Jenis Pemeriksaan PA dan Pemeriksaan Cairan.
      17.Waktu Anestesi dan Operasi:Diisi jam mulai anestesi, jam mulai operasi dan jam selesai operasi.
      18.Macam Sayatan:Diisi Jenis sayatan bila perlu dengan menggambar
      19.Posisi Penderita:Diisi Posisi Penderita bila perlu dengan menggambar
      20.Singkatan Kelainan yang ditemukan durante operasi:Diisi Singkatan kelaianan yang ditemukan dalam durante operasi bila perlu dengan menggambar
      21.Laporan Operasi Lengkap:Diisi Riwayat Perjalanan Operasi Pasien yang terperinci dan lengkap
      22.Penggunaan AMHP:Diberi tanda check list (√) salah satu dari dua pilihan perihal Penggunaan AMHP.
      23.Jenis dan Jumlah Implan:Jika dilakukan pemasangan implan harap diiisi Jenis dan Jumlah Implan.
      24.Komplikasi:Diberi tanda check list (√) salah satu perihal Komplikasi Intra-Operasi dan ditulis perihal penjabaran komplikasi intra-operasi.  
      25.Pendarahan:Diisi dan Diberi tanda check list (√) salah satu.
      26.Instruksi Pasca Operasi:Diisi sesuai dengan hasil pemeriksaan pasca operasi.
      27.Tanggal:Diberi tanggal saat pasien di Operasi
      28.Nama dan Tandatangan:Diberi Nama dan Tanda tangan Pembedah dan Pembuat Laporan.
      Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

      Materi Sistem Pembiayaan Kesehatan pdf

       

      12 – 1 Sistem Pembiayaan Kesehatan

      Dipublikasi di Uncategorized | 1 Komentar

      Link ICD-10 Version:2010

      https://icd.who.int/browse10/2010/en

      Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

      MAKALAH PENYAKIT ASMA

      BAB I

      PENDAHULUAN

      Asma adalah penyakit saluran napas kronik yang penting dan  merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara di seluruh dunia. Asma dapat bersifat ringan dan tidak mengganggu aktiviti, akan tetapi dapat bersifat menetap dan mengganggu aktiviti bahkan kegiatan harian. Produktiviti menurun akibat mangkir kerja atau sekolah, dan dapat menimbulkan disability (kecacatan), sehingga menambah penurunan produktiviti serta menurunkan kualiti hidup.

      Saat ini berbagai penyakit baru bermunculan bahkan dengan tingkat berbahaya yang sangat tinggi hingga menelan banyak korban dan sangat disayangkan cukup banyak penyakit-penyakit paru yang timbul dan tidak ada obat yang dapat menyembuhkan secara tuntas. Penyakit asma tidak asing lagi di dunia medis, penyakit asma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas).

      Istilah asma berasal dari kata Yunani yang artinya terengah – engah dan berarti serangan napas pendek. Meskipun dahulu istilah ini digunakan untuk menyatakan gambaran klinis napas pendek tanpa memandang sebabnya, sekarang istilah ini hanya ditunjukan untuk keadaan – keadaan yang menunjukan respon abnormal saluran napas terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan napas yang meluas. Perubahan patofisiologi yang menyebabkan obstruksi jalan napas terjadi pada bronkus ukuran sedang dan bronkiolus yang berdiameter 1 mm. penyempitan jalan napas disebabkan oleh bronkospasme,edema mukosa dan hipersekresi mucus yang kental.

      Organ Pernafasan merupakan hal yang vital bagi kelangsungan hidup manusia. Menurut Maslow kebutuhan O2 ditempatkan pada kebutuhan dasar yang paling utama. Dalam keadaan normal manusia tidak dapat bertahan hidup tanpa oksigen lebih dari 4-5 menit (Barbara Kozier, 1995). Orang bernafas pada hakekatnya adalah untuk kelangsungan metabolisme sel agar dapat melakukan aktivitas secara adekuat. Proses pernafasan merupakan gabungan antara aktivitas  berbagai mekanisme yang berperan dalam proses suplai oksigen ke seluruh tubuh dan pembuangan karbondioksida sebagai hasil dari pembakaran sel. Sesuai dengan fungsinya, yaitu menjamin tersedianya oksigen untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh dan mengeluarkan karbondioksida hasil metabolisme sel secara terus menerus.

      Kemajuan ilmu dan teknologi di belahan dunia ini tidak sepenuhnya diikuti dengan kemajuan penatalaksanaan asma, hal itu tampak dari  data berbagai negara yang menunjukkan peningkatan kunjungan ke darurat gawat, rawat inap, kesakitan dan bahkan kematian karena asma. Berbagai argumentasi diketengahkan seperti perbaikan kolektif data, perbaikan diagnosis dan deteksi perburukan dan sebagainya. Akan tetapi juga disadari masih banyak permasalahan akibat keterlambatan penanganan baik karena penderita maupun dokter (medis). Kesepakatan bagaimana menangani asma dengan benar yang dilakukan oleh National Institute of Heallth National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI) bekerja sama dengan World Health Organization (WHO) bertujuan memberikan petunjuk bagi para dokter dan tenaga kesehatan untuk melakukan penatalaksanaan asma yang optimal sehingga menurunkan angka kesakitan dan kematian asma. Petunjuk penatalaksanaan yang telah dibuat dianjurkan dipakai di seluruh dunia disesuaikan  dengan kondisi  dan permasalahan negara masing-masing. Dewasa ini penatalaksanaan penyakit harus berdasarkan bukti medis (evidence based medicine).

      BAB II

      PEMBAHASAN

      A. PENGERTIAN ASMA

      Asma adalah keadaan saluran napas yang mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara. Dalam Pendapat Lain Asma dapat diartikan:

      • Asma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas). (Polaski : 1996).
      • Asma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996).
      • Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001).

      Dari ketiga pendapat tersebut dapat diketahui bahwa asma adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.

      B. PENYEBAB ASMA

      Pada penderita asma, penyempitan saluran pernapasan merupakan respon terhadap rangsangan yang pada paru-paru normal tidak akan memengaruhi saluran pernapasan. Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara dingin dan olahraga.

      Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronki mengalami kejang dan jaringan yang melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya peradangan (inflamasi) dan pelepasan lendir ke dalam saluran udara. Hal ini akan memperkecil diameter dari saluran udara (disebut bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernapas.

      Sel-sel tertentu di dalam saluran udara, terutama mastosit diduga bertanggungjawab terhadap awal mula terjadinya penyempitan ini. Mastosit di sepanjang bronki melepaskan bahan seperti histamin dan leukotrien yang menyebabkan terjadinya: – kontraksi otot polos – peningkatan pembentukan lendir – perpindahan sel darah putih tertentu ke bronki. Mastosit mengeluarkan bahan tersebut sebagai respon terhadap sesuatu yang mereka kenal sebagai benda asing (alergen), seperti serbuk sari, debu halus yang terdapat di dalam rumah atau bulu binatang.

      Tetapi asma juga bisa terjadi pada beberapa orang tanpa alergi tertentu. Reaksi yang sama terjadi jika orang tersebut melakukan olah raga atau berada dalam cuaca dingin. Stres dan kecemasan juga bisa memicu dilepaskannya histamin dan leukotrien.

      Sel lainnya yakni eosinofil yang ditemukan di dalam saluran udara penderita asma melepaskan bahan lainnya (juga leukotrien), yang juga menyebabkan penyempitan saluran udara. Asma juga dapat disebabkan oleh tingginya rasio plasma bilirubin sebagai akibat dari stres oksidatif yang dipicu oleh oksidan.[1]

      Faktor Risiko pada asma

      Faktor penjamu :

      • Prediposisi genetik
      • Atopi
      • Hiperesponsif jalan napas
      • Jenis kelamin
      • Ras/ etnik Alergen di dalam ruangan

      Faktor lingkungan :

      Alergen di dalam ruangan

      ·      Mite domestik

      ·      Alergen binatang

      ·      Alergen kecoa

      ·      Jamur (fungi, molds, yeasts)

      Alergen di luar ruangan

      ·      Tepung sari bunga

      ·      Jamur (fungi, molds, yeasts)

      Bahan di lingkungan kerja

      Asap rokok

      •   Perokok aktif
      •   Perokok pasif

      Polusi udara

      •     Polusi udara di luar ruangan
      •     Polusi udara di dalam ruangan

      Infeksi pernapasan

      • ·      Hipotesis higiene

      Infeksi parasit

      Status sosioekonomi

      Besar keluarga

      Diet dan obat

      Obesiti

      C. GEJALA ASMA

      Frekuensi dan beratnya serangan asma bervariasi. Beberapa penderita lebih sering terbebas dari gejala dan hanya mengalami serangan serangan sesak napas yang singkat dan ringan, yang terjadi sewaktu-waktu. Penderita lainnya hampir selalu mengalami batuk dan mengi (bengek) serta mengalami serangan hebat setelah menderita suatu infeksi virus, olah raga atau setelah terpapar oleh alergen maupun iritan. Menangis atau tertawa keras juga bisa menyebabkan timbulnya gejala dan juga sering batuk berkepanjangan terutama di waktu malam hari atau cuaca dingin.[2]

      Suatu serangan asma dapat terjadi secara tiba-tiba ditandai dengan napas yang berbunyi (mengi, bengek), batuk dan sesak napas. Bunyi mengi terutama terdengar ketika penderita menghembuskan napasnya. Di lain waktu, suatu serangan asma terjadi secara perlahan dengan gejala yang secara bertahap semakin memburuk. Pada kedua keadaan tersebut, yang pertama kali dirasakan oleh seorang penderita asma adalah sesak napas, batuk atau rasa sesak di dada. Serangan bisa berlangsung dalam beberapa menit atau bisa berlangsung sampai beberapa jam, bahkan selama beberapa hari.

      Gejala awal pada anak-anak bisa berupa rasa gatal di dada atau di leher. Batuk kering di malam hari atau ketika melakukan olah raga juga bisa merupakan satu-satunya gejala. Selama serangan asma, sesak napas bisa menjadi semakin berat, sehingga timbul rasa cemas. Sebagai reaksi terhadap kecemasan, penderita juga akan mengeluarkan banyak keringat.

      Pada serangan yang sangat berat, penderita menjadi sulit untuk berbicara karena sesaknya sangat hebat. Kebingungan, letargi (keadaan kesadaran yang menurun, dimana penderita seperti tidur lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar kemudian segera tertidur kembali) dan sianosis (kulit tampak kebiruan) merupakan pertanda bahwa persediaan oksigen penderita sangat terbatas dan perlu segera dilakukan pengobatan. Meskipun telah mengalami serangan yang berat, biasanya penderita akan sembuh sempurna,

      Kadang beberapa alveoli (kantong udara di paru-paru) bisa pecah dan menyebabkan udara terkumpul di dalam rongga pleura atau menyebabkan udara terkumpul di sekitar organ dada. Hal ini akan memperburuk sesak yang dirasakan oleh penderita.

      D. JENIS-JENIS ASMA

      Asma sering dicirikan sebagai alergi , idiopatik/non alergi, serta gabungan.

      1. Asma alergi

      Disebabkan oleh allergen / alergenalergen yang dikenal (misal: serbuk sari , binatang, amarah, makanan, jamur). Kebanyak allergen terdapat di udara dan musiman. Pasien dengan asma allergic biasanya mempunyai riwayat keluarga yang allergic dan riwayat medis masa lalu eczema / rhinitis allergic. Pemajanan terhadap allergen mencetuskan serangan asma. Anak-anak dengan asma allergic sering dapat mengatasi kondisi sampai masa remaja.

      2. Asma idiopatik / non allergic

      Tidak berhubungan dengan allergen spesifik.faktor – factor,seperti common cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, dan polutan lingkungan dapat mencetuskan serangan.beberapa agen farmakologi, seperti aspirin dan agen anti inflamasi nonsteroid lain, pewarna rambut, antagonis beta – adrenergic, dan agen sulfit (pengawet makanan), juga mungkin menjadi factor. Serangan asma idiopatik atau non allergic menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronchitis kronis dan emfisema.

      3. Asma Gabungan

      Adalah bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk allergic maupun bentuk ideopatic atau non allergic.

      E. DIAGNOSA ASMA

      Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejalanya yang khas. Untuk memperkuat diagnosis bisa dilakukan pemeriksaan spirometri berulang. Spirometri juga digunakan untuk menilai beratnya penyumbatan saluran udara dan untuk memantau pengobatan. Menentukan faktor pemicu asma seringkali tidak mudah. Tes kulit alergi bisa membantu menentukan alergen yang memicu timbulnya gejala asma. Jika diagnosisnya masih meragukan atau jika dirasa sangat penting untuk mengetahui faktor pemicu terjadinya asma, maka bisa dilakukan bronchial challenge test.

      F. PENGOBATAN ASMA

      Obat-obatan bisa membuat penderita asma menjalani kehidupan normal. Pengobatan segera untuk mengendalikan serangan asma berbeda dengan pengobatan rutin untuk mencegah serangan.

      Agonis reseptor beta-adrenergik merupakan obat terbaik untuk mengurangi serangan asma yang terjadi secara tiba-tiba dan untuk mencegah serangan yang mungkin dipicu oleh olahraga. Bronkodilator ini merangsang pelebaran saluran udara oleh reseptor beta-adrenergik.

      Bronkodilator yang bekerja pada semua reseptor beta-adrenergik (misalnya adrenalin), menyebabkan efek samping berupa denyut jantung yang cepat, gelisah, sakit kepala dan tremor (gemetar) otot. Bronkodilator yang hanya bekerja pada reseptor beta2-adrenergik (yang terutama ditemukan di dalam sel-sel di paru-paru), hanya memiliki sedikit efek samping terhadap organ lainnya. Bronkodilator ini (misalnya albuterol), menyebabkan lebih sedikit efek samping dibandingkan dengan bronkodilator yang bekerja pada semua reseptor beta-adrenergik.

      Sebagian besar bronkodilator bekerja dalam beberapa menit, tetapi efeknya hanya berlangsung selama 4-6 jam. Bronkodilator yang lebih baru memiliki efek yang lebih panjang, tetapi karena mula kerjanya lebih lambat, maka obat ini lebih banyak digunakan untuk mencegah serangan.

      Bronkodilator tersedia dalam bentuk tablet, suntikan atau inhaler (obat yang dihirup) dan sangat efektif. Penghirupan bronkodilator akan mengendapkan obat langsung di dalam saluran udara, sehingga mula kerjanya cepat, tetapi tidak dapat menjangkau saluran udara yang mengalami penyumbatan berat. Bronkodilator per-oral (ditelan) dan suntikan dapat menjangkau daerah tersebut, tetapi memiliki efek samping dan mula kerjanya cenderung lebih lambat.

      Jenis bronkodilator lainnya adalah theophylline. Theophylline biasanya diberikan per-oral (ditelan); tersedia dalam berbagai bentuk, mulai dari tablet dan sirup short-acting sampai kapsul dan tablet long-acting. Pada serangan asma yang berat, bisa diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah).

      Jumlah theophylline di dalam darah bisa diukur di laboratorium dan harus dipantau secara ketat, karena jumlah yang terlalu sedikit tidak akan memberikan efek, sedangkan jumlah yang terlalu banyak bisa menyebabkan irama jantung abnormal atau kejang. Pada saat pertama kali mengonsumsi theophylline, penderita bisa merasakan sedikit mual atau gelisah. Kedua efek samping tersebut, biasanya hilang saat tubuh dapat menyesuaikan diri dengan obat. Pada dosis yang lebih besar, penderita bisa merasakan denyut jantung yang cepat atau palpitasi (jantung berdebar). Juga bisa terjadi insomnia (sulit tidur), agitasi (kecemasan, ketakuatan), muntah, dan kejang.

      Corticosteroid menghalangi respon peradangan dan sangat efektif dalam mengurangi gejala asma. Jika digunakan dalam jangka panjang, secara bertahap corticosteroid akan menyebabkan berkurangnya kecenderungan terjadinya serangan asma dengan mengurangi kepekaan saluran udara terhadap sejumlah rangsangan.

      Tetapi penggunaan tablet atau suntikan corticosteroid jangka panjang bisa menyebabkan:

      1. gangguan proses penyembuhan luka

      2. terhambatnya pertumbuhan anak-anak

      3. hilangnya kalsium dari tulang

      4. perdarahan lambung

      5. katarak prematur

      6. peningkatan kadar gula darah

      7. penambahan berat badan

      8. kelaparan

      9. kelainan mental.

      Tablet atau suntikan corticosteroid bisa digunakan selama 1-2 minggu untuk mengurangi serangan asma yang berat. Untuk penggunaan jangka panjang biasanya diberikan inhaler corticosteroid karena dengan inhaler, obat yang sampai di paru-paru 50 kali lebih banyak dibandingkan obat yang sampai ke bagian tubuh lainnya. Corticosteroid per-oral (ditelan) diberikan untuk jangka panjang hanya jika pengobatan lainnya tidak dapat mengendalikan gejala asma.

      Cromolin dan nedocromil diduga menghalangi pelepasan bahan peradangan dari sel mast dan menyebabkan berkurangnya kemungkinan pengkerutan saluran udara. Obat ini digunakan untuk mencegah terjadinya serangan, bukan untuk mengobati serangan. Obat ini terutama efektif untuk anak-anak dan untuk asma karena olah raga. Obat ini sangat aman, tetapi relatif mahal dan harus diminum secara teratur meskipun penderita bebas gejala.

      Obat antikolinergik (contohnya atropin dan ipratropium bromida) bekerja dengan menghalangi kontraksi otot polos dan pembentukan lendir yang berlebihan di dalam bronkus oleh asetilkolin. Lebih jauh lagi, obat ini akan menyebabkan pelebaran saluran udara pada penderita yang sebelumnya telah mengonsumsi agonis reseptor beta2-adrenergik.

      Pengubah leukotrien (contohnya montelucas, zafirlucas dan zileuton) merupakan obat terbaru untuk membantu mengendalikan asma. Obat ini mencegah aksi atau pembentukan leukotrien (bahan kimia yang dibuat oleh tubuh yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala asma).

      PENGOBATAN UNTUK SERANGAN ASMA

      Suatu serangan asma harus mendapatkan pengobatan sesegera mungkin untuk membuka saluran pernapasan. Obat yang digunakan untuk mencegah juga digunakan untuk mengobati asma, tetapi dalam dosis yang lebih tinggi atau dalam bentuk yang berbeda.

      Agonis reseptor beta-adrenergik digunakan dalam bentuk inhaler (obat hirup) atau sebagai nebulizer (untuk sesak napas yang sangat berat). Nebulizer mengarahkan udara atau oksigen dibawah tekanan melalui suatu larutan obat, sehingga menghasilkan kabut untuk dihirup oleh penderita. Pengobatan asma juga bisa dilakukan dengan memberikan suntikan epinephrine atau terbutaline di bawah kulit dan aminophyllins theophylline) melalui infus intravena.

      Penderita yang mengalami serangan hebat dan tidak menunjukkan perbaikan terhadap pengobatan lainnya, bisa mendapatkan suntikan corticosteroid, biasanya secara intravena (melalui pembuluh darah). Pada serangan asma yang berat biasanya kadar oksigen darahnya rendah, sehingga diberikan tambahan oksigen. Jika terjadi dehidrasi, mungkin perlu diberikan cairan intravena. Jika diduga terjadi infeksi, diberikan antibiotik.

      Selama suatu serangan asma yang berat, dilakukan:

      1. pemeriksaan kadar oksigen dan karbondioksida dalam darah

      2. pemeriksaan fungsi paru-paru (biasanya dengan spirometer atau peak flow meter)

      3. pemeriksaan rontgen dada.

      PENGOBATAN JANGKA PANJANG

      Salah satu pengobatan asma yang paling efektif adalah inhaler yang mengandung agonis reseptor beta-adrenergik. Penggunaan inhaler yang berlebihan bisa menyebabkan terjadinya gangguan irama jantung.

      Jika pemakaian inhaler bronkodilator sebanyak 2-4 kali/hari selama 1 bulan tidak mampu mengurangi gejala, bisa ditambahkan inhaler corticosteroid, cromolin atau pengubah leukotrien. Jika gejalanya menetap, terutama pada malam hari, juga bisa ditambahkan theophylline per-oral.

      G. PENCEGAHAN ASMA

      Serangan asma dapat dicegah jika faktor pemicunya diketahui dan bisa dihindari. Serangan yang dipicu oleh olah raga bisa dihindari dengan meminum obat sebelum melakukan olah raga. Selain itu Langkah tepat yang dapat dilakukan untuk menghindari serangan asma adalah menjauhi faktor-faktor penyebab yang memicu timbulnya serangan asma itu sendiri. Penyebab yang mungkin dapat saja bantal, kasur, pakaian jenis tertentu, hewan peliharaan kuda, detergen, sabun , makanan tertentu, jamur dan serbuk sari. jika serangan berkaitan dengan musim maka serbuksari dapat menjadi dugaan kuat. Upaya harus dibuat untuk menghindari agen penyebab kapan saja memungkinkan. Setiap penderita umumnya memiliki ciri khas tersendiri terhadap hal-hal yang menjadi pemicu serangan asmanya.

      Pencegahan asma pada kehamilan :

      Pencegahan asma meliputi pencegahan primer yaitu mencegah tersensitisasi  dengan bahan  yang menyebabkan asma, pencegahan sekunder adalah mencegah yang sudah tersensitisasi untuk tidak berkembang menjadi asma; dan pencegahan tersier adalah mencegah agar tidak terjadi serangan / bermanifestasi klinis asma pada penderita yang sudah menderita asma.

      Pencegahan Primer

      Perkembangan respons imun jelas menunjukkan bahwa periode prenatal dan perinatal merupakan periode untuk diintervensi dalam melakukan pencegahan primer penyakit asma. Banyak faktor terlibat dalam meningkatkan atau menurunkan sensitisasi alergen pada fetus, tetapi pengaruh faktor-faktor  tersebut sangat kompleks dan bervariasi dengan usia gestasi, sehingga pencegahan primer waktu ini adalah belum mungkin. Walau penelitian ke arah itu terus berlangsung dan menjanjikan.

      Periode prenatal

      Kehamilan trimester ke dua yang sudah terbentuk cukup sel penyaji antigen (antigen presenting cells) dan sel T yang matang, merupakan saat fetus tersensisitasi alergen dengan rute yang paling mungkin adalah melalui usus, walau konsentrasi alergen yang dapat penetrasi ke amnion adalah penting. Konsentrasi alergen yang rendah lebih mungkin menimbulkan sensitisasi  daripada konsentrasi tinggi. Faktor konsentrasi alergen dan waktu pajanan sangat mungkin berhubungan dengan terjadinya sensitisasi atau toleransi imunologis.

      Penelitian menunjukkan menghindari makanan yang bersifat alergen pada ibu hamil dengan risiko tinggi, tidak mengurangi risiko melahirkan bayi atopi,  bahkan makanan tersebut menimbulkan efek yang tidak diharapkan pada nutrisi ibu dan fetus. Saat ini, belum ada pencegahan primer yang dapat direkomendasikan untuk dilakukan.

      Periode postnatal

      Berbagai upaya menghindari alergen sedini mungkin dilakukan terutama difokuskan pada makanan bayi seperti menghindari protein susu sapi, telur, ikan, kacang-kacangan. Sebagian besar studi menunjukkan mengenai hal tersebut, menunjukkan hasil yang inkonklusif (tidak dapat ditarik kesimpulan). Dua studi dengan tindak lanjut yang paling lama menunjukkan efek transien dari menghindari makanan berpotensi alergen dengan dermatitis atopik. Dan tindak lanjut lanjutan menunjukkan berkurangnya bahkan hampir tidak ada efek pada manifestasi alergik saluran napas, sehingga disimpulkan bahwa upaya menghindari alergen makanan sedini mungkin pada bayi tidak didukung oleh hasil. Bahkan perlu dipikirkan memanipulasi dini makanan berisiko menimbulkan gangguan tumbuh kembang. Diet menghindari antigen pada ibu menyusui risiko tinggi, menurunkan risiko dermatitis atopik pada anak, tetapi dibutuhkan studi lanjutan .

      Menghindari aeroelergen pada bayi dianjurkan dalam upaya menghindari sensitisasi. Akan tetapi beberapa studi terakhir menunjukkan bahwa menghindari pajanan dengan kucing sedini mungkin, tidak mencegah alergi; dan sebaliknya kontak sedini mungkin dengan kucing dan anjing kenyataannya mencegah alergi lebih baik daripada menghindari binatang tersebut. Penjelasannya sama dengan hipotesis hygiene, yang menyatakan hubungan dengan mikrobial sedini mungkin menurunkan penyakit alergik di kemudian hari. Kontroversi tersebut mendatangkan pikiran bahwa strategi pencegahan primer sebaiknya didesain dapat menilai keseimbangan sel Th1dan Th2, sitokin dan protein-protein yang berfusi dengan alergen.

      Pencegahan primer di masa datang akan berhubungan imunomodulasi menggunakan sel Th1 ajuvan, vaksin DNA, antigen yang berkaitan dengan IL-12 atau IFN-g, pemberian mikroorganisme usus yang relevan melalui oral (berhubungan dengan kolonisasi flora mikrobial usus). Semua strategi tersebut masih sebagai hipotesis dan membutuhkan penelitian yang tepat.

      Asap rokok lingkungan (Enviromental tobacco smoke/ ETS)

      Berbagai studi dan data menunjukkan bahwa ibu perokok berdampak pada kesakitan saluran napas bawah pada anaknya sampai dengan usia 3 tahun, walau sulit untuk membedakan kontribusi tersebut pada periode prenatal atau postnatal.  Berbagai studi menunjukkan bahwa ibu merokok selama kehamilan akan mempengaruhi perkembangan paru anak, dan bayi dari ibu perokok, 4 kali lebih sering mendapatkan gangguan mengi dalam tahun pertama kehidupannya.Sedangkan hanya sedikit bukti yang mendapatkan bahwa ibu yang merokok selama kehamilan berefek pada sensitisasi alergen. Sehingga disimpulkan merokok dalam kehamilan berdampak pada perkembangan paru, meningkatkan frekuensi gangguan mengi nonalergi pada bayi, tetapi mempunyai peran kecil pada terjadinya asma alergi di kemudian hari. Sehingga jelas bahwa pajanan asap rokok lingkungan baik periode prenatal maupun postnatal (perokok pasif) mempengaruhi timbulnya gangguan/ penyakit dengan mengi. 

      Pencegahan sekunder

      Sebagaimana di jelaskan di atas bahwa pencegahan sekunder mencegah yang sudah tersensitisasi untuk tidak berkembang menjadi asma. Studi terbaru mengenai pemberian antihitamin H-1 dalam menurunkan onset mengi pada penderita anak dermatitis atopik. Studi lain yang sedang berlangsung, mengenai peran imunoterapi dengan alergen spesifik untuk menurunkan onset asma.

      Pengamatan pada asma kerja menunjukkan bahwa menghentikan pajanan alergen sedini mungkin pada penderita yang sudah terlanjur tersensitisasi dan sudah dengan gejala asma, adalah lebih menghasilkan pengurangan /resolusi total dari gejala daripada jika pajanan terus berlangsung.

      Pencegahan Tersier

      Sudah asma tetapi mencegah terjadinya serangan yang dapat  ditimbulkan oleh berbagai jenis pencetus. Sehingga menghindari pajanan pencetus akan memperbaiki kondisi asma dan menurunkan kebutuhan medikasi/ obat.

      H. SENAM ASMA

      Senam asma merupakan salah satu pilihan olah raga yang tepat bagi penderita asma, karena senam asma bermanfaat untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan juga meningkatkan kemampuan benapas.

      Selain senam asma, masih ada beberapa pilihan olahraga lain, di antaranya berenang dan jalan santai (jogging). Namun perlu diperhatikan pula faktor pemicu asma anda, jika asma muncul karena udara dingin, hindari berenang di kolam dengan suhu rendah atau melakukan jogging di pegunungan.

      Manfaat dan Tujuan Senam Asma

      Senam asma juga merupakan salah satu penunjang pengobatan asma karena keberhasilan pengobatan asma tidak hanya ditentukan oleh obat asma yang dikonsumsi, namun juga faktor gizi dan olah raga. Bagi penderita asma, olah raga diperlukan untuk memperkuat otot-otot pernapasan.

      Senam asma bertujuan untuk:

      • Melatih cara bernafas yang benar.
      • Melenturkan dan memperkuat otot pernafasan.
      • Melatih ekspektorasi yang efektif. 
      • Meningkatkan sirkulasi.
      • Mempercepat asma yang terkontrol.
      • Mempertahankan asma yang terkontrol.
      • Kualitas hidup lebih baik.

      Senam asma tidak boleh dilakukan sembarangan. Ada syarat-syarat bagi mereka yang akan melakukan senam asma, yaitu: tidak dalam serangan asma, sesak dan batuk, tidak dalam serangan jantung, dan tidak dalam keadaan stamina menurun akibat flu atau kurang tidur dan baru sembuh.

      Senam merupakan aktivitas fisik yang dapat membantu mengoptimalkan perkembangan tubuh. Gerakan-gerakan senam sangat sesuai untuk mendapat penekanan di dalam program pendidikan jasmani,terutama karena tuntutan fisik yang dipersyaratkannya, seperti kekuatan dan daya tahan otot dari seluruh bagian tubuh. Di samping itu, senam juga menyumbang besar pada perkembangan gerak dasar fundamental yang penting bagi aktivitas fisik cabang olahraga.

      Senam adalah upaya mempertahankan kondisi baik fisik maupun mental sehari-hari.Gerakan senam selain berfungsi sebagai pemeliharaan kelenturan otot dan syaraf juga sebagai metode peregangan/pemanasan sebelum latihan berat. Gerakan senam ditambah dengan olah pemanasan dapat pula membantu mengurangi kelelahan dan memberikan perasaan rekreatif/relexasi terhadap mental sehingga berfungsi sebagai pereda ketegangan/stress jelas benar, terutama senam yang dilaksanakan secara  sungguh-sungguh dan teratur.

      Senam pernafasan adalah suatu olahraga pernafasan untuk melatih pernafasan dalam dimana,manfaatnya untuk memberi keseimbangan energi, pikiran dan tubuh, melatih kelenturan tubuh, dan dapat memperpanjang umur. Contoh relaksasi : Lakukan senam pernafasan ini sambil berbaring terlentang dengan lengan di samping, telapak tangan menghadap ke atas, dan kedua kaki sedikit terbuka. Pejamkan mata dan coba menarik nafas dalam-dalam untuk menghilangkan semua ketegangan.

      Senam napas sehat adalah terapi latihan untuk penderita asma inipun kurang aktif bila tidak dilakukan di rumah oleh penderita asma itu sendiri.Dengan senam napas sehat penderita akan mendapatkan pola latihan tertentu,berkelompok sehingga lebih bersemangat untuk melakukannya.

      Senam asma adalah senam yang diciptakan khusus untuk penderita asma yang gerakan-gerakannya disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan penderita berdasarkan berat atau ringannya penyakit asma. Pada penderita asma obat saja belum cukup, olahraga / latihan sangat diperlukan untuk mengontrol asthma. Senam asthma merupakan salah satu upaya untuk pengobatan dan pencegahan bagi penderita asthma.

      Senam asma juga berguna untuk mempertahankan dan atau memulihkan kesehatan. Senam asma yang dilakukan secara teratur akan menaikkan volume oksigen maksimal, selain itu dapat memperkuat otot-otot pernafasan sehingga daya kerja otot jantung dan otot lainnya jadi lebih baik.

      Rangkaian dan Frekwensi Senam Asma

      Rangkaian senam asma pada prinsipnya untuk melatih memperkuat otot-otot pernafasan agar penderita asma lebih mudah melakukan pernafasan dan ekspektorasi.  Senam asma sebaiknya dilakukan rutin 3-4 kali seminggu dan setiap kali senam ± 30 menit. Senam asma akan memberikan hasil bila dilakukan selama 6-8 minggu.

      Senam asma tidak berbeda dengan senam pada umumnya. Berikut rangkaian senam Asma:

      Rangkaian senam asma

      1. PemanasanDimulai dengan pemanasan
      2. latihan Inti

      Latihan inti A :

      Bertujuan untuk melatih cara bernafas yang efektif bagi penderita asma. Dengan cara menarik nafas dan mengeluarkan nafas. Proses pengeluaran nafas lebih lama 2 hitungan.
      Latihan inti B:

      Bertujuan untuk melepaskan otot-otot pernafasan. Dengan irama yang ritmis, otot-otot akan menjadi santai, sehingga mempermudah pernafasan dan ekspektorasi.3. AerobikAerobik dilakukan supaya tubuh dapat menghasilkan pembakaran O2 tinggi untuk meningkatkan hembusan napas. Dan disesuaikan dengan kondisi dan usia peserta senam asma4. PendinginanDiakhiri pendinginan. alam pendinginan, dilakukan gerakan-gerakan lambat agar otot-otot kembali seperti keadaan semula yaitu dengan menggerakkan tangan sambil menarik napas pelan-pelan.

       Berikut beberapa gerakan senam asma yang dapat dilakukan dirumah

      1. Posisi Doa

      Berdiri tegak dengan tangan lurus di samping badan (sikap sempurna), lalu

      tundukkan kepala.

      2. Gerakan Pemanasan

      1. Berdiri tegak lalu lakukan jalan ditempat dengan mengangkat kaki minimum 20 cm dari lantai sambil melenggangkan tangan. Lakukan gerakan tersebut sampai 3 x 8 hitungan.
      2. Berdiri tegak, lalu lakukan gerakan lari di tempat sambil meng ayunkan lengan dengan posisi kedua siku menekuk. Lakukan sampai 3 x 8 hitungan.
      3. Berdiri tegak, lalu lakukan kembali gerakan jalan di tenpat sampai 3 x 8 hitungan.
      4. Letakkan kedua tangan di pinggang. Tundukkan kepala, kemudian tegakkan kembali. Lakukan gerakan menunduk dan menegakkan kepala ini bergantian sampai 3 x 8 hitungan.
      5. Letakkan kedua tangan di pinggang. Palingkan muka ke kanan, kembali lurus ke depan, kemudian palingkan ke kiri dan kembali lurus ke depan. Lakukan gerakan tersebut sampai 3 x 8 hitungan.
      6. Letakkan kedua tangan di pinggang, miringkan kepala ke kanan kemudian kembali tegak. Selanjutnya miringkan kepala ke kiri dan kembali tegak. Lakukan gerakan tersebut bergantian sampai 3 x 8 hitungan.
      7. Letakkan tangan lurus di samping tubuh, kaki dibuka s elebar bahu. Ayunkan tangan kanan lurus ke atas sehingga telapaknya menghadap ke arah badan dan ayunkan tangan kiri ke belakang dengan telapak menghadap ke belakang. Lakukan hal tersebut pada hitungan 1 -4, lalu lakukan gerakan sebaliknya pada hitungan 5-8. Lakukan gerakan-gerakan tersebut sampai 3 x 8 hitungan.
      8. Letakan kedua tangan di bahu, buka kaki selebar bahu. Pada hitungan 1 -4 putar bahu ke depan, seperti putaran roda. Lakuakn gerakan sebaliknya pada hitungan 5-8. Lakukan di atas bergantian sampai 3 x 8 hitungan.
      9. Posisikan kedua tangan lurus di samping badan, buka kaki selebar bahu. Tepukkan tangan di atas kepala, lalu kembali ke posisi semula sambil menepuk paha samping luar. Lakukan gerakan trsebut berulang sampai 3 x 8 hitungan.
      10. Posisikan kedua tangan di pinggang, buka kaki selebar bahu. Putar pinggul searah jarum jam pada hitungan 1-4. Pada hitingan 5-8, putar pinggul berlawanan dengan arah jarum jam. Lakukan gerakan tersebut bergantian sampai 3 x 8 hitungan.
      11. Rapatkan kedua kaki, lalu letakkan kedua tangan di pinggang. Hentakkan tungkai kaki kanan dan kiri ke depan dengan posisi sendi pergelangan kaki 900 secara bergantian. Selanjutnya, hentakkan tungkai kaki kanan dan kiri ke arah samping (secara bergantian). Terakhir, hentakkan ke arah belakang (sec ara bergantian). Lakukan gerakan tersebut masing -masing 1 x 8 hitungan.
      12. Lakukan kembali jalan di tempat sampai 2 x 8 hitungan.
      13. Berdiri tegak dengan kedua tangan lurus di samping badan, lalu angkat kedua tangan ke atas sambil menarik napas sampai hitungan 2 . Pada hitungan 3-8, turunkan kedua tangan sambil menghembuskan napas.
      14. Melakukan gerakan tersebut sampai 3 x 8 hitungan.

      3. Gerakan Peregangan

      1. Buka kaki selebar bahu. Luruskan tangan kanan ke depan, sedangkan tangan kiri memegang siku tangan kanan, lalu tarik siku tangan kanan ke arah tangan kiri sampai tangan kanan menyentuh dada. Tahan gerakan ini sampai hitungan ke 4.
      2. Pada hitungan 5-8 kembalikan ke sikap awal secara perlahan -lahan. Selanjutnya lakukan gerakan sebaliknya (posisi tangan kanan memegang siku ta ngan kiri). Buka kaki selebar bahu, lalu angkat tangan kanan ke atas sampai tangan rileks di belakang kepala, kemudian pegang sikunya dengan tangan kiri. Tarik siku tangan kanan ke belakang pada hitungan 1, lalu tahan mulai hitungan 2 -4. Kembalikan ke sikap awal secara perlahan-lahan, pada hitungan 5-8.
      3. Selanjutnya lakukan gerakan sebaliknya (posisi tangan kanan memegang siku tangan kiri).

      4. Gerakan Inti A

      Pada prisipnya setiap gerakan pada gerakan inti A selalu didikuti dengan menarik dan mengeluarkan naps dalam. Gerakan menarik napas dilakukan melalui hidung, lalu napas dikeluarkan melalui mulut, seperti orang yang meniup lilin. Waktu yang diperlukan untuk menarik napas lebih pendek daripada untuk mengeluarkan napas.

      Berikut ini gerakan-gerakan yang dilakukan pada gerakan inti A.

      1. Buka kaki selebar bahu, lalu letakkan tangan di pinggang. Pada hitungan 1, tegakkan kepala dan busungkan dada. S elanjutnya, tudukkan kepala pada hitungan 2-4. Lakukan gerakan tersebut bergantian sampai 2 x 8 hitungan.
      2. Tangan masih di atas pinggang dan kaki dibuka selebar bahu. Palingkan muka ke kanan pada hitungan 1, lalu pada hitungan 2 arahkan kembali muka ke depan dan tahan sampai hitungan 4. Pada hitungan 5 palingkan mula kekiri, lalu pada hitungan 6-8 arahkan kembali ke depan. Lakukan gerakan tersebut bergantian sampai 3 x 8 hitungan.
      3. Buka kaki selebar bahu dan kedua tangan lurus di sampaing tubuh. Pada hitungan 1, angkat bahu kanan, lalu turunkan kembali pada hitungan 2 -4. Lakukan hal yang sama untuk bahu kiri. Lakukan gerakan tersebut bergantian sampai 3 x 8 hitungan.
      4. Rapatkan kedua kaki dan tangan lurus di samping tubuh. Putar bahu kebelakang dengan siku sedikit tertekuk pada hitungan 1-3, lalu hentakkan kedua tangan ke belakang pada hitungan 4. Pada hitungan 5 -7, putar kembali bahu ke depan, lalu pada hitungan 8 hentakkan tangan ke depan. Lakukan gerakan tersebut bergantian smpai 3 x 8 hitungan.
      5. Buka kaki selebar bahu dan kedua tangan lurus di samping tubuh. Pada hitungan 1, angkat kedua tangan ke atas sejajar telinga hingga membentuk huruf v. Pada hitungan 2-4 kembalikan tangan pada posisi semula. Lakukan gerakan tersebut sampai 3 x 8 hitungan.
      6. Buka kaki selebar bahu, lalu angkat kedua tangan lurus ke depan setinggi bahu sehingga telapak tangan menghadap ke depan. Tarik kedua tangan ke belakang pada hitungan 1 sambil menekuk lutut dan tangan di kepalkan. Pada hitungan 2-4 kembali ke posisi semula dengan posisi tangan seperti mendorong. Lakukan gerakan di atas sampai 3 x 8 hitungan.
      7. Buka kaki selebar bahu, lalu angkat kedua tangan lurus ke depan setinggi bahu sehingga telapak tangan menghadap ke depan. Pada hitungan 1, gerakan tangan kanan ke arah samping, lalu pada hitungan 2-4 kembalikan ke posisi semula.
      8. Lakukan hal yang sama untuk tangan kiri dan lakukan bergantian sampai 3 x 8 hitungan.

      5. Gerakan Inti B

      1. Buka kaki selebar bahu, lalu letakkan kedua tangan pada bahu. Luruskan tangan kanan ke atas, lau turunkan kembali. Selanjutnya, luruskan pula tangan kiri ke atas dan turunkan kembali. Lakukan gerakan-gerakan ini bergantian sampai 4 x 8 hitungan.
      2. Letakkan kedua tangan lurus di samping tubuh. Lemparkan tangan kanan ke depan atas dan tangan kiri ke belakang, lalu la kukan gerakan sebaliknya sehingga tangan kiri yang diatas dan tangan kanan yang mengayun ke belakang. Lakukan sampai 4 x 8 hitungan.
      3. Buka kaki selebar bahu, lalu posisikan kedua tangan yang sikunya menekuk 900 di samping tubuh. Dorong kedua tangan lurus ke atas sampai menyerong tubuh ke kanan, lalu tarik posisi tangan ke posisi semula. Dorong kembali kedua tangan sambil menyerongkan tubuh kekiri. Lakukan gerakan trsebut masing -masing 1 x 8 hitungan.
      4. Lakukan jalan di tempat sebanyak 2 x 8 hitungan, kemudian lakukan kembali jalan di tempat sambil menarik napas sampai 3 x 8 hitungan.
      5. Buka kaki selebar bahu dan letakkan kedua tanan lurus ke samping tubuh. Silangkan kedua tangan di depan tubuh, hentakkan kaki kanan ke depan sampai tumitnya menyentuh lantai sambil merendahkan badan. Selanjutnya, kembali ke posisi tegak sambil tangan direntangkan. Lakukan gerakan yang sama untuk kaki kiri, lakukan bergantian kanan dan kiri sampai 4 x 8 hitungan.
      6. Rapatkan kedua kaki sambil menyilangkan tangan kanan di atas tangan kiri di depan dada. Rentangkan kedua tangan ke samping tubuh sambil melemparkan tungkai kaki kanan ke samping, lalu kembali ke posisi semula. Lakukan hal yang  sama untuk kaki kiri secara bergantian hingga 4 x 8 hitungan.
      7. Rapatkan kedua kaki, lalu silangkan ke dua tangan di depan dada dengan posisi tengan kanan di atas tangan kiri. Rentangkan kedua tangan ke samping, seperti berenang dengan gaya katak, lalu serongkan kaki kanan ke samping. Kembalikan seperti posisi semula dan lakukan gerakan yang sama dengan arah yang berlawanan berganti-ganti sampai 4 x 8 hitungan. Selingi dengan jalan di tempat sampai 2 x 8 hitungan, kemudian lakukan kembali jalan di tempat sambil menarik napas sampai 3 x 8 hitungan.
      8. Berdiri dengan kedua kaki rapat, lalu angkat kedua tangan ke atas dengan posisi siku menekuk 900C. Gerakan kedua tangan tersebut ke depan dan angkat kaki kanan sampai panggul menekuk membentuk sudut 900C, lalu kembali ke posisi awal. Lakukan pula gerakan yang sama untuk kaki kiri. Lakukan secara bergantian sampai 4 x 8 hitungan.
      9. Buka kedua kaki agak lebar, lalu rentangkan kedua tangan lurus ke samping. Dorong tangan kiri kea rah kanan, sedangkan tangan kanan menyentuh lutut kiri yang agak ditekuk. Lakukan pula gerakan yang sama dengan arah berlawanan secara bergantian sampai 4 x 8 hitungan.
      10. Selingi dengan jalan di tempat sampai 2 x 8 hitungan, kemudian lakukan
      11. kembali jalan di tempat sambil menarik napas sampai 3 x 8 hitungan.

      6. Gerakan Aerobik

      1. Sambil berlari di tempat, luruskan kedua tangan ke depan, lalu kembali kan ke pundak. Selanjutnya, ulurkan kedua tangan ke samping dan kembalikan ke pundak. Lakukan gerakan tersbut bergantian sampai 2 x 8 hitungan, setiap hitungan jatuh pada kaki kanan. Selingi dengan jalan di tempat sampai 2 x 8 hitungan, kemudian
      2. Lakukan kembali jalan di tempat sambil menarik napas sampai 3 x 8 hitungan.
      3. Lakukan lari di tempat dengan posisi tubuh condong ke depan sehingga salah satu kaki terlempar ke belakang dan lutut kaki yang lain dalam posisi lurus. Pandangan mata ke bawah dan kedua tang an bebas bergerak mengikuti irama berlari. Lakukan gerakan yang sama untuk kaki yang lain secara bergantian sampai 2 x 8 hitungan.
      4. Lakukan lari di tempat dengan posisi tubuh condong ke belakang sehingga salah satu kaki terlempar ke depan dan lutut kaki yan g lain dalam posisi lurus. Kedua tangan bebas bergerak dan pandangan ke atas. Lakukan gerakan ini sampai 2 x 8 hitungan.
      5. Lakukan lari ditempat dengan posisi tubuh tegak sambil melemparkan kedua kaki ke samping kanan dan kaki kiri bergantian.  Kedua tangan bebas mengikuti irama berlari. Lakukan gerakan ini bergantian sampai 2 x 8 hitungan.
      6. Lakukan lari ditempat dengan posisi tubuh tegak sambil melemparkan kaki kanan agak serong ke kiri dan kaki kiri dilemparkan agak serong kanan. Lakukan gerakan ini bergantian sampai 2 x 8 hitungan.
      7. Berdiri dengan kedua kaki agak rapat, lalu letakkan kedua tangan di atas pundak. Jatuhkan kaki kanan satu langkah ke samping dengan kedua tangan lurus ke samping setinggi bahu, lalu gerakan kaki kiri mengikuti langkah kaki kanan sambil kedua tangan kembali ke pundak. Jatuhkan kaki kiri satu langkah ke samping dengan kedua tangan diangkat lurus ke samping, lalu gerakan kaki kanan mengikuti sambil meletakkan tangan kembali hingga ke posisi awal. Lakukan sampai 2 x 8 hitungan.

      7. Gerakan Pendinginan (cooling down)

      a. Berdiri tegak dengan kaki dibuka selebar bahu, lau jalin kedua tangan di belakang kepala. Tekan kepala ke belakang pada hitungan 1, lalu tahan dengan

      kedua tangan pada hitungan 2-4. Pada hitungan 5-8, kembalikan ke posisi semula secara perlahan.

      b. Buka kaki selebar bahu, lalu topang dagu dengan tangan kanan, tangan kiri diletakkan di samping tubuh. Dorong dagu kekiri dengan tangan kanan pada hitungan 1, lalu tahan gerakan ini sampai hitungan 4. Pada hitungan 5 -8, kembalikan secara perlahan-lahan ke posisi semula.

      c. Buka kaki selebar bahu, lalu luruskan tangan kanan ke depan dengan tangan kiri memegang siku kanan. Dorong siku kanan dengan tanagn kiri sampai

      menyentuh dada pada hitungan 1, lalu tahan gerakan ini sampai hitungan 4. Pada hitungan 5-8, kembalikan secara perlahan-lahan ke posisi semula. Lakukan gerakan yang sama dengan arah berlawanan.

      d. Buka kaki selebar bahu, lalu luruskan tangan kanan ke atas rileks di belakang kepala dan sikunya dipegang oleh tangan kiri. Pada hitungan 1, t arik siku kanan

      kebelakang dan tahan gerakan ini sampai hitungan 4. Pada hitungan 5 -8, kembalikan secara perlahan-lahan ke posisi semula. Lakukan gerakan yang sama dengan arah berlawanan.

      e. Buka kaki selebar bahu, lalu lipat kedua angan di depan dada hingga jari-jarinya beradu. Pada hitungan 1, putar tubuh ke kanan dengan panggul dan wajah tetap menghadap ke depan, lalu tahan gerakan ini sampai hitungan 4. pada hitungan 5-8, kembalikan secara perlehan-lahan ke posisi semula. Lakukan gerakan yang sama dengan arah berlawanan.berdiri dengan kedua kaki rapat, laluletakkan keduatangan lurus di samping. Pada hitungan 1, langkahkan kaki kanan ke depan sampai tumitnya menempel pada lantai. Rendahkan badan sambil menekuk lutut kiri dan sndi panggul kanan, kedua tangan bertumpu pada paha kanan. Tahan samapai hitungan 4 dengan posisi tubuh dan kepala tetap lurus. Pada hitungan 5-8, krmbalikan secara perlahan-lahan ke posisi semula. Lakukan gerakan yang sama demngan arah berlawanan.

      f. Buka kaki selebar bahu sambil merapatkan kedua tangan diatas perut. Pada hitungan 1, tarik napas sambil menggembungkan otot perut. Selanjutnya, hembuskan napas pada hitungan 2 -4 sambil mengecilkan perut yang dibantu dengan takanan kedua tangan. Hitungan ke -5, tarik napas kembali sama seperti gerakan sebelumnya, lalu hembuskan kembali. Lakukan sampai 2 x 8 hitungan.

      g. Buka kaki selebar bahu, lalu luruskan kedua tangan ke depan setinggi bahu. Turunkan badan dengan menekuk lutut sedikait pada hitungan 1, lalu tahan gerakan ini sampai hitungan 4. pada hitungan 5-8, kembaliakn secara perlahanlahan ke posisi semula. Lakukan sampai 2 x 8 hitungan.

      h. Buka kaki selebar bahu dengan kedua tangan lurus kesamping tubuh. Tarik napas pada hitungan 1, lalu tahan pada hitungan 2 -4. pada hitungan 5, hembuskan napas keluar sambil menepuk paha bagian samping terik napas kembali, lalu tahan sepeti gerakan sebelumnya, kemudian keluarkan napas sambil menepuk dada bagian smping. Terakhir, dorong kedua lengan ke depan sambil menghembuskan napas. Selanjutnya, lakukan kembali posisi doa.

      BAB III

      PENUTUP

      Penyakit Asma (Asthma) adalah suatu penyakit kronik (menahun) yang menyerang saluran pernafasan (bronchiale) pada paru dimana terdapat peradangan (inflamasi) dinding rongga bronchiale sehingga mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang akhirnya seseorang mengalami sesak nafas. Adapun tanda dan gejala penyakit asma diantaranya :

      • Pernafasan berbunyi (wheezing/mengi/bengek) terutama saat mengeluarkan nafas (exhalation). Tidak semua penderita asma memiliki pernafasan yang berbunyi, dan tidak semua orang yang nafasnya terdegar wheezing adalah penderita asma
      • Adanya sesak nafas sebagai akibat penyempitan saluran bronki (bronchiale).
      • Batuk berkepanjangan di waktu malam hari atau cuaca dingin.
      • Adanya keluhan penderita yang merasakan dada sempit.
      • Serangan asma yang hebat menyebabkan penderita tidak dapat berbicara karena kesulitannya dalam mengatur pernafasan.

      Langkah tepat yang dapat dilakukan untuk menghindari serangan asma adalah menjauhi faktor-faktor penyebab yang memicu timbulnya serangan asma itu sendiri.

      Pengobatan secara teratur dari dokter dengan dosis dan jenis obat yang tepat sangat membantu penderita penyakit ini sehingga mampu hidup normal setara atau mendekati fungsi paru manusia lain yang tidak menderita penyakit asma bronkiale.

      Senam asma sangat dianjurkan untuk memperkuat fungsi paru dan otot-otot pernafasan penderita asma bronkiale.

      DAFTAR PUSTAKA

      • Mansjoer, Arif.2000.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta : EGC
      • Price,Sylvia Anderson.2005.patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit.edisi 6. Volume 2. Jakarta : EGC
      • Price,Sylvia Anderson.2005.patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit.edisi 6. Volume1. Jakarta : EGC
      • Smeltzer, Suzanne C.2001.buku ajar keperawatan medical bedah brunner & suddarth. Jakarta :EGC
      • Somantri, Irman.2009.asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan system pernafasan. Jakarta : salemba medika
      • Arif Mansyoer(1999). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jilid I. Media Acsulapius. FKUI. Jakarta.
      • Doenges, EM(2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta. EGC
      • Heru Sundaru(2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. BalaiPenerbit FKUI. Jakarta.
      • Hudack&gallo(1997). Keperawatan Kritis Edisi VI Vol I. Jakarta. EGC.
      • Tucker, SM(1998). Standar Perawatan Pasien. Jakarta. EGC
      Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

      MAKALAH HIV AIDS

      BAB 1

      PENDAHULUAN



      A. LATAR BELAKANG MASALAH

      Penyakit HIV atau AIDS adalah penyakit yang merupakan salah satu masalah kesehatan utama di dunia. Jumlah kasusnya terus meningkat sehingga menjadi perhatian dan kedaruratan global. Di Indonesia penyakit ini merupakan ancaman serius terutama bagi generasi penerus bangsa.

      Indonesia adalah salah satu negara di Asia dengan epidemi yang berkembang paling cepat (UNAIDS, 2008). Departemen Kesehatan memperkirakan, Indonesia pada tahun 2014 mempunyai hampir tiga kali jumlah orang yang hidup dengan HIV dan AIDS dibandingkan pada tahun 2008 (dari 277.700 orang menjadi 813.720 orang). Ini dapat terjadi bila tidak ada upaya penanggulangan HIV dan AIDS yang bermakna dalam kurun waktu tersebut.

      HIV adalah virus yang menyerang dan merusak sel kekebalan tubuh manusia sehingga tubuh kehilangan daya tahan dan mudah terserang berbagai penyakit antara lain TBC, diare, sakit kulit, dll.  

      Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan AIDS adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus HIV yaitu: H = Human (manusia), I = Immuno deficiency (berkurangnya kekebalan), V = Virus. Kumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh kita itulah yang disebut AIDS.

      Kita semua mungkin sudah banyak mendengar cerita-cerita yang menyeramkan tentang HIV/AIDS. Penyebaran  AIDS itu berlangsung secara cepat dan mungkin sekarang sudah ada disekitar kita. Sampai sekarang belum ada obat yang bisa menyembuhkan AIDS,bahkan penyakit yang saat ini belum bisa dicegah dengan vaksin.
      Orang dapat terinfeksi HIV selama bertahun-tahun sebelum akhirnya mengidap AIDS. Namun penyakit yang paling sering ditemukan pada penderita AIDS adalah sejenis radang paru-paru yang langka, yang dikenal dengan nama pneumocystis carinii pneumonia (PCP), dan sejenis kanker kulit yang langka yaitu kaposi’s sarcoma (KS). Biasanya penyakit ini baru muncul dua sampai tiga tahun setelah penderita didiagnosis mengidap AIDS. Seseorang yang telah terinfeksi HIV belum tentu terlihat sakit. Secara fisik dia akan sama dengan orang yang tidak terinfeksi HIV.
      90% dari pengidap AIDS tidak menyadari bahwa mereka telah tertular virus AIDS, yaitu HIV karena masa inkubasi penyakit ini termasuk lama dan itulah sebabnya mengapa penyakit ini sangat cepat tertular dari satu orang ke orang lain. Masa inkubasi adalah periode atau masa dari saat penyebab penyakit masuk ke dalam tubuh (saat penularan) sampai timbulnya penyakit.

      SEJARAH SINGKAT HIV AIDS

      Virus HIV dikenal secara terpisah oleh para peneliti di Institut Pasteur Perancis pada tahun 1983 dan NIH yaitu sebuah institut kesehatan nasional di Amerika Serikat pada tahun 1984. Meskipun tim dari Institute Pasteur Perancis yang dipimpin oleh Dr. Luc Montagnie, yang pertama kali mengumumkan penemuan ini di awal tahun 1983 namun penghargaan untuk penemuan virus ini tetap diberikan kepada para peneliti baik yang berasal dari Perancis maupun Amerika. Peneliti Perancis memberi nama virus ini LAV atau lymphadenopathy associated virus. Tim dari Amerika yang dipimpin Dr. Robert Gallo menyebut virus ini HTLV-3 atau human T-cell lymphotropic virus type-3. Kemudian Komite Internasional untuk Taksonomi Virus memutuskan untuk menetapkan nama human immunodeficiency virus (HIV) sebagai nama yang dikenal sampai sekarang makapara peneliti tersebut juga sepakat untuk menggunakan istilah HIV. Sesuai dengan namanya, virus ini “memakan” imunitas tubuh.


      Strategi penanggulangan HIV dan AIDS ditujukan untuk mencegah dan mengurangi risiko penularan HIV, meningkatkan kualitas hidup ODHA, serta mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat HIV dan AIDS pada individu, keluarga dan masyarakat, agar setiap individu menjadi produktif dan bermanfaat untuk pembangunan. Skenario strategi dan rencana aksi yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut:

      1. Meningkatkan dan memperluas cakupan seluruh pencegahan
      2. Meningkatkan dan memperluas cakupan perawatan, dukungan, dan pengobatan
      3. Mengurangi dampak negatif dari epidemic dengan meningkatkan akses program mitigasi social
      4. Penguatan kemitraan, system kesehatan, dan masyarakat
      5. Meningkatkan koordinasi antara pemangku kepentingan dan mobilisasi penggunaan sumber daya di semua tingkat
      6. Mengembangkan intervensi structural
      7. Penerapan perencanaan, prioritas, dan implementasi program berbasis data

      B. TUJUAN

      1. Tujuan Umum
      Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tujuan-tujuan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua dalam menambah ilmu pengetahuan dan wawasan. Secara rinci  tujuan dari penelitian dan penulisan makalah ini adalah :
      1. Mengetahui penyebab AIDS serta bahaya yang ditimbulkan.
      2. Mengetahui cara pencegahan HIV / AIDS.


      2. Tujuan Khusus
      Memberikan informasi kepada masyarakat tentang bahaya dan akibat dari HIV/AIDS,


      BAB II

      PEMBAHASAN


      A. PENGERTIAN

      Apa itu HIV?
      HIV atau ’Human Immunodeficiency Virus’,

      HIV adalah virus yang menyerang dan merusak kekebalan tubuh pada manusia, sehingga tubuh tidak bias melawan infeksi-infeksi yang masuk ke tubuh.
      Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan dengan AIDS adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus HIV yaitu: H = Human (manusia), I =Immuno deficiency (berkurangnya kekebalan), V = Virus.
      Maka dapat dikatakan HIV adalah virus yang menyerang dan merusak sel kekebalan tubuh manusia sehingga tubuh kehilangan daya tahan dan mudah terserang berbagai penyakit antara lain TBC, diare, sakit kulit, dll. Kumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh kita itulah yang disebut AIDS, yaitu:
      A = Acquired (didapat), I = Immune (kekebalan tubuh),D = Deficiency (kekurangan), S = Syndrome (gejala). Maka, selama bertahun-tahun orang dapat terinfeksi HIV sebelum akhirnya mengidap AIDS. Namun penyakit yang paling sering ditemukan pada penderita AIDS adalah sejenis radang paru-paru yang langka, yang dikenal dengan nama pneumocystis carinii pneumonia (PCP), dan sejenis kanker kulit yang langka yaitu kaposi’s sarcoma (KS) yang ditemukan pada penderita penyakit ini.

      Jadi AIDS berarti kumpulan gejala akibat kekurangan atau kelemahan sistem kekebalan tubuh yang dibentuk setelah kita lahir dan disebabkan oleh HIV atau Human Immunodeficiency Virus. AIDS bukan penyakit turunan, oleh sebab itu dapat menulari siapa saja. Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor    .

      Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini sampai sekarang belum benar-benar bisa disembuhkan.

      Penyakit ini kadang disebut “infeksi oportunistik”, karena penyakit ini menyerang dengan cara memanfaatkan kesempatan ketika kekebalan tubuh menurun sehingga kanker dan infeksi oportunistik inilah yang dapat menyebabkan kematian. Biasanya penyakit ini baru muncul dua sampai tiga tahun setelah penderita didiagnosis mengidap AIDS. Orang yang mengidap KS mempunyai kesempatan hidup lebih lama dibandingkan orang yang terkena infeksi oportunistik. Akan tetapi belum ada seorang pun yang diketahui benar-benar sembuh dari AIDS. Seseorang yang telah terinfeksi HIV belum tentu terlihat sakit. Secara fisik dia akan sama dengan orang yang tidak terinfeksi HIV. Apakah seseorang sudah tertular HIV atau tidak hanya bisa diketahui melalui tes darah. Oleh karena itu 90% dari pengidap AIDS tidak menyadari bahwa mereka telah tertular virus AIDS, yaitu HIV karena masa inkubasi penyakit ini termasuk lama dan itulah sebabnya mengapa penyakit ini sangat cepat tertular dari satu orang ke orang lain. Masa inkubasi adalah periode atau masa dari saat penyebab penyakit masuk ke dalam tubuh (saat penularan) sampai timbulnya penyakit.


      Apa Perbedaannya HIV dan AIDS?

      Fase HIV adalah fase dimana virus masuk ke dalam tubuh dan tubuh mulai melakukan perlawanan dengan menciptakan antibodi. Pada fase ini, sebagian besar orang tidak merasakan gejalanya sehingga disebut fase tanpa gejala.

      Fase AIDS, adalah saat tubuh sudah tidak mampu melawan penyakit-penyakit yang masuk dan menginfeksi tubuh. Biasanya dikatakan fase AIDS setalah muncul 2 atau lebih gejala. Misal flu yang sulit sembuh diiringi mencret dan menurunnya berat badan hingga >10%.

      Untuk memudahkan penjelasannya Orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) dibagi dalam 4 stadium perkembangan, yaitu:

      a. Stadium awal infeksi HIV, menunjukkan gejala-gejala seperti : demam, kelelahan, nyeri sendi, pembesaran kelenjar getah bening. Gejala-gejala ini menyerupai influenza/monokleosis.

      b. Stadium tanpa gejala, yaitu stadium dimana ODHA nampak sehat, namun dapat merupakan sumber penularan infeksi HIV. Masa ini bisa mencapai 5 hingga 10 tahun, bergantung dengan kekebalan tubuh dan kesehatan seseorang.

      c. Stadium ARC (AIDS Related Complex), memperlihatkan gejala-gejala seperti demam lebih dari 38oC secara berkala/terus-menerus, menurunnya berat badan lebih dari 10% dalam waktu 3 bulan, pembesaran kelenjar getah bening, diare/mencret secara berkala/terus- menerus dalam waktu yang lama tanpa sebab yang jelas, kelemahan tubuh yang menurunkan aktifitas fisik, berkeringat pada waktu malam hari.

      d. Stadium AIDS, akan menunjukkan gejala-gejala seperti terdapatnya kanker kulit yang disebut sarkoma kaposi, kanker kelenjar getah bening, infeksi penyakit penyerta misalnya : pneumonia yang disebabkan oleh pneumocytis carinii, TBC, peradangan otak/selaput otak.

      B. PENYEBAB HIV/AIDS

      Penyebab timbulnya penyakit AIDS belum dapat dijelaskan sepenuhnya. tidak semua orang yang terinfeksi virus HIV ini terjangkit penyakit AIDS menunjukkan bahwa ada faktor-faktor lain yang berperan di sini. Penggunaan alkohol dan obat bius, kurang gizi, tingkat stress yang tinggi dan adanya penyakit lain terutama penyakit yang ditularkan lewat alat kelamin merupakan faktor-faktor yang mungkin berperan di antaranya adalah waktu.

      Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa HIV secara terus menerus memperlemah sistem kekebalan tubuh dengan cara menyerang dan menghancurkan kelompok-kelompok sel-sel darah putih tertentu yaitu sel T-helper. Normalnya sel T-helper ini (juga disebut sel T4) memainkan suatu peranan penting pada pencegahan infeksi.

      Ketika terjadi infeksi, sel-sel ini akan berkembang dengan cepat, memberi tanda pada bagian system kekebalan tubuh yang lain bahwa telah terjadi infeksi. Hasilnya, tubuh memproduksi antibodi yang menyerang dan menghancurkan bakteri-bakteri dan virus-virus yang berbahaya.


      C.  PENULARAN HIV/AIDS
      Bagaimana cara mencegah penularan HIV
      Pencegahan tentu saja harus dikaitkan dengan cara-cara penularan HIV seperti yang sudah dikemukakan.

      Ada beberapa cara pencegahan HIV/AIDS, yaitu :

      A. Pencegahan penularan melalui hubungan seksual

      Infeksi HIV terutama terjadi melalui hubungan seksual, sehingga pencegahan AIDS perlu difokuskan pada hubungan seksual. Untuk ini perlu dilakukan penyuluhan agar orang berperilaku seksual yang aman dan bertanggung jawab, yakni : hanya mengadakan hubungan seksual dengan pasangan sendiri (suami/isteri sendiri), kalau salah seorang pasangan anda sudah terinfeksi HIV, maka dalam melakukan hubungan seksual perlu dipergunakan kondom secara benar, mempertebal iman agar tidak terjerumus ke dalam hubungan-hubungan seksual di luar nikah.

      B. Pencegahan Penularan Melalui Darah

      Dapat berupa : pencegahan dengan cara memastikan bahwa darah dan produk-produknya yang dipakai untuk transfusi tidak tercemar virus HIV, jangan menerima donor darah dari orang yang berisiko tinggi tertular AIDS, gunakan alat-alat kesehatan seperti jarum suntik, alat cukur, alat tusuk untuk tindik yang bersih dan suci hama.

      C. Pencegahan penularan dari Ibu-Anak (Perinatal).

       Ibu-ibu yang ternyata mengidap virus HIV/AIDS disarankan untuk tidak hamil. Penularan dari ibu (HIV positif) yang lebih dikenal dengan MTCT (Mother To Child Transmission) dapat terjadi selama kehamilan, persalinan dan menyusui. MTCT juga kita kenal dengan nama Transmisi Vertikal atau Transmisi Perinatal. 

      Bila tidak ada intervensi (atau upaya pencegahan) samasekali maka risiko seorang Ibu HIV positif melahirkan bayi HIV positif adalah 15-45 persen. Dengan intervensi yang efektif maka risiko ini dapat diturunkan sampai dibawah 5 persen.

      Upaya pencegahan penularan dari Ibu HIV positif ke janin dalam kandungan dan bayi yang dilahirkan kita kenal dengan singkatan PMTCT (Prevention of mother-to-child HIV Transmission). Secara global disepakati bahwa pada tahun 2015 tidak ada lagi infeksi baru melalui MTCT. Guna mencapai hal tersebut perlu upaya keras seluruh bangsa di dunia.

      PMTCT: SEBAGAI PELAYANAN PERORANGAN

      PMTCT adalah terminologi umum untuk sebuah program pelayanan dan intervensi yang didesain untuk menurunkan risiko penularan dari Ibu HIV positif kepada bayinya. Secara umum program PMTCT meliputi 5 intervensi utama, yaitu:
       

      ·         HIV testing dan konseling mulai hamil sampai paska melahirkan

      ·         Pemberian ARV kepada ibu dan bayi yang dilahirkan

      ·         Persalinan yang aman

      ·         Pemberian makanan kepada bayi (infant feeding), konseling dan dukungan

      ·         Care, support dan treatment komprehensif kepada ibu dan keluarganya.


      Intervensi pada pelayanan ini sama dengan pelayanan yang diberikan pada pelayanan komprehensif PMTCT di bawah

      PMTCT: SEBAGAI PAKET PELAYANAN KOMPREHENSIF

      PMTCT bukan sekedar program pelayanan individual. PMTCT adalah sebuah paket pelayanan kesehatan masyarakat secara komprehensif. Dengan demikian FOKUS PMTCT tidak hanya wanita (Ibu) dengan HIV positif tetapi juga suami (pasangan) yang HIV negatif atau status HIVnya tidak diketahui.

      D. Mencegah Penularan Lewat. Alat-Alat Yang Tercemar

      Bila hendak menggunakan alat-alat yang menembus kulit dan darah (jarum suntik, jarum tato, pisau cukur dan lain-lainnya), pastikan bahwa alat-alat tersebut benar-benar steril. Cara mensterilkan alat-alat tersebut dapat dengan mencucinya dengan benar. Anda dapat memakai ethanol 70% atau pun pemutih. Caranya, sedot ethanol dengan jarum suntik tersebut, lalu semprotkan keluar. Hal ini dilakukan dua kali. Manifestasi AIDS rata-rata timbul 10 tahun sesudah infeksi.

      HIV/AIDS tidak menular kecuali :

      -melakukan hubungan seks dengan seorang ODHA
      -melakukan hubungan seks (homo/hetero seksual)
      -melakukan hubungan seks berganti-ganti pasangan tanpa kondom
      -menggunakan satu jarum suntik secara bergantian atau menggunakan jarum bekas
      -dari Wanita ODHA melalui kelahiran
      -dari Wanita ODHA melalui Air Susu Ibu. (Virus HIV hidup dan berkembang biak di dalam Darah,Cairan Sperma,Cairan Vagina dan ASI)


      Siapapun Bisa terkena AIDS, jika prilakunya beresiko.  Penampilan luar tidak menjamin bebas HIV.
      ODHA sering terlihat sehat dan merasa sehat Jika belum melakukan tes HIV, ODHA tidak tahu bahwa dirinya telah tertular HIV dan dapat menularkan HIV kepada orang lain.Tes HIV adalah satu-satunya cara mendapatkan kepastian tertular atau tidak.

      Virus HIV Tidak Menular Melalui :

      -Keringat, Air liur
      -Makanan,Flu/influenza
      -Berpelukan
      -Makan dengan perabot yang sama
      -Bersalaman
      -Mandi bersama
      -Digigit nyamuk
      -Memakai toilet bersama
      -Berhubungan Seks dengan menggunakan Kondom yang baik.
      -Ciuman, senggolan, pelukan dan kegiatan sehari-hari lainnya.

      HIV dan Tubuh manusia
      Belum ada obat membasmi HIV
      HIV masuk langsung ke aliran darah untuk dapat hidup dalam tubuh manusia
      * Di luar tubuh manusia HIV sangat cepat mati
      * HIV mati oleh air panas, sabun, bahan pencuci hama lain
      * HIV tidak dpt menular lewat udara seperti virus lainnya
      * Ditubuh manusia HIV bersarang dalam sel darah putih tertentu yang disebut sel T4 (CD4 = Sel T helper)
      * Sel T4 terdapat pd cairan tubuh maka HIV ditemukan terutama dalam: darah, air mani, cairan vagina
      * HIV tidak terdapat dalam: urine, faeces, muntahan
      * HIV tidak dapat menembus kulit utuh.

      D. TANDA-TANDA SESEORANG TERTULAR HIV/AIDS
      Gejala-gejala utama AIDS.

      Sebenarnya tidak ada tanda-tanda khusus yang bisa menandai apakah seseorang telah tertular HIV, karena keberadaan virus HIV sendiri membutuhkan waktu yang cukup panjang (5 sampai 10 tahun hingga mencapai masa yang disebut fullblown AIDS). Adanya HIV di dalam darah bisa terjadi tanpa seseorang menunjukan gejala penyakit tertentu dan ini disebut masa HIV positif. Bila seseorang terinfeksi HIV untuk pertama kali dan kemudian memeriksakan diri dengan menjalani tes darah, maka dalam tes pertama tersebut belum tentu dapat dideteksi adanya virus HIV di dalam darah.

      Hal ini disebabkan kaena tubuh kita membutuhkan waktu sekitar 3 – 6 bulan untuk membentuk antibodi yang nantinya akan dideteksi oleh tes darah tersebut. Masa ini disebut window period (periode jendela) .

      Dalam masa ini , bila orang tersebut ternyata sudah mempunyai virus HIV di dalam tubuhnya (walau pun belum bisa di deteksi melalui tes darah), ia sudah bisa menularkan HIV melalui perilaku yang disebutkan di atas tadi.


      E. PENCEGAHAN HIV/AIDS

      Bagi yang belum terinfeksi

      Sampai detik ini belum ada vaksin yang sanggup mencegah atau mengobati HIV AIDS, namun bukanlah sesuatu yang mustahil untuk melakukan pencegahan HIV atau AIDS terhadap diri sendiri dan pasangan atau orang lain.
      Tidak ada vaksin untuk mencegah HIV dan tidak ada obat untuk AIDS, tapi Anda bisa melindungi diri agar tidak terinfeksi. Satu-satunya cara untuk mencegah terinfeksi HIV adalah dengan menghindari kegiatan yang meningkatkan risiko tertular HIV. Pada dasarnya, mencegah selalu lebih baik daripada mengobati.

      Cara-cara yang paling umum untuk terinfeksi HIV adalah berhubungan seks tanpa kondom, berbagi jarum atau alat suntik lainnya. Jika Anda terinfeksi HIV, Anda bisa menularkannya dengan cara-cara tersebut. Jika kedua pasangan terinfeksi, tetap lakukan hubungan seks yang aman. Anda bisa tertular jenis virus HIV lain yang mungkin tidak bisa dikendalikan oleh obat-obatan yang Anda konsumsi.

      Melalui Hubungan Seks

      Risiko tertinggi infeksi HIV ditularkan melalui hubungan seks tanpa kondom melalui vagina maupun anal. Risiko tertular melalui seks oral rendah, tapi bukan berarti nol. Seks oral bisa menularkan penyakit Infeksi Menular Seksual lain seperti sifilis. Mainan dan alat bantu seks juga berisiko dalam menyebarkan HIV jika salah satu pengguna mainan dan alat bantu seks ini positif terinfeksi HIV.

      Cara terbaik untuk mencegah HIV dan penyakit infeksi menular seksual (IMS) lainnya adalah dengan memakai kondom untuk segala jenis penetrasi seks. Dan gunakan dental dam untuk melakukan seks oral. Dental dam adalah selembar kain berbahan lateks. Kain ini berfungsi sebagai penghalang antara mulut dan vagina atau anus. Hal ini bertujuan untuk menurunkan penyebaran IMS selama melakukan seks oral.

      Pemakaian kondom

      Jika Anda tidak tahu status infeksi HIV pasangan, maka selalu gunakan kondom baru tiap melakukan hubungan seks anal maupun seks vaginal. Kondom tersedia dalam berbagai bentuk, warna, tekstur, bahan, dan rasa yang berbeda. Kondom tersedia baik untuk pria maupun wanita.

      Kondom adalah bentuk perlindungan paling efektif melawan HIV dan penyakit Infeksi Menular Seksual lainnya. Kondom bisa digunakan untuk hubungan seks apa pun. Sangat penting untuk memakai kondom sebelum kontak seksual apa pun yang muncul antara penis, vagina, mulut, atau anus. HIV bisa ditularkan sebelum terjadi ejakulasi. Ini terjadi ketika keluarnya cairan awal dari alat kelamin dan dari anus.

      Gunakan kondom yang berbahan lateks atau poliuretan (latex and polyurethane) ketika melakukan hubungan seks. Gunakan kondom begitu Anda atau pasangan mengalami ereksi, bukan sebelum ejakulasi.

      Pemakaian pelumas

      Pelumas digunakan untuk menambah kenyamanan dan keamanan hubungan seks dengan tujuan menambah kelembapan pada vagina maupun anus selama seks. Pelumas akan mengurangi risiko terjadinya kulit luka (sobek) pada vagina atau anus. Pelumas juga mencegah agar kondom tidak sobek.

      Hanya gunakan pelumas yang berbahan dasar air, bukan yang berbahan minyak. Pelumas yang berbahan minyak bisa melemahkan kekuatan kondom dan bahkan bisa merobek kondom.

      Melalui Jarum dan Suntikan

      Jika Anda memakai jarum untuk menyuntikkan obat, pastikan jarumnya steril. Jangan berbagi jarum, suntikan, atau perlengkapan menyuntik lagi seperti spon dan kain. Berbagi jarum bisa meningkatkan risiko terinfeksi HIV dan virus lain yang ada di dalam darah, misalnya hepatitis C.

      Jika Anda ingin membuat tato atau tindik, pastikan selalu memakai jarum yang steril dan bersih. Jangan melakukan aktivitas ini di tempat sembarangan. Pastikan Anda memeriksa soal jarum yang digunakan.

      F. PENGOBATAN HIV/AIDS

      Tidak ada obat untuk menyembuhkan infeksi HIV, tapi ada pengobatan yang bisa memperlambat perkembangan penyakit. Perawatan ini bisa membuat orang yang terinfeksi untuk hidup lebih lama dan bisa menjalani pola hidup sehat. Ada berbagai macam jenis obat yang dikombinasikan untuk mengendalikan virus.

      Obat-obatan Darurat Awal HIV

      Jika merasa atau mencurigai baru saja terkena virus dalam rentan waktu 3×24 jam, obat anti HIV bisa mencegah terjadinya infeksi. Obat ini bernama post-exposure prophylaxis (PEP) atau di Indonesia dikenal sebagai profilaksis pasca pajanan. Profilaksis adalah prosedur kesehatan yang bertujuan mencegah daripada mengobati.

      Pengobatan ini harus dimulai maksimal tiga hari setelah terjadi pajanan (terpapar) terhadap virus. Idealnya, obat ini bisa diminum langsung setelah pajanan terjadi. Makin cepat pengobatan, maka lebih baik.

      Pengobatan memakai PEP ini berlangsung selama sebulan. Efek samping obat ini serius dan tidak ada jaminan bahwa pengobatan ini akan berhasil. PEP melibatkan obat-obatan yang sama seperti pada orang yang sudah dites positif HIV.

      Obat ini bisa Anda dapatkan di dokter spesialis penyakit infeksi menular seksual (IMS) atau di rumah sakit.

      Hasil Tes Positif HIV

      Hasi tes positif atau reaktif berarti kita terinfeksi HIV. Hasil tes ini seharusnya disampaikan oleh penyuluh (konselor) atau pun dokter. Mereka akan memberi tahu dampaknya pada kehidupan sehari-hari dan bagaimana menghadapi situasi yang terjadi saat itu.

      Tes darah akan dilakukan secara teratur untuk mengawasi perkembangan virus sebelum memulai pengobatan. Pengobatan dilakukan setelah virus mulai melemahkan sistem kekebalan tubuh manusia. Ini bisa ditentukan dengan mengukur tingkat sel CD4 dalam darah. Sel CD4 adalah sel yang bertugas untuk melawan infeksi.

      Pengobatan biasanya disarankan setelah CD4 di bawah 350, entah terjadi gejala atau tidak. Jika CD4 sudah mendekati 350, disarankan untuk melakukan pengobatan secepatnya. Tujuan pengobatan adalah untuk menurunkan tingkat virus HIV dalam darah. Ini juga untuk mencegah atau menunda penyakit yang terkait dengan HIV. Kemungkinan untuk menyebarkannya juga menjadi lebih kecil.

      Keterlibatan Penyakit Lain

      Bagi penderita hepatitis B dan hepatitis C yang juga terinfeksi HIV, pengobatan disarankan ketika angka CD4 di bawah 500. Jika penderita HIV sedang menjalani radioterapi atau kemoterapi yang akan menekan sistem kekebalan tubuh, pengobatan dilakukan dengan angka CD4 berapa pun. Atau ketika Anda juga menderita penyakit lain seperti TB, penyakit ginjal, dan  penyakit otak.

      Obat-obatan Antiretroviral

      Antiretroviral (ARV) adalah beberapa obat yang digunakan untuk mengobati infeksi HIV. Obat-obatan ini tidak membunuh virus, tapi memperlambat pertumbuhan virus. HIV bisa mudah beradaptasi dan kebal terhadap satu golongan ARV. Oleh karena itu kombinasi golongan ARV akan diberikan.

      Pengobatan kombinasi ini lebih dikenal dengan nama terapi antiretroviral (ART). Biasanya pasien akan diberikan tiga golongan obat ARV. Kombinasi obat ARV yang diberikan berbeda-beda pada tiap-tiap orang, jadi jenis pengobatan ini bersifat pribadi atau khusus.

      Beberapa obat ARV sudah digabungkan menjadi satu pil. Begitu pengobatan HIV dimulai, mungkin obat ini harus dikonsumsi seumur hidup. Jika satu kombinasi ARV tidak berhasil, mungkin perlu beralih ke kombinasi ARV lainnya.

      Jika menggabungkan beberapa tipe pengobatan untuk mengatasi infeksi HIV, hal ini bisa menimbulkan reaksi dan efek samping yang tidak terduga. Selalu konsultasikan kepada dokter sebelum mengonsumsi obat yang lain.

      Pengobatan HIV Pada Wanita Hamil

      Bagi wanita hamil yang positif terinfeksi HIV, ada obat ARV khusus untuk wanita hamil. Obat ini untuk mencegah penularan HIV dari ibu kepada bayinya. Tanpa pengobatan, terdapat perbandingan 25 dari 100 bayi akan terinfeksi HIV. Risiko bisa diturunkan kurang dari satu banding 100 jika diberi pengobatan sejak awal.

      Dengan pengobatan lebih dini, risiko menularkan virus melalui kelahiran normal tidak meningkat. Tapi bagi beberapa wanita, tetap disarankan untuk melahirkan dengan operasi caesar.

      Bagi wanita yang terinfeksi HIV, disarankan untuk tidak memberi ASI kepada bayinya. Virus bisa menular melalui proses menyusui. Jika Anda adalah pasangan yang menderita HIV, bicarakan kepada dokter sebagaimana ada pilihan untuk tetap hamil tanpa berisiko tertular HIV.

      Konsumsi Obat Secara Teratur

      Anda harus membuat jadwal rutin untuk memasukkan pengobatan HIV ke dalam pola hidup sehari-hari. Pengobatan HIV bisa berhasil jika Anda mengonsumsi obat secara teratur (pada waktu yang sama setiap kali minum obat). Jika melewatkan satu dosis saja, efeknya bisa meningkatkan risiko kegagalan.

      Efek Samping Pengobatan HIV

      Semua pengobatan untuk HIV memiliki efek samping yang tidak menyenangkan. Jika terjadi efek samping yang tidak normal, Anda mungkin perlu mencoba kombinasi obat-obatan ARV yang lainnya. Berikut adalah contoh efek samping yang umumnya terjadi:

      • Kelelahan
      • Mual
      • Ruam pada kulit
      • Diare
      • Satu bagian tubuh menggemuk, bagian lain kurus
      • Perubahan suasana hati

      G. PERAN BUDDY PADA PENDERITA HIV AIDS

      Pendampingan pasien artinya para relawan membantu pasien-pasien HIV & AIDS yang membutuhkan, mulai informasi seputar pengobatan, dukungan semangat/motivasi, kontrol kepatuhan terapi ARV/ART, kontrol kepatuhan cek kesehatan yang diperlukan, penjaga pasien rawat inap yang membutuhkan, dan lain-lain yang sekiranya dianggap dapat membantu pasien.

      Banyak orang yang tidak mengetahui istilah buddy. Namun di kalangan Orang Dengan HIV-AIDS (ODHA), buddy bisa dikatakan penolong dan pemberi semangat di tengah kehancuran mental setelah tahu seseorang telah mengidap salah satu penyakit menular seksual (PMS) seperti HIV/AIDS. Buddy bisa memberikan motivasi kepada para penderita yang baru mengetahui dirinya terjangkit penyakit HIV/AIDS. Buddy juga memiliki kewajiban moral membangkitkan semangat penderita dengan masuk ke dalam kominitas yang dihuni oleh ODHA.

      Kebanyakan Orang dengan HIV-AIDS tertular dari pemakaian jarum suntik saat menggunakan narkotika jenis putaw. Dengan berkumpul bersama dan menggunakan suntikan bergantian dapat menyebabkan tertularnya penyakit HIV/AIDS ini. Bagi para penderita yang baru mengetahui dirinya terinfeksi penyakit HIV/AIDS pasti akan merasa terasingkan. Menganggap orang lain akan menjauhi dirinya karena mengidap penyakit yang ditakuti oleh banyak orang. Situasi seperti inilah yang membuat budies dari YMM tergugah hatinya untuk membantu penderita ODHA.

      “Yang kami lakukan adalah memberikan motivasi kepada penderita ODHA agar bisa terus membangun semangatnya. Untuk melawan penyakit seperti ini, semangatlah yang pertama kali dibutuhkan,” kata  salah satu buddy dari YMM, di Klinik Jelia, Mangga Besar, Jakarta Barat.

      Buddy sendiri mulai mendekati pasien yang mengidap ODHA setelah mendapatkan rekomendasi dari dokter. Kemudian buddy mendampingi penderita dengan melakukan pendekatan lebih dalam. Penderita dengan penyakit HIV/AIDS lebih nyaman jika berada dalam komunitas yang sama.

      Dari dasar pemikirannya seperti itulah dibangun YMM untuk penderita ODHA agar bisa membagi keluh kesah sebagai sesama penderita. Mayoritas buddy juga menderita ODHA, oleh karena itu buddy bisa bergaul lebih intensif dengan pasien dibandingkan dengan dokter.

      Motivasi

      Mayoritas buddy yang menangani ODHA merupakan penderita ODHA baik terinfeksi karena perilakunya sendiri ataupun innocent victim. Motivasi menjadi buddy umumnya berasal dari masa lalunya sebagai pengguna jarum suntik dalam menggunakan narkoba.  Mereka mencoba mengabdikan diri kepada yayasan yang bergerak di bidang HIV/AIDS untuk memberikan motivasi kepada penderita Odha maupun PMS. Salah satu Yayasan tersebut adalah YMM yang bekerjasama dengan klinik Jelia di bilangan Mangga Besar, Jakarta Barat. Dari rekomendasi dokter di Klinik Jelia inilah buddy mengetahui siapa saja yang membutuhkan pendampingan untuk melawan penyakit menakutkan ini. Yayasan ini  ingin menggalakkan program Selamatkan Perempuan dan Anak dari HIV/AIDS, program ini dibuat untuk menekan jumlah penderita setiap tahunnya.

      Pembelajaran

      Tugas dari buddy sendiri sebagai pendamping penderita Odha adalah memberitahukan secara mendalam mengenai penyakit HIV/AIDS. Tugas ini tidak dapat dilakukan oleh dokter karena butuh kedekatan emosional yang tinggi supaya tidak membuat down penderita HIV/AIDS.

      Bagi penderita penyakit HIV/AIDS harus meminum obat yang diberikan oleh dokter setiap hari dan tidak boleh terputus seumur hidup. Jarak mengonsumsi obat tersebut berselisih waktu sekitar delapan jam. Selain itu, penderita HIV/AIDS wajib menggunakan kondom ketika berhubungan intim walaupun dia berhubungan dengan sesama penderita HIV/AIDS.

      Jenis virus setiap orang  berbeda, jadi kalau berhubungan tanpa kondom akan mengebalkan virus di dalam tubuh. Obat yang dikonsumsi juga harus diganti jenisnya untuk bisa menghambat perkembangan virus di dalam tubuh penderita.

      BAB III

      PENUTUP

      1. KESIMPULAN

        AIDS disebabkan oleh virus yang bernama HIV, Human Immunodeficiency Virus. Apabila anda terinfeksi HIV, maka tubuh anda akan mencoba untuk melawan infeksi tersebut. Tubuh akan membentuk “antibodi”, yaitu molekul-molekul khusus untuk melawan HIV.

        Tes darah untuk HIV berfungsi untuk mencari keberadaan antibodi tersebut. Apabila anda memiliki antibodi ini dalam tubuh anda, maka artinya anda telah terinfeksi HIV. Orang yang memiliki antibodi HIV disebut ODHA.

        Menjadi HIV-positif, atau terkena HIV, tidaklah sama dengan terkena AIDS.
        Banyak orang yang HIV-positif tetapi tidak menunjukkan gejala sakit selama bertahun-tahun. Namun selama penyakit HIV berlanjut, virus tersebut secara perlahan-lahan merusak sistem kekebalan tubuh. Apabila kekebalan tubuh anda rusak, berbagai virus, parasit, jamur, dan bakteria yang biasanya tidak mengakibatkan masalah dapat membuat anda sangat sakit. Inilah yang disebut “infeksi oportunistik”.

        Menurut pandangan agama HIV / AIDS itu buruk, karena penularannya pun sebagian besar terjadi melalui cara yang dilarang oleh agama. Salah satunya HIV / AIDS ditularkan melalui hubungan seks bebas.



      2. SARAN
        Agar kita semua terhindar dari AIDS, maka kita harus berhati-hati memilih pasangan hidup, jangan sampai kita menikah dengan pasangan yang mengidap HIV / AIDS, karena selain dapat menular kepada diri kita sendiri juga dapat menular kepada janin dalam kandungan. Apabila sudah mengetahui status HIV pasangan kita dan tetap mau melangsungkan pernikahan, maka harus mengetahui langkah-langkah pencegahan agar tidak tertular baik kepada diri kita maupun kepada janin. Kita juga harus berhati-hati dalam pemakaian jarum suntik dan tranfusi darah dengan darah yang sudah terpapar oleh virus HIV.


      DAFTAR PUSTAKA


      Maulanusantara.files.wordpress.com
      Flexner, C. 1998. HIV-Protease Inhibitor. N. Engl. J.Med. 338:1281-1293
      Patrick, A.K. & Potts, K.E. 1998. Protease Inhibitors as Antiviral Agents. Clin

      Depkes RI.1997.AIDS dan Penanggulangannya (Ed. 3).Jakarta:PUSDILANKES & The Ford Foundation

      Hanwari, D.2009.Global Effect HIV/AIDS Dimensi Psikoreligi.Jakarta:FKUL

      Nasronudin.2007.HIV & AIDS Pendekatan Biologis Molekuler, Klinis & Sosial.Surabaya:Airlangga University Press

      Nursalam, Kurniawati, D, N.2009.Asuhan Keperawatan pada Pasien HIV/AIDS.Jakarta:Salemba Medika

      Sunaryati, S. S.2011.14 Penyakit Paling Sering Menyerang dan Sangat Mematikan.Yogyakarta:FlashBook

      Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

      MAKALAH CHIKUNGUNYA

      BAB I
      PENDAHULUAN


      Dewasa ini banyak sekali permasalahan yang menyangkut tentang kesehatan, terutama di negara kita Indonesia. Masalah yang dihadapi masyarakat Indonesia sekarang ini adalah tentang kurangnya pemeliharaan kesehatan yang efisien oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Sekarang ini, sebagian besar masyarakat Indonesia tidak begitu mengerti dan paham tentang masalah kesehatan, karena mereka tidak begitu memiliki wawasan yang luas tentang masalah kesehatan. Akibatnya banyak masyarakat Indonesia yang terkena penyakit, karena dari kurangnya memperhatikan kesehatan masyarakat di lingkungan mereka sendiri secara tidak langsung mereka juga tidak memperhatikan masalah kesehatan tempat tinggal mereka. Karena kurangnya memperhatikan kebersihan dan kesehatan lingkungan tempat tinggal mereka banyak wabah penyakit yang mudah berkembang dilingkungan yang kurang sehat. Sehingga banyak masyarakat Indonesia terutama yang berada didaerah terpencil ini yang terkena penyakit. Karena banyaknya masyarakat di daerah terpencil yang terkena penyakit dan mewabah kedaerah lainnya maka disebut juga sebagai kejadian luar biasa (KLB).

      Salah satu kejadian luar biasa ini yaitu  KLB Demam Chikungunya.
      Demam Chikungunya merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk. Penyakit ini pertama dideskripsikan pada tahun 1955 oleh Marion Robinsoni dan W.H.R Lumsden diikuti oleh kejadian KLB tahun 1952 di Makonde, Plateau, daerah sepanjang Tanganyika and Mozambique.

      Seperti halnya penyakit malaria dan DBD, penyakit infeksi ini kebanyakan menjadi endemic di Negara India, khususnya India bagian tengah dan selatan (Kamath at all, 2006). Kejadian luar biasa ini menjadi perhatian khusus bagi kita sebagai  insan di dunia kesehatan  dan para masyarakat umum di Indonesia untuk lebih memperhatikan kesehatan dan kebersihan lingkungan disekitar kita, agar tidak lagi terjadi kejadian luar biasa (KLB).

      Menurut Hendrik L Blum ada 4 faktor yang mempengaruhi status derajat kesehatan masyarakat atau perorangan. Faktor-faktor tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

      1. Lingkungan

      Lingkungan memiliki pengaruh yang dan peranan terbesar diikuti perilaku, fasilitas kesehatan dan keturunan. Lingkungan sangat bervariasi, umumnya digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu yang berhubungan dengan aspek fisik dan sosial. Lingkungan yang berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah, air, udara, tanah, ilkim, perumahan, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial merupakan hasil interaksi antar manusia seperti kebudayaan, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya

      2. Perilaku

      Perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri. Di samping itu, juga dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, pendidikan sosial ekonomi, dan perilaku-perilaku lain yang melekat pada dirinya.

      3. Pelayanan kesehatan

      Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan keperawatan serta kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat dijangkau atau tidak. Yang kedua adalah tenaga kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan serta program pelayanan kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang memerlukan.

      4. Keturunan

      Keturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia yang dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit keturunan seperti diabetes melitus dan asma bronehial.

      Hendrik L Blum juga menyebutkan 12 indikator yang berhubungan dengan derajat kesehatan, yaitu:

      1. Life spam: yaitu lamanya usia harapan untuk hidup dari masyarakat, atau dapat juga dipandang sebagai derajat kematian masyarakat yang bukan karena mati tua.
      2. Disease or infirmity: yaitu keadaan sakit atau cacat secara fisiologis dan anatomis dari masyarakat.
      3. Discomfort or ilness: yaitu keluhan sakit dari masyarakat tentang keadaan somatik, kejiwaan maupun sosial dari dirinya.
      4. Disability or incapacity: yaitu ketidakmampuan seseorang dalam masyarakat untuk melakukan pekerjaan dan menjalankan peranan sosialnya karena sakit.
      5. Participation in health care: yaitu kemampuan dan kemauan masyarakat untuk berpartisipasi dalam menjaga dirinya untuk selalu dalam keadaan sehat.
      6. Health behaviour: yaitu perilaku manusia yang nyata dari anggota masyarakat secara langsung berkaitan dengan masalah kesehatan.
      7. Ecologic behaviour: yaitu perilaku masyarakat terhadap lingkungan, spesies lain, sumber daya alam, dan ekosistem.
      8. Social behaviour: yaitu perilaku anggota masyarakat terhadap sesamanya, keluarga, komunitas dan bangsanya.
      9. Interpersonal relationship: yaitu kualitas komunikasi anggota masyarakat terhadap sesamanya.
      10. Reserve or positive health: yaitu daya tahan anggota masyarakat terhadap penyakit atau kapasitas anggota masyarakat dalam menghadapi tekanan-tekanan somatik, kejiwaan, dan sosial.
      11. External satisfaction: yaitu rasa kepuasan anggota masyarakat terhadap lingkungan sosialnya meliputi rumah, sekolah, pekerjaan, rekreasi, transportasi.
      12. Internal satisfaction: yaitu kepuasan anggota masyarakat terhadap seluruh aspek kehidupan dirinya sendiri


      BAB II
      PERMASALAHAN


      Di Indonesia terdapat kejadian luar biasa (KLB) pada tahun 1982, salah satunya adalah Demam Chikungunya. Demam Chikungunya Indonesia dilaporkan pertama kali di Samarinda, kemudian berjangkit di Kuala Tungkal, Martapura, Ternate, Yogyakarta (1983), Muara Enim (1999), Aceh dan Bogor (2001). Kemudian sebuah wabah Chikungunya ditemukan di Port Klang di Malaysia pada tahun 1999, selanjutnya berkembang ke wilayah-wilayah lain. Awal tahun 2001, kejadian luar biasa demam Chikungunya terjadi di Muara Enim, Sumatera Selatan dan Aceh. Disusul Bogor bulan Oktober. Setahun kemudian, demam Chikungunya berjangkit lagi di Bekasi (Jawa Barat), Purworejo dan Klaten (Jawa Tengah). Diperkirakan sepanjang tahun 2001-2003 jumlah kasus Chikungunya mencapai 3.918. dan tidak ada kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini (Kautsar, 2010).
      Geografi penyebaran chikungunya yang diketahui distribusi dari virus alphavirus (chikungunya) saat ini adalah India timur dan Kepulauan Hawaii serta Karibia. Demam chikungunya juga telah terjadi di bagian selatan Amerika Serikat pada tahun 1934 dan di Australia. Kebanyakan daerah penyebaran nyamuk A aegypti daerah subtropis dan tropis di seluruh dunia di mana vektor Aedes ada adalah daerah endemik atau yang potensial.

      Sebagai contoh, lebih dari 500.000 kasus demam berdarah terjadi di Kolombia pada tahun 1972 setelah reinfestation dari wilayah pantai Atlantik oleh nyamuk Aedes  aegypti.(Jawetz-Ernest,1974)


      BAB III
      PEMBAHASAN



      A. KELUHAN DAN GEJALA


      Gejala utama terkena penyakit Chikungunya adalah tiba-tiba tubuh terasa demam diikuti dengan linu di persendian. Bahkan, karena salah satu gejala yang khas adalah timbulnya rasa pegal-pegal, ngilu, juga timbul rasa sakit pada tulang-tulang, ada yang menamainya sebagai demam tulang atau flu tulang. Gejala-gejalanya memang mirip dengan infeksi virus dengue dengan sedikit perbedaan pada hal-hal tertentu. virus ini dipindahkan dari satu penderita ke penderita lain melalui nyamuk, antara lain Aedes aegypti. Virus Chikungunya ini akan berkembang biak di dalam tubuh manusia.
      Virus menyerang semua usia, baik anak-anak maupun dewasa di daerah endemis. Secara mendadak penderita akan mengalami demam tinggi selama lima hari, sehingga dikenal pula istilah demam lima hari. Pada anak kecil dimulai dengan demam mendadak dengan tanda kulit kemerahan. Ruam-ruam merah itu muncul setelah 3-5 hari. Mata biasanya merah disertai tanda-tanda seperti flu. Sering dijumpai pula anak kejang demam. Pada anak remaja, demam biasanya diikuti rasa sakit pada otot dan sendi, serta terjadi pembesaran kelenjar getah bening. Pada orang dewasa, gejala nyeri sendi dan otot sangat dominan dan sampai menimbulkan kelumpuhan sementara karena rasa sakit bila berjalan. Kadang-kadang timbul rasa mual sampai muntah. Pada umumnya demam pada anak hanya berlangsung selama tiga hari dengan tanpa atau sedikit sekali dijumpai perdarahan maupun syok.

      B. PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK


      Untuk memperoleh diagnosis akurat perlu beberapa uji serologik antara lain uji hambatan aglutinasi (HI), serum netralisasi, dan IgM capture ELISA. Tetapi pemeriksaan serologis ini hanya bermanfaant digunakan untuk kepentingan epidemiologis dan penelitian, tidak bermanfaat untuk kepentingan praktis klinis sehari-hari (Medicastore, 2010).

       
      C.ETIOLOGI
      Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus, yaitu Alphavirus dan ditularkan lewat nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk yang sama juga menularkan penyakit demam berdarah dengue. Penyakit Chikungunya disebabkan oleh sejenis virus yang disebut virus Chikungunya. virus Chikungunya ini masuk keluarga Togaviridae, genus alphavirus(Wikipedia,2010).
      HIVK sebagai penyebab demam Chikungunya masih belum diketahui pola masuknya ke Indonesia. Sekitar 200-300 tahun lalu CHIKV merupakan virus pada hewan primata di tengah hutan atau savana di Afrika. Satwa primata yang dinilai sebagai pelestari virus adalah bangsa baboon (Papio sp), Cercopithecus sp. Siklus di hutan (sylvatic cycle) di antara satwa primata dilakukan oleh nyamuk Aedes sp (Ae africanus, Aeluteocephalus, Ae opok, Ae. furciper, Ae taylori, Ae cordelierri). Pembuktian ilmiah yang meliputi isolasi dan identifikasi virus baru berhasil dilakukan ketika terjadi wabah di Tanzania 1952-1953. (Judarwanto, 2009)
      Setelah beberapa lama, karakteristik CHIVKvirus yang semula bersiklus dari satwa – primata – nyamuk – satwa – primata, dapat pula bersiklus manusia – nyamuk – manusia. Tidak semua virus asal hewan dapat berubah siklusnya seperti itu. Di daerah permukiman (urban cycle), siklus virus chikungunya dibantu oleh nyamuk Aedes aegypti. Beberapa negara di Afrika yang dilaporkan telah terserang virus chikungunya adalah Zimbabwe, Kongo, Burundi, Angola, Gabon, Guinea Bissau, Kenya, Uganda, Nigeria, Senegal, Central Afrika, dan Bostwana. Sesudah Afrika, virus chikungunya dilaporkan di Bangkok (1958), Kamboja, Vietnam, India dan Sri Lanka (1964), Filipina dan Indonesia (1973). Chikungunya pernah dilaporkan menyerang tiga korp sukarelawan perdamaian Amerika (US Peace Corp Volunteers) yang bertugas di Filipina, 1968. (Judarwanto, 2009)

      D.    VECTOR PENYAKIT CHIKUNGUNYA

      1. Klasifikasi vector penyakit  Chikungunya Aedes aegypti

      Klasifikasi ilmiah
      Kerajaan: Animalia Filum: Arthropoda Kelas: Insecta Ordo: Diptera Famili: Culicidae Genus: Aedes Upagenus: Stegomyia Spesies: Ae. aegypti

      Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus Chikungunya.. Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh dunia. Sebagai pembawa virus Chikungunya, A. aegypti merupakan pembawa utama (primary vector) dan bersama Aedes albopictus menciptakan siklus persebaran Chikungunya di desa dan kota. Terjadinya penularan virus  tidak dapat dilepaskan dari keberadaan vektornya, karena tanpa adanya vektor tidak akan terjadi penularan. Ada beberapa vektor yang dapat menularkan virus Chikungunya tetapi yang dianggap vektor penting dalam penularan virus ini adalah nyamuk Aedes aegypti walaupun di beberapa negara lain Aedes albopictus cukup penting pula peranannya seperti hasil penelitian yang pernah dilakukan di pulau Mahu Republik Seychelles (Metsellar, 1997).

      Untuk daerah urban Aedes albopictus ini kurang penting peranannya (Luft,1996). Selain kedua spesies ini masih ada beberapa spesies dari nyamuk Aedes yang bisa bertindak sebagai vektor untuk virus   seperti Chikungunya  Aedes rotumae, Aedes cooki dan lain-lain. Sub famili nyamuk Aedes ini adalah Culicinae, Famili Culicidae, sub Ordo Nematocera dan termasuk Ordo diptera (WHO, 2004).

      Bila nyamuk Aedes menghisap darah manusia yang sedang mengalami viremia, maka nyamuk tersebut terinfeksi oleh virus Chikungunya dan sekali menjadi nyamuk yang infektif maka akan infektif selamanya (Putman JL dan Scott TW., 1996). Selain itu nyamuk betina yang terinfeksi dapat menularkan virus ini pada generasi selanjutnya lewat ovariumnya tapi hal ini jarang terjadi dan tidak banyak berperan dalam penularan pada manusia. Virus yang masuk dalam tubuh nyamuk membutuhkan waktu 8-10 hari untuk menjadi nyamuk infektif bagi manusia dan masa tersebut dikenal sebagai masa inkubasi eksternal (WHO, 1997).

      2.      Ciri morfologi

      Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan tubuh berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan gari-garis putih keperakan. Di bagian punggung (dorsal) tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari spesies ini. Sisik-sisik pada tubuh nyamuk pada umumnya mudah rontok atau terlepas sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua. Ukuran dan warna nyamuk jenis ini kerap berbeda antar populasi, tergantung dari kondisi lingkungan dan nutrisi yang diperoleh nyamuk selama perkembangan. Nyamuk jantan dan betina tidak memiliki perbedaan dalam hal ukuran nyamuk jantan yang umumnya lebih kecil dari betina dan terdapatnya rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan. Kedua ciri ini dapat diamati dengan mata telanjang.

      Untuk genus Aedes ciri khasnya bentuk abdomen nyamuk betina yang lancip ujungnya dan memiliki cerci yang lebih panjang dari cerci nyamuk lainnya. Nyamuk dewasa mempunyai ciri pada tubuhnya yang berwarna hitam mempunyai bercak-bercak putih keperakan atau putih kekuningan, dibagian dorsal dari thorak terdapat bercak yang khas berupa 2 garis sejajar di bagian tengah dan 2 garis lengkung di tepinya. Aedes albopictus tidak mempunyai garis melengkung pada thoraknya. Larva Aedes mempunyai bentuk siphon yang tidak langsing dan hanya memiliki satu pasang hair tuft serta pecten yang tumbuh tidak sempurna dan posisi larva Aedes pada air biasanya membentuk sudut pada permukaan atas.

      Nyamuk betina meletakkan telurnya di atas permukaan air dalam keadaan menempel pada dinding tempat perindukannya. Telur Aedes aegypti mempunyai dinding yang bergaris-garis dan membentuk bangunan menyerupai gambaran kain kasa. Seekor nyamuk betina dapat meletakkan rata-rata sebanyak 100 butir telur tiap kali bertelur. Pertumbuhan dari telur sampai menjadi dewasa memerlukan waktu kira-kira 9 hari (Srisasi G et al., 2000).

      E.    PERILAKU DAN SIKLUS HIDUP AEDES AEGYPTI

      Aedes aegypti bersifat diurnal atau aktif pada pagi hingga siang hari. Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk betina karena hanya nyamuk betina yang mengisap darah. Hal itu dilakukannya untuk memperoleh asupan protein yang diperlukannya untuk memproduksi telur. Nyamuk jantan tidak membutuhkan darah, dan memperoleh energi dari nektar bunga ataupun tumbuhan. Jenis ini menyenangi area yang gelap dan benda-benda berwarna hitam atau merah. Demam berdarah kerap menyerang anak-anak karena anak-anak cenderung duduk di dalam kelas selama pagi hingga siang hari dan kaki mereka yang tersembunyi di bawah meja menjadi sasaran empuk nyamuk jenis ini.

      Nyamuk dewasa betina mengisap darah manusia pada siang hari yang dilakukan baik di dalam rumah ataupun luar rumah. Pengisapan darah dilakukan dari pagi sampai petang dengan dua puncak yaitu setelah matahari terbit (08.00-10.00) dan sebelum matahari terbenam (15.00-17.00) (Srisasi G et al., 2000).

      Infeksi virus dalam tubuh nyamuk dapat mengakibatkan perubahan perilaku yang mengarah pada peningkatan kompetensi vektor, yaitu kemampuan nyamuk menyebarkan virus. Infeksi virus dapat mengakibatkan nyamuk kurang handal dalam mengisap darah, berulang kali menusukkan proboscis nya, namun tidak berhasil mengisap darah sehingga nyamuk berpindah dari satu orang ke orang lain. Akibatnya, risiko penularan virus menjadi semakin besar.

      Di Indonesia, nyamuk A. aegypti umumnya memiliki habitat di lingkungan perumahan, di mana terdapat banyak genangan air bersih dalam bak mandi ataupun tempayan. Oleh karena itu, jenis ini bersifat urban, bertolak belakang dengan A. albopictus yang cenderung berada di daerah hutan berpohon rimbun (sylvan areas).

      Semua tempat penyimpanan air bersih yang tenang dapat menjadi tempat berkembang biak nyamuk Aedes misalnya gentong air murni, kaleng kosong berisi air hujan, bak kamar mandi atau pada lipatan dan lekukan daun yang berisi air hujan, vas bunga berisi air dan lain-lain. Nyamuk Aedes aegypti lebih banyak ditemukan berkembang biak pada kontainer yang ada dalam rumah.

      Perkembangan hidup nyamuk Aedes aegypti dari telur hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 10-12 hari dan umur nyamuk Aedes aegypti betina berkisar antara 2 minggu sampai 3 bulan atau rata-rata 1,5 bulan, tergantung dari suhu kelembaban udara sekelilingnya (Biswas et al., 1997).

      Nyamuk A. aegypti, seperti halnya culicines lain, meletakkan telur pada permukaan air bersih secara individual. Telur berbentuk elips berwarna hitam dan terpisah satu dengan yang lain. Telur menetas dalam 1 sampai 2 hari menjadi larva. Terdapat empat tahapan dalam perkembangan larva yang disebut instar. Perkembangan dari instar 1 ke instar 4 memerlukan waktu sekitar 5 hari. Setelah mencapai instar ke-4, larva berubah menjadi pupa di mana larva memasuki masa dorman. Pupa bertahan selama 2 hari sebelum akhirnya nyamuk dewasa keluar dari pupa. Perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa membutuhkan waktu 7 hingga 8 hari, namun dapat lebih lama jika kondisi lingkungan tidak mendukung.

      Telur Aedes aegypti tahan kekeringan dan dapat bertahan hingga 1 bulan dalam keadaan kering. Jika terendam air, telur kering dapat menetas menjadi larva. Sebaliknya, larva sangat membutuhkan air yang cukup untuk perkembangannya. Kondisi larva saat berkembang dapat memengaruhi kondisi nyamuk dewasa yang dihasilkan. Sebagai contoh, populasi larva yang melebihi ketersediaan makanan akan menghasilkan nyamuk dewasa yang cenderung lebih rakus dalam mengisap darah. Sebaliknya, lingkungan yang kaya akan nutrisi menghasilkan nyamuk-nyamuk.

      Nyamuk Aedes aegypti lebih senang mencari mangsa di dalam rumah dan sekitarnya pada tempat yang terlindung atau tertutup. Hal ini agak berbeda dengan Aedes albopictus yang sering dijumpai diluar rumah dan menyukai genangan air alami yang terdapat di luar rumah misalnya potongan bambu pagar, tempurung kelapa, lubang pohon yang berisi air (Allan, 1998). Tempat peristirahatan nyamuk Aedes aegypti berupa semak-semak atau tanaman rendah termasuk rerumputan yang terdapat di halaman/kebun/pekarangan rumah, juga berupa benda-benda yang tergantung di dalam rumah seperti pakaian, sarung, kopiah dan lain sebagainya (Srisasi G et al., 2000).

      Aedes aegypti merupakan spesies nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis yang terletak antara 35º lintang utara dan 35º lintang selatan. Selain itu Aedes aegypti jarang ditemukan pada ketinggian lebih dari 1.000 m. Tetapi di India pernah ditemukan pada ketinggian 2.121 m dan di California 2.400 m. Nyamuk ini mampu hidup pada temperatur 8ºC-37ºC. Aedes aegypti bersifat Anthropophilic dan sering tinggal di dalam rumah (WHO, 1997).

      Kemampuan terbang nyamuk betina bisa mencapai 2 km tetapi kemampuan normalnya kira-kira 40 meter. Nyamuk Aedes mempunyai kebiasaan menggigit berulang (multiple bitters) yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena nyamuk Aedes aegypti sangat sensitif dan mudah terganggu. Keadaan ini sangat membantu Aedes aegypti dalam memindahkan virus   ke Chikungunya beberapa orang sekaligus sehingga dilaporkan adanya beberapa penderita di Chikungunya dalam satu rumah (Depkes, 2004).

      Memonitor kepadatan populasi Aedes aegypti merupakan hal yang penting dalam mengevaluasi adanya ancaman penyakit  Chikungunya di suatu daerah dan pengukuran kepadatan populasi nyamuk yang belum dewasa dilakukan dengan cara pemeriksaan tempat-tempat perindukan di dalam dan luar rumah. Ada 3 angka indeks yang perlu diketahui yaitu indeks rumah, indeks kontainer dan indeks Breteau (Srisari G et al., 2000). Indeks Breteau adalah jumlah kontainer yang positif dengan larva Aedes aegypti dalam 100 rumah yang diperiksa. Indeks Breteau merupakan indikator terbaik untuk menyatakan kepadatan nyamuk, sedangkan indeks rumah menunjukkan luas persebaran nyamuk dalam masyarakat. Indeks rumah adalah prosentase rumah ditemukannya larva Aedes aegypti. Indeks kontainer adalah prosentase kontainer yang positif dengan larva Aedes aegypti. Penelitian dari Bancroft pada tahun 1906 memberi dasar kuat untuk mempertimbangkan Aedes aegypti sebagai vektor dengan cara menginfeksi 2 sukarelawan di daerah tempat terjadinya infeksi alamiah. Dasar ini didukung pula dengan hasil penelitian Cleland dan kawan-kawan tahun 1917.

      F. CARA PENCEGAHAN


      Cara menghindari penyakit ini adalah dengan membasmi nyamuk pembawa virusnya. Ternyata nyamuk ini punya kebiasaan unik. Pertama, Mereka senang hidup dan berkembang biak di genangan air bersih seperti bak mandi, vas bunga, dan juga kaleng atau botol bekas yang menampung air bersih. Kedua, Serangga bercorak hitam putih ini juga senang hidup di benda-benda yang menggantung seperti baju-baju yang ada di belakang pintu kamar. Ketiga, nyamuk ini sangat menyukai tempat yang gelap dan pengap. Mengingat penyebar penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti maka cara terbaik untuk memutus rantai penularan adalah dengan memberantas nyamuk tersebut, sebagaimana sering disarankan dalam pemberantasan penyakit demam berdarah dengue. Insektisida yang digunakan untuk membasmi nyamuk ini adalah dari golongan malation, sedangkan themopos untuk mematikan jentik-jentiknya. malation dipakai dengan cara pengasapan, bukan dengan menyemprotkan ke dinding. Hal ini karena Aedes aegypti tidak suka hinggap di dinding, melainkan pada benda-benda seperti baju-baju dan celana panjang atau pakaian lain yang menggantung.
      Masih menurut Wikipedia, pencegahan yang murah dan efektif untuk memberantas nyamuk ini adalah dengan cara menguras tempat penampungan air bersih, bak mandi, vas bunga dan sebagainya, paling tidak seminggu sekali, mengingat nyamuk tersebut berkembang biak dari telur sampai menjadi dewasa dalam kurun waktu 7-10 hari. Halaman atau kebun di sekitar rumah harus bersih dari benda-benda yang memungkinkan menampung air bersih, terutama pada musim hujan seperti sekarang. Pintu dan jendela rumah sebaiknya dibuka setiap hari, mulai pagi hari sampai sore, agar udara segar dan sinar matahari dapat masuk, sehingga terjadi pertukaran udara dan pencahayaan yang sehat. Dengan demikian, tercipta lingkungan yang tidak ideal bagi nyamuk tersebut. Kabar baiknya, penyakit ini sulit menyerang penderita yang sama. Sebabnya, pada tubuh penderita akan membentuk antibodi yang akan membuat mereka kebal terhadap wabah penyakit ini di kemudian hari. Dengan demikian, kecil kemungkinan bagi mereka untuk kena lagi.

      G.     CARA PEMBERANTASAN PENYAKIT CHIKUNGUNYA

      Departemen kesehatan telah mengupayakan berbagai strategi dalam mengatasi kasus ini. Pada awalnya strategi yang digunakan adalah memberantas nyamuk dewasa melalui pengasapan, kemudian strategi diperluas dengan menggunakan larvasida yang ditaburkan ke tempat penampungan air yang sulit dibersihkan. Akan tetapi kedua metode tersebut sampai sekarang belum memperlihatkan hasil yang memuaskan. Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti (Rozendaal JA., 1997).

      Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu:

      a.       Lingkungan

      Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk dan perbaikan desain rumah. Sebagai contoh : menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu, mengganti dan menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali, menutup dengan rapat tempat penampungan? air, mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah?. Tumpah atau bocornya air dari pipa distribusi, katup air, meteran air dapat menyebabkan air menggenang dan menjadi habitat yang penting untuk larva Aedes aegypti jika tindakan pencegahan tidak dilakukan.

      b.      Biologis

      Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14). Peran pemangsa yang dimainkan oleh copepod crustacea (sejenis udang-udangan) telah didokumentasikan pada tahun 1930-1950 sebagai predator yang efektif terhadap Aedes aegypti (Kay BH., 1996). Selain itu juga digunakan perangkap telur autosidal (perangkap telur pembunuh) yang saat ini sedang dikembangkan di Singapura.

      c.       Kimiawi

      Cara pengendalian ini antara lain dengan pengasapan (fogging) (dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.

      Fogging merupakan salah satu bentuk upaya untuk dapat memutus rantai penularan penyakit DHF, dengan adanya pelaksanaan fogging diharapkan jumlah penderita Demam Berdarah DHF dapat berkurang. Sebelum pelaksanaan fogging pada masyarakat telah diumumkan agar menutup makanannya dan tidak berada di dalam rumah ketika dilakukan fogging termasuk orang yang sakit harus diajak ke luar rumah dahulu, selain itu semua ternak juga harus berada di luar. Namun demikian untuk menghindari hal – hal yang tidak diinginkan maka dalam pelaksanaannya fogging dilakukan oleh 2 orang operator. Operator I (pendamping) bertugas membuka pintu, masuk rumah dan memeriksa semua ruangan yang ada untuk memastikan bahwa tidak ada orang dalam rumah termasuk bayi, anak-anak maupun orang tua dan orang yang sedang terbaring sakit, selain itu ternak-ternak sudah harus dikeluarkan serta semua makanan harus sudah ditutup. Setelah siap operator pendamping ke luar dan operator II (Operator swing Fog) memasuki rumah dan melakukan fogging pada semua ruangan dengan cara berjalan mundur. Setelah selesai operator pendamping baru menutup pintu. Rumah yang telah di fogging ini harus dibiarkan tertutup selama kurang lebih satu jam dengan harapan nyamuk-nyamuk yang berada dalam rumah dapat terbunuh semua, dengan cara ini nyamuk-nyamuk akan terbunuh karena malathion bekerja secara “knoc donw”. Setelah itu fogging dilanjutkan di luar rumah /pekarangan. Setelah satu rumah beserta pekarangannya selesai difogging maka fogging dilanjutkan ke rumah yang lain, sampai semua rumah dan pekarangan milik warga difogging.

      Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan fogging dengan swing fog untuk mendapatkan hasil yang optimal adalah sebagai berikut :

      a.       Konsentrasi larutan dan cara pembuatannya. Untuk malation, konsentrasi larutan adalah 4 – 5 %.

      b.      Nozzle yang dipakai harus sesuai dengan bahan pelarut yang digunakan dan debit keluaran yang diinginkan.

      c.       Jarak moncong mesin dengan target maksimal 100m, efektif 50m.d) Kecepatan berjalan

      d.      ketika memfogging, untuk swing fog kurang lebih 500 m2 atau 2 – 3 menit untuk satu rumah dan halamannya.

      e.       Waktu fogging disesuaikan dengan kepadatan/aktivitas puncak dari nyamuk, yaitu jam 09.00 – 11.00.

                  Dalam pelaksanaan fogging inipun telah diperhatikan hal-hal di atas sehingga diharapkan hasilnya juga optimal. Berdasarkan hasil survei jentik ternyata masih ditemukan jentik di 5 rumah penduduk. Jentik tersebut berada di kamar mandi, satu kamar mandi ditemukan di luar rumah dengan kondisi kurang bersih dan kurang terawat, sedang 4 kamar mandi yang lain berada di dalam rumah. Bahkan satu kamar mandi terbuat dari keramik, namun demikian kamar mandi ini berhubungan langsung dengan pekarangan yang cukup luas dengan tanaman-tanaman besar yang cukup banyak, sehingga dimungkinkan nyamuk berasal dari pekarangan. Bagi penduduk yang kamar mandinya masih ditemukan jentik, maka pada saat itu juga team yang bertugas langsung memberikan pengarahan dan penyuluhan pada pemilik rumah untuk membersihkan kamar mandinya agar tidak menjadi sarang nyamuk.

                  Pendapat masyarakat bahwa fogging merupakan cara yang paling tepat untuk mencegah penyebaran penyakit demam berdarah sebenarnya kurang tepat, karena cara ini sesungguhnya hanya bertujuan untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti dewasa, sehingga jika di beberapa rumah penduduk masih diketemukan jentik nyamuk, maka dimungkinkan penularan demam berdarah masih berlanjut dengan dewasanya jentik yang menjadi nyamuk. Apalagi siklus perubahan jentik menjadi nyamuk hanya membutuhkan waktu kurang lebih satu minggu. Sehingga jika di daerah tersebut terdapat penderita demam berdarah baru maka dimungkinkan akan cepat menyebar pula. Langkah yang dianggap lebih efektif adalah dengan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk).

      Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit Chikungunya adalah dengan mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan 3M Plus, yaitu menutup, menguras dan mengubur barang-barang yang bisa dijadikan sarang nyamuk. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk dan memeriksa jentik berkala sesuai dengan kondisi setempat (Deubel V et al., 2001).

      Kegiatannya dapat berupa kerja bakti untuk membersihkan rumah dan pekarangannya, selokan selokan di samping rumah serta melakukan 3M ( Menguras kamar mandi (termasuk mengganti air untuk minuman burung dan air dalam vas bunga), menutup tampungan / tandon air dan mengubur barang-barang bekas yang mungkin menjadi tempat sarang nyamuk, termasuk pecahan botol dan potongan ban bekas). Jika diperlukan dapat ditaburkan abate dengan dosis 10 gr/ 100 liter air, untuk membunuh jentik-jentik pada bak kamar mandi maupun kolam-kolam ikan di rumah, dalam hal ini masyarakat tidak perlu takut kalau-kalau terjadi keracunan karena abate ini hanya membunuh jentik nyamuk dan aman bagi manusia maupun ikan. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam memutus rantai penularan penyakit demam berdarah adalah dengan pelaksanaan PSN oleh masyarakat, kemudian dilakukan fogging oleh petugas dan kembali dilaksanakan PSN oleh masyarakat. Jika cara ini telah dilakukan oleh seluruh masyarakat secara merata di berbagai wilayah, artinya tidak hanya satu Rt atau Rw saja, tetapi telah meluas di semua wilayah maka pemberantasan demam berdarah akan lebih cepat teratasi. Sebab jika hanya satu daerah saja yang melaksanakan program tersebut namun daerah lainnya tidak, maka dimungkinkan orang yang berasal dari wilayah yang telah bebas namun berkunjung ke daerah yang masih terdapat penderita demam berdarah dan tergigit oleh nyamuk Aedes aegypti akan tertular demam berdarah pula dan dengan cepat penyakit inipun akan tersebar luas kembali.

      Pemerintah juga memberdayakan masyarakat dengan mengaktifkan kembali (revitalisasi) pokjanal Chikungunya di Desa/Kelurahan maupun Kecamatan dengan fokus pemberian penyuluhan kesehatan lingkungan dan pemeriksaan jentik berkala. Perekrutan warga masyarakat sebagai Juru Pemantau Jentik (Jumantik) dengan fungsi utama melaksanakan kegiatan pemantauan jentik, pemberantasan sarang nyamuk secara periodik dan penyuluhan kesehatan. Peran media massa dalam penanggulangan KLB  dan  Chikungunya sebagai peringatan dini kepada masyarakat juga ditingkatkan. Dengan adanya sistem pelaporan dan pemberitahuan kepada khalayak yang cepat diharapkan masyarakat dan departemen terkait lebih wasapada. Intensifikasi pengamatan (surveilans) penyakit   Chikungunya dan vektor dengan dukungan laboratorium yang memadai di tingkat Puskesmas Kecamatan/Kabupaten juga perlu dibenahi (Kristina et al., 2004).


      Dalam masyarakat di daerah perkotaan, epidemi demam chikungunya yang eksplosif serta cukup melibatkan banyak penduduk. Demam chikungunya seringkali diawali pada musim hujan, ketika vektor nyamuk Aedes aegypti yang sangat banyak.
      Cara pengendalian virus alphavirus (chikungunya) ini adalah dengan penghapusan tempat-tempat pembiakan dan penggunaan insektisida.

      Virus alphavirus ini dilemahkan. Percobaan vaksin telah dilakukan, tapi tidak memiliki skala besar dan penggunaan uji lapangan tampaknya tidak mungkin dilakukan hingga induksi hipersensitivitas dari sindrom shock dijelaskan. (Jawatz Ernest,1974)


      H.  PENGOBATAN


      Demam Chikungunya termasuk “Self Limiting Disease” atau penyakit yang sembuh dengan sendirinya. Tak ada vaksin maupun obat khusus untuk penyakit ini. Pengobatan yang diberikan hanyalah terapi simtomatis atau menghilangkan gejala penyakitnya, seperti obat penghilang rasa sakit atau demam seperti golongan parasetamol. Sebaiknya dihindarkan penggunaan obat sejenis asetosal. Antibiotika tidak diperlukan pada kasus ini. Penggunaan antibiotika dengan pertimbangan mencegah infeksi sekunder tidak bermanfaat. Untuk memperbaiki keadaan umum penderita dianjurkan makan makanan yang bergizi, cukup karbohidrat dan terutama protein serta minum sebanyak mungkin. Perbanyak mengkonsumsi buah-buahan segar atau minum jus buah segar. Pemberian vitamin peningkat daya tahan tubuh mungkin bermanfaat untuk penanganan penyakit. Selain vitamin, makanan yang mengandung cukup banyak protein dan karbohidrat juga meningkatkan daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh yang bagus dan istirahat cukup bisa mempercepat penyembuhan penyakit. Minum banyak juga disarankan untuk mengatasi kebutuhan cairan yang meningkat saat terjadi demam (Medicastore, 2010).

      I. PROGNOSIS

      Masih banyak anggapan di kalangan masyarakat, bahwa demam Chikungunya atau flu tulang atau demam tulang sebagai penyakit yang berbahaya, sehingga membuat panik. Tidak jarang pula orang meyakini bahwa penyakit ini dapat mengakibatkan kelumpuhan. Memang, sewaktu virus berkembang biak di dalam darah, penderita merasa nyeri pada tulang-tulangnya terutama di seputar persendian sehingga tidak berani menggerakkan anggota tubuh. Namun, perlu diperhatikan bahwa hal ini bukan berarti terjadi kelumpuhan. Melainkan lebih dari sekedar keengganan si penderita melakukan gerakan karena rasa ngilu pada persendian (Wikipedia, 2010).
      Pada orang dewasa, gejala nyeri sendi dan otot sangat dominan dan sampai menimbulkan kelumpuhan sementara karena rasa sakit bila berjalan. Pada umumnya demam pada anak hanya berlangsung selama tiga hari dengan tanpa atau sedikit sekali dijumpai perdarahan maupun syok. Bedanya dengan demam berdarah dengue, pada Chikungunya tidak ada perdarahan hebat, renjatan (shock) maupun kematian (Wikipedia, 2010).

      J. Desain Penyelidikan Epidemiologi Chikungunya

      Desain epidemiologi yang digunakan dalam penyelidikan kasus chikungunya adalah epidemiologi deskriptif.

      Epidemiologi deskriptif adalah study yang ditunjukan untuk menentukan jumlah atau frekuensi dan distribusi penyakit di suatu daerah berdasarkan variabel orang, tempat, dan waktu.

      Dalam penyelidikan kasus chikungunya yang menggunakan desain deskriptif, mencari frekuensi distributif/ distribusi penyakit berdasarkan variabel “ Orang “, “ Waktu, “ dan “ Tempat. “

      a. Variabel Orang.

      Variabel ini di gunakan untuk mengidentifikasi seseorang terdapat variabel yang tidak terhingga banyaknya, tetapi hendaknya di pilih variabel yang dapat digunakan sebagai indikator untuk menentukan ciri seseorang. Secara umum variabel penting yang akan dibahas adalah umumr, jenis kelamin, dan suku bangsa.

      b. Variabel Waktu.

      Variabel waktu merupakan faktor kedua yang harus di perhatikan saat melakukan analisis morbiditas dalam study epidemiologi, karena pencatatan dan laporan insidensi dan prevalensi penyakit, selalu di dasarkan pada waktu, apakah mingguan, bulanan, atau tahunan. Laporan morbiditas ini menjadi sangat penting artinya dalam epidemiologi karena di dasarkan pada kejadian yang nyata, dan bukan berdasarkan perkiraan atau estimasi. Mempelajari morbiditas, berdasarkan waktu juga penting untuk mengetahui hubungan antara waktu dan insidensi penyakit atau venomena lain.

      c. Variabel Tempat.

      Variabel tempat merupakan salah satu variabel penting dalam epidemiologi deskriptif, pengetahuan tentang tempat atau lokasi kejadian luar biasa atau lokasi penyakit-penyakit endemis sangat dibutuhkan ketika melakukan penelitian, dan mengetahui sebaran berbagai penyakit di suatu wilayah. Batas suatu wilayah dapat ditentukan berdasarkan :

      1. Geografis, yang ditentukan berdasarkan alamiah, administratif atau fisik, institusi dan instansi.

      2. Batas institusi, dapat berupa industri, sekolah, atau kantor, dan lainnya sesuai dengan timbulnya masalah kesehatan.

      BAB IV
      PENUTUP



      Gejala yang khas dari demam chikungunya adalah timbulnya rasa pegal-pegal, ngilu, juga timbul rasa sakit pada tulang-tulang, ada yang menamainya sebagai demam tulang atau flu tulang. Gejala-gejalanya memang mirip dengan infeksi virus dengue dengan sedikit perbedaan pada hal-hal tertentu. virus ini dipindahkan dari satu penderita ke penderita lain melalui nyamuk, antara lain Aedes aegypti.
      Pemeriksaan penunjang diagnostik untuk demam chikungunya ini adalah dengan uji serologik antara lain uji hambatan aglutinasi (HI), serum netralisasi, dan IgM capture ELISA. Penyebab penyakit demam chikungunya ini adalah sejenis virus, yaitu Alphavirus dan ditularkan lewat nyamuk Aedes aegypti.
      Cara pencegahan demam chikungunya ini dengan cara menguras tempat penampungan air bersih, bak mandi, vas bunga dan sebagainya, paling tidak seminggu sekali, mengingat nyamuk tersebut berkembang biak dari telur sampai menjadi dewasa dalam kurun waktu 7-10 hari. Cara pengendalian percobaan vaksin telah dilakukan, tapi tidak memiliki skala besar dan penggunaan uji lapangan tampaknya tidak mungkin dilakukan hingga induksi hipersensitivitas dari sindrom shockdijelaskan.
      Cara pengobatan yang diberikan hanyalah terapi simtomatis atau menghilangkan gejala penyakitnya, seperti obat penghilang rasa sakit atau demam seperti golongan parasetamol.
      Prognosisnya adalah bahwa Masih banyak anggapan di kalangan masyarakat, kalau demam Chikungunya atau flu tulang atau demam tulang sebagai penyakit yang berbahaya, sehingga membuat panik. Tidak jarang pula orang meyakini bahwa penyakit ini dapat mengakibatkan kelumpuhan. Memang, sewaktu virus berkembang biak di dalam darah, penderita merasa nyeri pada tulang-tulangnya terutama di seputar persendian sehingga tidak berani menggerakkan anggota tubuh. Namun, perlu diperhatikan bahwa hal ini bukan berarti terjadi kelumpuhan. Melainkan lebih dari sekedar keengganan si penderita melakukan gerakan karena rasa ngilu pada persendian.


      DAFTAR PUSTAKA



      Anonim, 2010. CHIKUNGUNYA. http://id.wikipedia.org/wiki/Chikungunya diakses tanggal 20 Maret 2010
      Kautsar, Ummu. 2010. Penyakit chikungunya. Diakses pada tanggal 20 Maret 2010.
      Anonim, 2010. Demam Chikungunya. http://medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=3011 diakses tanggal 20 Maret 2010.
      Judarwanto. 2009. Berbahayanya Penyakit Demam Chikungunya. Diakses pada tanggal 22 Maret 2010.
      USACHPPM. 2006. Chikungunya. http://chppm.www.apgea.army.mil. Diakses pada tanggal 20 Maret 2010.
      Jawetz Ernest, Joseph L. Melnick, Edward A. Adelberg. 1974. Review Of Medical Microbiology. Los altos, California : LANGE Medical Publications.

      Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

      MAKALAH DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

      BAB I
      PENDAHULUAN

      A. LATAR BELAKANG
      Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan di dunia. WHO bahkan memperkirakan 50 juta warga dunia, terutama bocah-bocah kecil dengan daya tahan tubuh ringkih, terinfeksi demam berdarah setiap tahun. DBD bukanlah merupakan penyakit baru di Indonesia, bahkan telah menjangkiti 27 provinsi di Indonesia dan menyebabkan jutaan orang menderita, serta ribuan jiwa meninggal dunia.
      Apabila musim hujan tiba maka perlu diwaspadai adanya genangan – genangan air yang terjadi pada talang-talang, ban-ban bekas, kaleng-kaleng bekas serta banyaknya sampah plastik yang bisa menampung air hujan, perlu diwaspadai adanya tempat reproduksi atau berkembangbiaknya nyamuk pada genangan – genangan tersebut sehingga dapat mengakibatkan musim nyamuk telah tiba pula, itulah kata-kata yang melakat pada saat ini. saatnya kita melakukan antisipasi adanya musim nyamuk dengan cara pengendalian nyamuk dengan pendekatan perlakukan sanitasi lingkungan atau non kimiawi yang tepat sangat diutamakan sebelum dilakukannya pengendalian secara kimiawi.
      Selama ini semua manusia pasti mengatahui dan mengenal serangga yang disebut nyamuk. Antara nyamuk dan manusia bisa dikatakan hidup berdampingan bahkan nyaris tanpa batas. Namun, berdampingannya manusia dengan nyamuk bukan dalam makna positif. Tetapi nyamuk dianggap mengganggu kehidupan umat manusia. Meski jumlah nyamuk yang dibunuh manusia jauh lebih banyak daripada jumlah manusia yang meninggal karena nyamuk, perang terhadap nyamuk seolah menjadi kegiatan tak pernah henti yang dilakukan oleh manusia.
      Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)} adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.Penyakit ini banyak ditemukan didaerah tropis seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika termasuk di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Dokter dan tenaga kesehatan lainnya seperti Bidan dan Pak M Demam Berdarah Dengue (DBD) kini sedang mewabah, tak heran jika penyakit ini menimbulkan kepanikan di masyarakat. Hal ini disebabkan karena penyakit ini telah merenggut banyak nyawa.
      Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah demam dengue yang disertai pembesaran hati dan manifestasi perdarahan. Pada keadaan yang parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan pasien jatuh syok hipovolemik akibat kebocoran plasma. DBD merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang penularannya dari satu penderita ke penderita lain disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Oleh karena itu langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran DBD adalah dengan memotong siklus penyebarannya dengan memberantas nyamuk tersebut. Salah satu cara untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti adalah dengan melakukan Fogging. Selain itu juga dapat dilakukan pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan abatisasi untuk memberantas jentik nyamuk. Dinas Kesehatan khususnya bidang Kesehatan Lingkungan sebagai salah satu institusi yang dapat melaksanakan fogging merasa bertanggung jawab untuk mencegah penyebaran penyakit ini. Sebagai wujud kepedulian itu maka dilaksanakan program fogging di beberapa daerah.
      Berbagai upaya pengendalian penyakit demam berdarah dengue (DBD) telah dilaksanakan meliputi : promosi kesehatan tentang pemberantasan sarang nyamuk, pencegahan dan penanggulangan faktor resiko serta kerja sama lintas program dan lintas sector terkait sampai dengan tingkat desa /kelurahan untuk pemberantasan sarang nyamuk. Masalah utama dalam upaya menekan angka kesakitan DBD adalah belum optimalnya upaya pergerakan peran serta masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk Demam Berdarah Dengue. Oleh karena itu partisipasi masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk DBD tersebut perlu di tingkatkan antara lain pemeriksaan jentik secara berkala dan berkesinambungan serta menggerakan masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk DBD
      B. PERUMUSAN MASALAH
      Adapun beberapa masalah yang akan di rumuskan dalam memecahkan masalah demam berdarah antara lain :

      1. Apa sebenarnya penyakit demam berdarah dengue dan apa penyebabnya?
      2. Bagaimana cara penularan penyakit demam berdarah dan siklus hidup vektor penular penyakit DBD?
      3. Sejauh mana patogenitas DBD terhadap manusia?
      4. Bagaimana cara pencegahan penyakit DBD ?
      5. Bagaimana cara memberantas penyakit demam berdarah agar tidak mewabah ?
      6. Apa saja cara pengobatan penyakit demam berdarah ?
        C. TUJUAN
        Tujuan di buatnya makalah ini adalah :
      7. Memberi pengetahuan mengenai penyakit demam berdarah dengue dan penyebabnya.
      8. Memberi pengetahuan tentang cara penularan dan vektor penyakit demam berdarah
      9. Memberi pengetahuan tentang patogenitas DBD
      10. Memberikan informasi tentang cara pemberantasan penyakit demam berdarah.
      11. Memberikan pengetahuan tentang cara pengobatan penyakit demam berdarah.
      12. Mengetahui gejala dan berbagai pencegahan untuk penyakit demam berdarah tersebut.

      BAB II
      PEMBAHASAN

      A. PENGERTIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
      Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)} adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.
      Penyakit ini banyak ditemukan didaerah tropis seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika termasuk di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Dokter dan tenaga kesehatan lainnya seperti Bidan dan Paramedis seringkali salah dalam penegakkan diagnosa, karena kecenderungan gejala awal yang menyerupai penyakit lain seperti Flu dan Tipes (Typhoid).
      Tanda dan Gejala Penyakit Demam Berdarah Dengue Masa tunas / inkubasi selama 3 – 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue, Selanjutnya penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah sebagai berikut :

      1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 – 40 derajat Celsius).
      2. Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan.
      3. Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva), Mimisan (Epitaksis), Buang air besar dengan kotoran (faeces) berupa lendir bercampur darah (Melena), dan lain-lainnya.
      4. Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).
      5. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
      6. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 – 7 terjadi penurunan trombosit dibawah 100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit diatas 20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi).
      7. Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah, penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit kepala.
      8. Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
      9. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada persendian.
      10. Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.

      B. VEKTOR PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

      1. Klasifikasi vektor penyakit demam berdarah
        Nyamuk Aedes aegypti
        Klasifikasi ilmiah

      Kerajaan: Animalia

      Filum: Arthropoda

      Kelas: Insecta

      Ordo: Diptera

      Famili: Culicidae

      Genus: Aedes

      Upagenus: Stegomyia

      Spesies: Ae. aegypti

      Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. Selain dengue, A. aegypti juga merupakan pembawa virus demam kuning (yellow fever) dan chikungunya. Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh dunia. Sebagai pembawa virus dengue, A. aegypti merupakan pembawa utama (primary vector) dan bersama Aedes albopictus menciptakan siklus persebaran dengue di desa dan kota. Mengingat keganasan penyakit demam berdarah, masyarakat harus mampu mengenali dan mengetahui cara-cara mengendalikan jenis ini untuk membantu mengurangi persebaran penyakit demam berdarah.
      Terjadinya penularan virus Dengue tidak dapat dilepaskan dari keberadaan vektornya, karena tanpa adanya vektor tidak akan terjadi penularan. Ada beberapa vektor yang dapat menularkan virus Dengue tetapi yang dianggap vektor penting dalam penularan virus ini adalah nyamuk Aedes aegypti walaupun di beberapa negara lain Aedes albopictus cukup penting pula peranannya seperti hasil penelitian yang pernah dilakukan di pulau Mahu Republik Seychelles (Metsellar, 1997).

      Untuk daerah urban Aedes albopictus ini kurang penting peranannya (Luft,1996). Selain kedua spesies ini masih ada beberapa spesies dari nyamuk Aedes yang bisa bertindak sebagai vektor untuk virus Dengue seperti Aedes rotumae, Aedes cooki dan lain-lain. Sub famili nyamuk Aedes ini adalah Culicinae, Famili Culicidae, sub Ordo Nematocera dan termasuk Ordo diptera (WHO, 2004).
      Bila nyamuk Aedes menghisap darah manusia yang sedang mengalami viremia, maka nyamuk tersebut terinfeksi oleh virus Dengue dan sekali menjadi nyamuk yang infektif maka akan infektif selamanya (Putman JL dan Scott TW., 1996). Selain itu nyamuk betina yang terinfeksi dapat menularkan virus ini pada generasi selanjutnya lewat ovariumnya tapi hal ini jarang terjadi dan tidak banyak berperan dalam penularan pada manusia. Virus yang masuk dalam tubuh nyamuk membutuhkan waktu 8-10 hari untuk menjadi nyamuk infektif bagi manusia dan masa tersebut dikenal sebagai masa inkubasi eksternal (WHO, 1997).

      1. Ciri morfologi
        Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan tubuh berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan gari-garis putih keperakan. Di bagian punggung (dorsal) tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari spesies ini. Sisik-sisik pada tubuh nyamuk pada umumnya mudah rontok atau terlepas sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua. Ukuran dan warna nyamuk jenis ini kerap berbeda antar populasi, tergantung dari kondisi lingkungan dan nutrisi yang diperoleh nyamuk selama perkembangan. Nyamuk jantan dan betina tidak memiliki perbedaan dalam hal ukuran nyamuk jantan yang umumnya lebih kecil dari betina dan terdapatnya rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan. Kedua ciri ini dapat diamati dengan mata telanjang.
        Untuk genus Aedes ciri khasnya bentuk abdomen nyamuk betina yang lancip ujungnya dan memiliki cerci yang lebih panjang dari cerci nyamuk lainnya. Nyamuk dewasa mempunyai ciri pada tubuhnya yang berwarna hitam mempunyai bercak-bercak putih keperakan atau putih kekuningan, dibagian dorsal dari thorak terdapat bercak yang khas berupa 2 garis sejajar di bagian tengah dan 2 garis lengkung di tepinya. Aedes albopictus tidak mempunyai garis melengkung pada thoraknya. Larva Aedes mempunyai bentuk siphon yang tidak langsing dan hanya memiliki satu pasang hair tuft serta pecten yang tumbuh tidak sempurna dan posisi larva Aedes pada air biasanya membentuk sudut pada permukaan atas.
        Nyamuk betina meletakkan telurnya di atas permukaan air dalam keadaan menempel pada dinding tempat perindukannya. Telur Aedes aegypti mempunyai dinding yang bergaris-garis dan membentuk bangunan menyerupai gambaran kain kasa. Seekor nyamuk betina dapat meletakkan rata-rata sebanyak 100 butir telur tiap kali bertelur. Pertumbuhan dari telur sampai menjadi dewasa memerlukan waktu kira-kira 9 hari (Srisasi G et al., 2000).

      C. PERILAKU DAN SIKLUS HIDUP AEDES AEGYPTI
      Aedes aegypti bersifat diurnal atau aktif pada pagi hingga siang hari. Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk betina karena hanya nyamuk betina yang mengisap darah. Hal itu dilakukannya untuk memperoleh asupan protein yang diperlukannya untuk memproduksi telur. Nyamuk jantan tidak membutuhkan darah, dan memperoleh energi dari nektar bunga ataupun tumbuhan. Jenis ini menyenangi area yang gelap dan benda-benda berwarna hitam atau merah. Demam berdarah kerap menyerang anak-anak karena anak-anak cenderung duduk di dalam kelas selama pagi hingga siang hari dan kaki mereka yang tersembunyi di bawah meja menjadi sasaran empuk nyamuk jenis ini.
      Nyamuk dewasa betina mengisap darah manusia pada siang hari yang dilakukan baik di dalam rumah ataupun luar rumah. Pengisapan darah dilakukan dari pagi sampai petang dengan dua puncak yaitu setelah matahari terbit (08.00-10.00) dan sebelum matahari terbenam (15.00-17.00) (Srisasi G et al., 2000).
      Infeksi virus dalam tubuh nyamuk dapat mengakibatkan perubahan perilaku yang mengarah pada peningkatan kompetensi vektor, yaitu kemampuan nyamuk menyebarkan virus. Infeksi virus dapat mengakibatkan nyamuk kurang handal dalam mengisap darah, berulang kali menusukkan proboscis nya, namun tidak berhasil mengisap darah sehingga nyamuk berpindah dari satu orang ke orang lain. Akibatnya, risiko penularan virus menjadi semakin besar.
      Di Indonesia, nyamuk A. aegypti umumnya memiliki habitat di lingkungan perumahan, di mana terdapat banyak genangan air bersih dalam bak mandi ataupun tempayan. Oleh karena itu, jenis ini bersifat urban, bertolak belakang dengan A. albopictus yang cenderung berada di daerah hutan berpohon rimbun (sylvan areas).
      Semua tempat penyimpanan air bersih yang tenang dapat menjadi tempat berkembang biak nyamuk Aedes misalnya gentong air murni, kaleng kosong berisi air hujan, bak kamar mandi atau pada lipatan dan lekukan daun yang berisi air hujan, vas bunga berisi air dan lain-lain. Nyamuk Aedes aegypti lebih banyak ditemukan berkembang biak pada kontainer yang ada dalam rumah.
      Perkembangan hidup nyamuk Aedes aegypti dari telur hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 10-12 hari dan umur nyamuk Aedes aegypti betina berkisar antara 2 minggu sampai 3 bulan atau rata-rata 1,5 bulan, tergantung dari suhu kelembaban udara sekelilingnya (Biswas et al., 1997).
      Nyamuk A. aegypti, seperti halnya culicines lain, meletakkan telur pada permukaan air bersih secara individual. Telur berbentuk elips berwarna hitam dan terpisah satu dengan yang lain. Telur menetas dalam 1 sampai 2 hari menjadi larva. Terdapat empat tahapan dalam perkembangan larva yang disebut instar. Perkembangan dari instar 1 ke instar 4 memerlukan waktu sekitar 5 hari. Setelah mencapai instar ke-4, larva berubah menjadi pupa di mana larva memasuki masa dorman. Pupa bertahan selama 2 hari sebelum akhirnya nyamuk dewasa keluar dari pupa. Perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa membutuhkan waktu 7 hingga 8 hari, namun dapat lebih lama jika kondisi lingkungan tidak mendukung.
      Telur Aedes aegypti tahan kekeringan dan dapat bertahan hingga 1 bulan dalam keadaan kering. Jika terendam air, telur kering dapat menetas menjadi larva. Sebaliknya, larva sangat membutuhkan air yang cukup untuk perkembangannya. Kondisi larva saat berkembang dapat memengaruhi kondisi nyamuk dewasa yang dihasilkan. Sebagai contoh, populasi larva yang melebihi ketersediaan makanan akan menghasilkan nyamuk dewasa yang cenderung lebih rakus dalam mengisap darah. Sebaliknya, lingkungan yang kaya akan nutrisi menghasilkan nyamuk-nyamuk.
      Nyamuk Aedes aegypti lebih senang mencari mangsa di dalam rumah dan sekitarnya pada tempat yang terlindung atau tertutup. Hal ini agak berbeda dengan Aedes albopictus yang sering dijumpai diluar rumah dan menyukai genangan air alami yang terdapat di luar rumah misalnya potongan bambu pagar, tempurung kelapa, lubang pohon yang berisi air (Allan, 1998). Tempat peristirahatan nyamuk Aedes aegypti berupa semak-semak atau tanaman rendah termasuk rerumputan yang terdapat di halaman/kebun/pekarangan rumah, juga berupa benda-benda yang tergantung di dalam rumah seperti pakaian, sarung, kopiah dan lain sebagainya (Srisasi G et al., 2000).
      Aedes aegypti merupakan spesies nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis yang terletak antara 35º lintang utara dan 35º lintang selatan. Selain itu Aedes aegypti jarang ditemukan pada ketinggian lebih dari 1.000 m. Tetapi di India pernah ditemukan pada ketinggian 2.121 m dan di California 2.400 m. Nyamuk ini mampu hidup pada temperatur 8ºC-37ºC. Aedes aegypti bersifat Anthropophilic dan sering tinggal di dalam rumah (WHO, 1997).
      Kemampuan terbang nyamuk betina bisa mencapai 2 km tetapi kemampuan normalnya kira-kira 40 meter. Nyamuk Aedes mempunyai kebiasaan menggigit berulang (multiple bitters) yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena nyamuk Aedes aegypti sangat sensitif dan mudah terganggu. Keadaan ini sangat membantu Aedes aegypti dalam memindahkan virus Dengue ke beberapa orang sekaligus sehingga dilaporkan adanya beberapa penderita DBD di dalam satu rumah (Depkes, 2004).
      Memonitor kepadatan populasi Aedes aegypti merupakan hal yang penting dalam mengevaluasi adanya ancaman penyakit Demam Berdarah Dengue di suatu daerah dan pengukuran kepadatan populasi nyamuk yang belum dewasa dilakukan dengan cara pemeriksaan tempat-tempat perindukan di dalam dan luar rumah. Ada 3 angka indeks yang perlu diketahui yaitu indeks rumah, indeks kontainer dan indeks Breteau (Srisari G et al., 2000). Indeks Breteau adalah jumlah kontainer yang positif dengan larva Aedes aegypti dalam 100 rumah yang diperiksa. Indeks Breteau merupakan indikator terbaik untuk menyatakan kepadatan nyamuk, sedangkan indeks rumah menunjukkan luas persebaran nyamuk dalam masyarakat. Indeks rumah adalah prosentase rumah ditemukannya larva Aedes aegypti. Indeks kontainer adalah prosentase kontainer yang positif dengan larva Aedes aegypti. Penelitian dari Bancroft pada tahun 1906 memberi dasar kuat untuk mempertimbangkan Aedes aegypti sebagai vektor dengan cara menginfeksi 2 sukarelawan di daerah tempat terjadinya infeksi alamiah. Dasar ini didukung pula dengan hasil penelitian Cleland dan kawan-kawan tahun 1917, juga penelitian dari Jupp tahun 1993 di Afrika Selatan yang menyatakan populasi Aedes aegypti paling besar potensinya sebagai vektor untuk virus DEN-1 dan DEN-2 (WHO, 2002).

      D. PATOGENITAS DBD
      Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi virus Dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk Aedes albopictus. Virus Dengue termasuk genus Flavivirus, famili Flaviviridae, yang dibedakan menjadi 4 serotipe yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Keempat serotipe virus ini terdapat di Indonesia dan dilaporkan bahwa serotipe virus DEN 3 sering menimbulkan wabah, sedang di Thailand penyebab wabah yang dominan adalah virus DEN 2 (Syahrurahman A et al., 1995). Penyakit ini ditunjukkan dengan adanya demam secara tiba-tiba 2-7 hari, disertai sakit kepala berat, sakit pada sendi dan otot (myalgia dan arthralgia) dan ruam merah terang, petechie dan biasanya muncul dulu pada bagian bawah badan menyebar hingga menyelimuti hampir seluruh tubuh. Radang perut bisa juga muncul dengan kombinasi sakit di perut, rasa mual, muntah-muntah atau diare (Soewandoyo E., 1998).
      Manifestasi klinik terwujud sebagai akibat adanya kebocoran plasma dari pembuluh darah perifer ke jaringan sekitar. Infeksi virus Dengue dapat bersifat asimtomatik atau simtomatik yang meliputi panas tidak jelas penyebabnya (Dengue Fever, DF), Demam Berdarah Dengue (DBD), dan demam berdarah dengan renjatan (DSS) dengan manifestasi klinik demam bifasik disertai gejala nyeri kepala, nyeri sendi, nyeri otot, dan timbulnya ruam pada kulit ( Soegijanto S., 2004).
      Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk Aedes albopictus. Di dalam tubuh manusia, virus berkembang biak dalam sistem retikuloendotelial, dengan target utama virus Dengue adalah APC (Antigen Presenting Cells ) di mana pada umumnya berupa monosit atau makrofag jaringan seperti sel Kupffer dari hepar dapat juga terkena (Harikushartono et al., 2002). Segera terjadi viremia selama 2 hari sebelum timbul gejala dan berakhir setelah lima hari gejala panas mulai. Makrofag akan segera bereaksi dengan menangkap virus dan memprosesnya sehingga makrofag menjadi APC (Antigen Precenting Cell). Antigen yang menempel di makrofag ini akan mengaktifasi sel T-Helper dan menarik makrofag lain untuk memfagosit lebih banyak virus. T-helper akan mengaktifasi sel T-sitotoksik yang akan melisis makrofag yang sudah memfagosit virus juga mengaktifkan sel B yang akan melepas antibodi. Ada 3 jenis antibodi yang telah dikenali yaitu antibodi netralisasi, antibodi hemaglutinasi, antibodi fiksasi komplemen (Gubler DJ., 1998).
      Penyakit infeksi virus Dengue merupakan hasil interaksi multifaktorial yang pada saat ini mulai diupayakan memahami keterlibatan faktor genetik pada penyakit infeksi virus, yaitu kerentanan yang dapat diwariskan. Konsep ini merupakan salah satu teori kejadian infeksi berdasarkan adanya perbedaan kerentanan genetik (genetic susceptibility) antar individu terhadap infeksi yang mengakibatkan perbedaan interaksi antara faktor genetik dengan organisme penyebab serta lingkungannya (Darwis D., 1999).
      Patofisiologi primer DBD dan Dengue Shock Syndrom (DSS) adalah peningkatan akut permeabilitas vaskuler yang diikuti kebocoran plasma ke dalam ruang ekstravaskuler, sehingga menimbulkan hemokonsentrasi dan penurunan tekanan darah (Gambar 2.1). Volume plasma menurun lebih dari 20% pada kasus-kasus berat, yang didukung penemuan post mortem meliputi efusi serosa, efusi pleura, hemokonsentrasi dan hipoproteinemi (Soedarmo, 2002).
      Patogenesis DBD masih kontroversial dan masing-masing hanya dapat menjelaskan satu atau beberapa manifestasi kliniknya dan belum dapat menjelaskan secara utuh keseluruhan fenomena (Soetjipto et al., 2000). Beberapa teori tentang patogenesis DBD adalah The Secondary Heterologous Infection Hypothesis, Hipotesis Virulensi Virus, Teori Fenomena Antibodi Dependent Enhancement (ADE), Teori Mediator, Peran Endotoksin, dan Teori Apoptosis (Soegijanto S., 2004).
      Pencegahan dan pemberantasan infeksi Dengue diutamakan pada pemberantasan vektor penyakit karena vaksin yang efektif masih belum tersedia. Pemberantasan vektor ini meliputi pemberantasan sarang nyamuk dan pembasmian jentik. Pemberantasan sarang nyamuk meliputi pembersihan tempat penampungan air bersih yang merupakan sarana utama perkembangbiakan nyamuk, diikuti penimbunan sampah yang bisa menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk. Tempat air bersih perlu dilindungi dengan ditutup yang baik. Pembasmian jentik dilakukan melalui kegiatan larvaciding dengan abate dan penebaran ikan pemakan jentik di kolam-kolam (Soegijanto S., 2004).

      E. CARA PEMBERANTASAN DEMAM BERDARAH
      Departemen kesehatan telah mengupayakan berbagai strategi dalam mengatasi kasus ini. Pada awalnya strategi yang digunakan adalah memberantas nyamuk dewasa melalui pengasapan, kemudian strategi diperluas dengan menggunakan larvasida yang ditaburkan ke tempat penampungan air yang sulit dibersihkan. Akan tetapi kedua metode tersebut sampai sekarang belum memperlihatkan hasil yang memuaskan. Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti (Rozendaal JA., 1997).
      Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu:

      a. Lingkungan
      Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk dan perbaikan desain rumah. Sebagai contoh : menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu, mengganti dan menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali, menutup dengan rapat tempat penampungan? air, mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah?. Tumpah atau bocornya air dari pipa distribusi, katup air, meteran air dapat menyebabkan air menggenang dan menjadi habitat yang penting untuk larva Aedes aegypti jika tindakan pencegahan tidak dilakukan.

      b. Biologis
      Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14). Peran pemangsa yang dimainkan oleh copepod crustacea (sejenis udang-udangan) telah didokumentasikan pada tahun 1930-1950 sebagai predator yang efektif terhadap Aedes aegypti (Kay BH., 1996). Selain itu juga digunakan perangkap telur autosidal (perangkap telur pembunuh) yang saat ini sedang dikembangkan di Singapura.

      c. Kimiawi
      Cara pengendalian ini antara lain dengan pengasapan (fogging) (dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
      Fogging merupakan salah satu bentuk upaya untuk dapat memutus rantai penularan penyakit DHF, dengan adanya pelaksanaan fogging diharapkan jumlah penderita Demam Berdarah DHF dapat berkurang. Sebelum pelaksanaan fogging pada masyarakat telah diumumkan agar menutup makanannya dan tidak berada di dalam rumah ketika dilakukan fogging termasuk orang yang sakit harus diajak ke luar rumah dahulu, selain itu semua ternak juga harus berada di luar. Namun demikian untuk menghindari hal – hal yang tidak diinginkan maka dalam pelaksanaannya fogging dilakukan oleh 2 orang operator. Operator I (pendamping) bertugas membuka pintu, masuk rumah dan memeriksa semua ruangan yang ada untuk memastikan bahwa tidak ada orang dalam rumah termasuk bayi, anak-anak maupun orang tua dan orang yang sedang terbaring sakit, selain itu ternak-ternak sudah harus dikeluarkan serta semua makanan harus sudah ditutup. Setelah siap operator pendamping ke luar dan operator II (Operator swing Fog) memasuki rumah dan melakukan fogging pada semua ruangan dengan cara berjalan mundur. Setelah selesai operator pendamping baru menutup pintu. Rumah yang telah di fogging ini harus dibiarkan tertutup selama kurang lebih satu jam dengan harapan nyamuk-nyamuk yang berada dalam rumah dapat terbunuh semua, dengan cara ini nyamuk-nyamuk akan terbunuh karena malathion bekerja secara “knoc donw”. Setelah itu fogging dilanjutkan di luar rumah / pekarangan. Setelah satu rumah beserta pekarangannya selesai difogging maka fogging dilanjutkan ke rumah yang lain, sampai semua rumah dan pekarangan milik warga difogging.
      Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan fogging dengan swing fog untuk mendapatkan hasil yang optimal adalah sebagai berikut :
      a. Konsentrasi larutan dan cara pembuatannya. Untuk malation, konsentrasi larutan adalah 4 – 5 %.
      b. Nozzle yang dipakai harus sesuai dengan bahan pelarut yang digunakan dan debit keluaran yang diinginkan.
      c. Jarak moncong mesin dengan target maksimal 100m, efektif 50m.d) Kecepatan berjalan
      d. ketika memfogging, untuk swing fog kurang lebih 500 m2 atau 2 – 3 menit untuk satu rumah dan halamannya.
      e. Waktu fogging disesuaikan dengan kepadatan/aktivitas puncak dari nyamuk, yaitu jam 09.00 – 11.00.
      Dalam pelaksanaan fogging inipun telah diperhatikan hal-hal di atas sehingga diharapkan hasilnya juga optimal. Berdasarkan hasil survei jentik ternyata masih ditemukan jentik di 5 rumah penduduk. Jentik tersebut berada di kamar mandi, satu kamar mandi ditemukan di luar rumah dengan kondisi kurang bersih dan kurang terawat, sedang 4 kamar mandi yang lain berada di dalam rumah. Bahkan satu kamar mandi terbuat dari keramik, namun demikian kamar mandi ini berhubungan langsung dengan pekarangan yang cukup luas dengan tanaman-tanaman besar yang cukup banyak, sehingga dimungkinkan nyamuk berasal dari pekarangan. Bagi penduduk yang kamar mandinya masih ditemukan jentik, maka pada saat itu juga team yang bertugas langsung memberikan pengarahan dan penyuluhan pada pemilik rumah untuk membersihkan kamar mandinya agar tidak menjadi sarang nyamuk.
      Pendapat masyarakat bahwa fogging merupakan cara yang paling tepat untuk mencegah penyebaran penyakit demam berdarah sebenarnya kurang tepat, karena cara ini sesungguhnya hanya bertujuan untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti dewasa, sehingga jika di beberapa rumah penduduk masih diketemukan jentik nyamuk, maka dimungkinkan penularan demam berdarah masih berlanjut dengan dewasanya jentik yang menjadi nyamuk. Apalagi siklus perubahan jentik menjadi nyamuk hanya membutuhkan waktu kurang lebih satu minggu. Sehingga jika di daerah tersebut terdapat penderita demam berdarah baru maka dimungkinkan akan cepat menyebar pula. Langkah yang dianggap lebih efektif adalah dengan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk).
      Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan 3M Plus, yaitu menutup, menguras dan mengubur barang-barang yang bisa dijadikan sarang nyamuk. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk dan memeriksa jentik berkala sesuai dengan kondisi setempat (Deubel V et al., 2001).
      Kegiatannya dapat berupa kerja bakti untuk membersihkan rumah dan pekarangannya, selokan selokan di samping rumah serta melakukan 3M ( Menguras kamar mandi (termasuk mengganti air untuk minuman burung dan air dalam vas bunga), menutup tampungan / tandon air dan mengubur barang-barang bekas yang mungkin menjadi tempat sarang nyamuk, termasuk pecahan botol dan potongan ban bekas). Jika diperlukan dapat ditaburkan abate dengan dosis 10 gr/ 100 liter air, untuk membunuh jentik-jentik pada bak kamar mandi maupun kolam-kolam ikan di rumah, dalam hal ini masyarakat tidak perlu takut kalau-kalau terjadi keracunan karena abate ini hanya membunuh jentik nyamuk dan aman bagi manusia maupun ikan. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam memutus rantai penularan penyakit demam berdarah adalah dengan pelaksanaan PSN oleh masyarakat, kemudian dilakukan fogging oleh petugas dan kembali dilaksanakan PSN oleh masyarakat. Jika cara ini telah dilakukan oleh seluruh masyarakat secara merata di berbagai wilayah, artinya tidak hanya satu Rt atau Rw saja, tetapi telah meluas di semua wilayah maka pemberantasan demam berdarah akan lebih cepat teratasi. Sebab jika hanya satu daerah saja yang melaksanakan program tersebut namun daerah lainnya tidak, maka dimungkinkan orang yang berasal dari wilayah yang telah bebas namun berkunjung ke daerah yang masih terdapat penderita demam berdarah dan tergigit oleh nyamuk Aedes aegypti akan tertular demam berdarah pula dan dengan cepat penyakit inipun akan tersebar luas kembali.
      Pemerintah juga memberdayakan masyarakat dengan mengaktifkan kembali (revitalisasi) pokjanal DBD di Desa/Kelurahan maupun Kecamatan dengan fokus pemberian penyuluhan kesehatan lingkungan dan pemeriksaan jentik berkala. Perekrutan warga masyarakat sebagai Juru Pemantau Jentik (Jumantik) dengan fungsi utama melaksanakan kegiatan pemantauan jentik, pemberantasan sarang nyamuk secara periodik dan penyuluhan kesehatan. Peran media massa dalam penanggulangan KLB DBD dan sebagai peringatan dini kepada masyarakat juga ditingkatkan. Dengan adanya sistem pelaporan dan pemberitahuan kepada khalayak yang cepat diharapkan masyarakat dan departemen terkait lebih waspada. Intensifikasi pengamatan (surveilans) penyakit DBD dan vektor dengan dukungan laboratorium yang memadai di tingkat Puskesmas Kecamatan/Kabupaten juga perlu dibenahi (Kristina et al., 2004).

      F. CARA PENGOBATAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH
      Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah mengatasi perdarahan, mencegah atau mengatasi keadaan syok / persyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita banyak minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau susu) penambahan cairan tubuh melalui infus (intravena) mungkinb di perlukan untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan. Transfusi platelet di lakukan jika jumlah platelet menurun drastis. Terhadap keluhan yang timbul, selanjutnya adalah pemberian obat – obatan misalnya :

      • Parasetamol membantu menurunkan demam
      • Garam elektrolit (oralit) jika di sertai diare
      • Antibiotik berguna untuk mencegah infeksi sekunder, lakukan kompres dingin, tidak perlu dengan es karena bisa berdampak syok. Bahkan beberapa tim medis menyarankan kompres dapat di lakukan dengan alkohol.Pengobatan alternatif yang umum di kenal adalah dengan meminum jus jambu biji bangkok, namun khasiatnya belum pernah di buktikan secara medis, akan tetapi jambu biji kenyataannya dapat mengembalikan cairan intravena dan peningkatan nilai trombosit darah.

      G. PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH
      Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi sampai sore, karena nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan malam hari). Misalnya hindarkan berada di lokasi yang banyak nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita DBD nya. Beberapa cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD melalui metode pengontrolan atau pengendalian vektornya adalah :

      1. Pengendalian Non Kimiawi :
        a. Pada Larva / jentik nyamuk:
      2. Dilakukan dengan cara menjaga sanitasi / kebersihan lingkungan yaitu pada umumnya 3M: Menguras dan menyikat dinding bak penampungan air kamar mandi; karena jentik / larva nyamuk demam berdarah (Aedest Aegypti) akan menempel pada dinding bak penampungan air setelah dikuras dengan ciri-ciri berwarna kehitam-hitaman pada dinding, hanya dengan menguras tanpa menyikat dinding maka jentik / larva nyamuk demam berdarah (Aedest Aegypti) tidak akan mati karena mampu hidup dalam keadaan kering tanpa air sampai dengan 6 (enam) bulan, jadi setelah dikuras diding tersebut harus disikat. Menutup rapat – rapat bak – bak penampungan air; yaitu seperti gentong untuk persediaan air minum, tandon air, sumur yang tidak terpakai karena nyamuk demam berdarah (Aedest Aegypti) mempunyai ethology lebih menyukai air yang jernih untuk reproduksinya, Mengubur barang-barang yang tidak berguna tetapi dapat menyebabkan genangan air yang berlarut-larut ini harus dihindari karena salah satu sasaran tempat nyamuk untuk bereproduksi.
      3. Dilakukan dengan cara pencegahan preventive yaitu memelihara ikan pada tempat penampungan air

      b. Pada Nyamuk Dewasa :

      1. Dengan memasang kasa nyamuk atau screening yang berfungsi untuk pencegahan agar nyamuk dewasa tidak dapat mendekat pada linkungan sekitar kita.
      2. Dengan menggunkan Insect Light Killer yaitu perangkap untuk nyamuk yang menggunakan lampu sebagai bahan penariknya (attractan) dan untuk membunuhnya dengan mengunakan aliran listrik. Cara kerja tersebut sama dengan Electric Raket.
      3. Meletakkan minyak sereh di tempat – tempat banyak nyamuk bersarang.
      4. Pengendalian Kimiawi :
        a. Pada Larva / jentik nyamuk:
        Yaitu dikakukan dengan menaburkan bubuk larvasida atau yang biasa disebut dengan ABATE Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin atau sulit dikuras, taburkan bubuk ABATE ke dalam genangan air tersebut untuk membunuh jentik-jentik nyamuk. Ulangi hal ini setiap 2-3 bulan sekali. Selama 3 bulan bila tempat penampungan air tersebut akan dibersihkan/diganti airnya, hendaknya jangan menyikat bagian dalam dinding tempat penampungan air tersebut Air yang telah dibubuhi ABATE dengan takaran yang benar, tidak membahayakan dan tetap aman bila air tersebut diminum
        Takaran penggunaan bubuk ABATE adalah sebagai berikut :
        Untuk 10 liter air, ABATE yang diperlukan = (100/10) x 1 gram = 10 gram ABATE
        Untuk menakar ABATE digunakan sendok makan. Satu sendok makan peres berisi 10 gram ABATE.

      b. Pada Nyamuk Dewasa :

      1. Dilakukan Space Treatment : Pengasapan (Fogging) dan Pengkabutan (Ultra Low Volume) dengan insectisida yang bersifat knock down mampun menekan tingkat populasi nyamuk dengan cepat.
      2. Dilakukan Residual treatment : Penyemprotan (Spraying) pada tempat hinggapnya nyamuk biasanya bekisaran antara 0 – 1 meter diatas permukaan lantai bangunan.
      3. Dengan memasang obat nyamuk bakar maupun obant nyamuk semprot yang siap pakai dan bisa juga memakai obat oles anti nyamuk yang memberikan daya fungsi menolak (repellent) pada nyamuk yang akan mendekat.

      Beberapa upaya untuk menurunkan, menekan dan mengendalikan nyamuk dengan cara pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:

      1. Modifikasi Lingkungan
        Yaitu setiap kegiatan yang mengubah fisik lingkungan secara permanen agar tempat perindukan nyamuk hilang. Kegiatan ini termasuk penimbunan, pengeringan, pembuatan bangunan (pintu, tanggul dan sejenisnya) serta pengaturan sistem pengairan (irigasi). Kegiatan ini di Indonesia populer dengan nama kegiatan pengendalian sarang nyamuk ”3M” yaitu dari kata menutup, menguras dan menimbun berbagai tempat yang menjadi sarang nyamuk.
      2. Manipulasi Lingkungan
        Yaitu suatu bentuk kegiatan untuk menghasilkan suatu keadaan sementara yang tidak menguntungkan bagi keberadaan nyamuk seperti pengangkatan lumut dari laguna, pengubahan kadar garam dan juga sistem pengairan secara berkala di bidang pertanian.
      3. Mengubah atau Memanipulasi Tempat Tinggal dan Tingkah Laku
        Yaitu kegiatan yang bertujuan mencegah atau membatasi perkembangan vektor dan mengurangi kontak dengan manusia. Pendekatan ini dilakukan dengan cara menempatkan dan memukimkan kembali penduduk yang berasal dari sumber nyamuk (serangga) penular penyakit, perlindungan perseorangan (personal protection), pemasangan rintangan-rintangan terhadap kontak dengan sumber serangga vektor, penyediaan fasilitas air, pembuangan air, sampah dan buangan lainnya.
      4. Pengendalian Hayati
        Yaitu cara lain untuk pengendalian non kimiawi dengan memanfaatkan musuh-musuh alami nyamuk. Pelaksanaan pengendalian ini memerlukan pengetahuan dasar yang memadai baik mengenai bioekologi, dinamika populasi nyamuk yang akan dikendalikan dan juga bioekologi musuh alami yang akan digunakan. Dalam pelaksanaanya metode ini lebih rumit dan hasilnyapun lebih lambat terlihat dibandingkan dengan penggunaan insektisida. Pengendalian hayati baru dapat memperlihatkan hasil yang optimal jika merupakan bagian suatu pengendalian secara terpadu.
      5. Musuh alami yang yang digunakan dalam pengendalian hayati adalah predator, patogen dan parasit.
        a. Predator
        Adalah musuh alami yang berperan sebagai pemangsa dalam suatu populasi nyamuk. Contohnya beberapa jenis ikan pemakan jentik atau larva nyamuk.Ikan pemakan jentik nyamuk yang telah lama digunakan sebagai pengendali nyamuk adalah ikan jenis guppy dan ikan kepala timah. Jenis ikan lain yang dikembangkan adalah ikan mas, mujahir dan ikan nila di persawahan. Selain ikan dikenal pula larva nyamuk yang bersifat predator yaitu jentik nyamuk Toxorrhynchites yang ukurannya lebih besar dari jentik nyamuk lainnya ( sekitar 4-5 kali ukuran larva nyamuk Aedes aegypti). Di beberapa negara pemanfaatan larva Toxorrhynchites telah banyak dilakukan dalam rangkaian usaha memberantas nyamuk demam berdarah secara tepadu.
        b. Patogen
        Merupakan jasad renik yang bersifat patogen terhadap jentik nyamuk. Sebagai contoh adalah berbagai jenis virus (seperti virus yang bersifat cytoplasmic polyhedrosis), bakteri (seperti Bacillus thuringiensis subsp.israelensis, B. sphaericus), protozoa (seperti Nosema vavraia, Thelohania) dan fungi (seperti Coelomomyces, Lagenidium, Culicinomyces)
        c. Parasit
        Yaitu mahluk hidup yang secara metabolisme tergantung kepada serangga vektor dan menjadikannya sebagai inang. Contohnya adalah cacing Nematoda seperti Steinermatidae (Neoplectana), Mermithidae (Romanomermis) dan Neotylenchidae (Dalandenus) yang dapat digunakan untuk mengendalikan populasi jentik nyamuk dan serangga pengganggu kesehatan lainnya. Nematoda ini memerlukan serangga sebagai inangnya, masuk ke dalam rongga tubuh, merusak dinding dan jaringan tubuh serangga tersebut. Jenis cacing Romanomermis culiciforax merupakan contoh yang sudah diproduksi secara komersial untuk mengendalikan nyamuk.
        Meskipun demikian pemanfaatan spesies Nematoda sampai saat ini masih terbatas pada daerah-daerah tertentu karena sebaran spesiesnya terbatas, hanya menyerang pada fase dan spesies serangga tertentu dan memerlukan dasar pengetahuan bioekologi yang kuat.

      BAB III
      KESIMPULAN DAN SARAN

      A. KESIMPULAN
      Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dibuat, dapat diambil kesimpulan bahwa penanggulangan DBD paling efektif dan efisien melalui Penyuluhan dan penggerakan masyarakat dalam PSN ( Pemberantasan Sarang Nyamuk ) dengan 3M, yaitu :

      • Menguras
      • Menutup tampungan air, dan
      • Mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang nyamuk juga dapat menjadi cara untuk memberantas DBD. Selain itu fogging merupakan salah satu upaya untuk memberantas nyamuk yang merupakan vektor penyakit demam berdarah sehingga rantai penularan penyakit dapat diputuskan. Selain fogging juga dapat dilakukan abatisasi, yaitu penaburan abate dengan dosis 10 gram untuk 100 liter air pada tampungan air yang sulit dikuras yang ditemukan jentik nyamuk.

      Upaya yang dapat dilakukan dalam mengobati penyakit DBD diantaranya yaitu:

      • Mengatasi perdarahan.
      • Mencegah keadaan syok.
      • Menambah cairan tubuh dengan infus.
        Selain upaya-upaya di atas, untuk mencegah DBD, dapat dilakukan dengan cara menghindari gigitan nyamuk pada waktu pagi hingga sore hari dengan cara mengoleskan lotion anti nyamuk, meletakkan minyak sereh di tempat-tempat banyak nyamuk bersarang, raket elektrik penangkap nyamuk, lampu perangkap nyamuk dan air perangkap telur nyamuk..

      B. SARAN

      1. Setiap individu di masyarakat sebaiknya mengerti dan memahami bahaya dari penyakit DBD tersebut, sehingga setiap individu tersebut bisa lebih merasa khawatir dan mampu menjaga diri dan lingkungannya dari kemungkinan terserangnya demam berdarah.
      2. Perlunya digalakkan gerakan 3M Plus. Tidak hanya bila terjadi wabah tetapi harus dijadikan gerakan nasional melalui pendekatan masyarakat.
      3. Early Warning Outbreak Recognition System (EWORS) perlu dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna.
      4. Segenap pihak yang terkait dapat bekerja sama untuk mencegah DBD.

      DAFTAR PUSTAKA

      • Dr.Faziah A. Siregar.2004.Epidemiologi dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Indonesia.www.library.usu.co.id

      Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

      MAKALAH DIABETES MELITUS (DM)

      BAB I
      PENDAHULUAN

      A. LATAR BELAKANG

      Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia yang
      berdampak pada produktivitas dan dapat menurunkan kualitas Sumber Daya Manusia. Diabetes adalah penyakit jangka panjang yang ditandai dengan kadar gula darah yang sangat tinggi.
      Sel-sel dalam tubuh manusia membutuhkan energi dari gula (glukosa) untuk bisa berfungsi dengan normal. Yang biasanya mengendalikan gula dalam darah adalah hormon insulin. Jika tubuh kekurangan insulin atau muncul resistansi terhadap insulin pada sel-sel tubuh, kadar zat gula (glukosa) darah akan meningkat drastis. Inilah yang memicu dan menjadi penyebab penyakit diabetes (diabetes mellitus).
      Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi sistem kesehatan
      suatu negara. Walaupun belum ada survei nasional, sejalan dengan perubahan
      gaya hidup termasuk pola makan masyarakat Indonesia diperkirakan penderita
      DM ini semakin meningkat, terutama pada kelompok umur dewasa keatas
      pada seluruh status sosial ekonomi. Saat ini upaya penanggulangan penyakit
      DM belum menempati skala prioritas utama dalam pelayanan kesehatan,
      walaupun diketahui dampak negatif yang ditimbulkannya cukup besar antara
      lain komplikasi kronik sehingga timbul penyakit jantung kronis, hipertensi, gangguan otak, system saraf, hati, mata dan ginjal.
      Di Indonesia trend penyakit DM meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup yang kurang gerak, pola makan yang bergeser ke makanan cepat saji dan kurang serat serta meningkatnya stress di lingkungan pekerjaan dan lalu lintas jalan raya. Pada tahun 2013, penderita diabetes di Indonesia diperkirakan mencapai 8,5 juta orang dengan rentang usia 20-79 tahun (dikutip dari Federasi Diabetes Internasional). Tetapi kurang dari setengah dari mereka yang menyadari kondisinya. Jadi pada umumnya diabetes merupakan penyakit yang banyak menyerang orang Indonesia.
      Pada tahun 2011, orang dewasa yang mengidap diabetes di Asia Tenggara diperkirakan mencapai 71,4 juta jiwa atau sekitar 8,3% dari total populasi dewasa di wilayah ini.
      DM atau kencing manis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh karena
      peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemi) akibat kekurangan hormon
      insulin baik absolut maupun relatif. Absolut berarti tidak ada insulin sama
      sekali sedangkan relatif berarti jumlahnya cukup/memang sedikit tinggi atau
      daya kerjanya kurang. Hormon Insulin tersebut dibuat dalam pancreas tubuh kita.

      Ada 2 macam type DM :

       DM type I. atau disebut DM yang tergantung pada insulin. DM ini
      disebabkan akibat kekurangan insulin dalam darah yang terjadi karena
      kerusakan dari sel beta pancreas. Gejala yang menonjol adalah terjadinya
      sering kencing (terutama malam hari), sering lapar dan sering haus,
      Sebagian besar penderita DM type ini berat badannya normal atau kurus.
      Biasanya terjadi pada usia muda dan memerlukan insulin seumur hidup.

       DM type II atau disebut DM yang tak tergantung pada insulin. DM ini
      disebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik, Kadar
      insulin dapat normal, rendah atau bahkan bahkan meningkat tetapi fungsi
      insulin untuk metabolisme glukosa tidak ada / kurang. Akibatnya glukosa
      dalam darah akan tetap tinggi sehingga terjadi kondisi hiperglikemia, 75% dari
      penderita DM type II dengan obesitas atau sangat kegemukan dan
      biasanya diketahui menderita penyakit DM ini setelah berusia 30 tahun

      BAB II
      PEMBAHASAN

      A. PENGERTIAN

      DM yaitu kelainan metabolik akibat dari kegagalan pankreas untuk mensekresi insulin (hormon yang responsibel terhadap pemanfaatan glukosa) secara adekuat. Akibat yang umum dari kondisi tersebut adalah terjadinya hiperglikemia.
      DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner & Suddart).
      Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi, meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah yang normal pada pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula atau glukosa ataupun jenis karbohidrat lainnya.

      B. TIPE DM

      1. Tipe I : Insulin Dependen Diabetes Melitus (IDDM)
      2. Tipe II : Non Insulin Dependen Diabetes Melitus (NIDDM)

      C. ETIOLOGI

      1. Tidak diketahui secara pasti
      2. Mungkin akibat faktor obesitas, usia, keturunan, infeksi atau autoimun

      Diabetes terjadi jika tubuh tidak menghasilkan insulin yang cukup untuk mempertahankan kadar gula darah yang normal atau jika sel tidak memberikan respon yang tepat atau adekuat terhadap sejumlah insulin yang disekresikan.
      Penderita diabetes mellitus tipe I (diabetes yang tergantung kepada insulin) menghasilkan sedikit insulin atau sama sekali tidak menghasilkan insulin. Sebagian besar diabetes mellitus tipe I terjadi sebelum penderita berusia 30 tahun.
      Para ilmuwan percaya bahwa faktor lingkungan (mungkin berupa infeksi virus atau faktor gizi pada masa kanak-kanak atau dewasa awal) menyebabkan sistem kekebalan menghancurkan sel penghasil insulin di pankreas. Untuk terjadinya hal ini diperlukan kecenderungan genetik. Pada diabetes tipe I, 90% sel penghasil insulin (sel beta) mengalami kerusakan permanen. Terjadi kekurangan insulin yang berat dan penderita harus mendapatkan suntikan insulin secara teratur untuk mempertahankan kondisi fisiknya.

      Pada diabetes mellitus tipe II (diabetes yang tidak tergantung kepada insulin, NIDDM), pankreas tetap menghasilkan insulin, kadang kadarnya lebih tinggi dari normal. Tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya, sehingga terjadi kekurangan insulin relatif. Diabetes tipe II bisa terjadi pada anak-anak dan dewasa, tetapi biasanya terjadi setelah usia 30 tahun. Faktor resiko untuk diabetes tipe II adalah obesitas,, 80-90% penderita mengalami obesitas. Diabetes tipe II juga cenderung diturunkan.

      Penyebab diabetes lainnya adalah:

      • Kadar kortikosteroid yang tinggi
      • Kehamilan (diabetes gestasional)
      • Obat-obatan
      • Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin.

      D. PATOFISIOLOGI

      1. Tipe I : IDDM

      Hampir 90-95% islet sel pankreas hancur sebelum terjadi hiperglikemia akibat dari antibodi islet sel. Kondisi tersebut menyebabkan insufisiensi insulin dan meningkatkan glukosa. Glukosa menumpuk dalam serum sehingga menyebabkan hiperglikemia, kemudian glukosa dikeluarkan melalui ginjal (glukosuria) dan terjadi osmotik diuresis. Osmotik diuresis menyebabkan terjadinya kehilangan cairan dan terjadi polidipsi atau rasa haus berlebihan sehingga penderita banyak minum . Penurunan insulin menyebabkan tubuh tidak bisa menggunakan energi dari karbohidrat sehingga tubuh menggunakan energi dari lemak dan protein sehingga mengakibatkan ketosis dan penurunan BB. Poliphagi dan kelemahan tubuh akibat pemecahan makanan cadangan makanan dalam tubuh sehingga penderita kurus dan mudah terserang penyakit misalnya influensa, Tuberculosis paru, bisul atau abses dan bila penderita mengalami luka sering kali luka tersebut sulit sembuh .

      1. Tipe II : NIDDM

      Besar dan jumlah sel beta pankreas yang menurun tidak diketahui sebabnya. Pada obesitas, kemampuan insulin untuk mengambil dan memetabolisir glukosa ke dalam hati, muskuloskeletal dan jaringan berkurang. Gejala hampir sama dengan DM Tipe I dengan gejala non spesifik lain ( gatal-gatal/ pruritus, mudah bisul atau infeksi)

      E. GEJALA

      Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang tinggi. Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL, maka glukosa akan sampai ke air kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak (poliuri). Akibat poliuri maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak minum (polidipsi). Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini penderita seringkali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan (polifagi). Gejala lainnya adalah pandangan kabur, pusing, mual dan berkurangnya ketahanan selama melakukan olah raga. Penderita diabetes yang kurang terkontrol lebih peka terhadap infeksi. Karena kekurangan insulin yang berat, maka sebelum menjalani pengobatan penderita diabetes tipe I hampir selalu mengalami penurunan berat badan. Sebagian besar penderita diabetes tipe II tidak mengalami penurunan berat badan. Pada penderita diabetes tipe I, gejalanya timbul secara tiba-tiba dan bisa berkembang dengan cepat ke dalam suatu keadaan yang disebut dengan ketoasidosis diabetikum.

      Kadar gula di dalam darah adalah tinggi tetapi karena sebagian besar sel tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin, maka sel-sel ini mengambil energi dari sumber yang lain. Sel lemak dipecah dan menghasilkan keton, yang merupakan senyawa kimia beracun yang bisa menyebabkan darah menjadi asam (ketoasidosis). Gejala awal dari ketoasidosis diabetikum adalah rasa haus dan berkemih yang berlebihan, mual, muntah, lelah dan nyeri perut (terutama pada anak-anak). Pernafasan menjadi dalam dan cepat karena tubuh berusaha untuk memperbaiki keasaman darah. Bau nafas penderita tercium seperti bau aseton. Tanpa pengobatan, ketoasidosis diabetikum bisa berkembang menjadi koma, kadang dalam waktu hanya beberapa jam. Bahkan setelah mulai menjalani terapi insulin, penderita diabetes tipe I bisa mengalami ketoasidosis jika mereka melewatkan satu kali penyuntikan insulin atau mengalami stress akibat adanya suatu infeksi, kecelakaan atau penyakit yang serius.

      Penderita diabetes tipe II bisa tidak menunjukkan gejala-gejala selama beberapa tahun. Jika kekurangan insulin semakin parah, maka timbullah gejala yang berupa sering berkemih dan sering merasa haus. Jarang terjadi ketoasidosis. Jika kadar gula darah sangat tinggi (sampai lebih dari 1.000 mg/dL, biasanya terjadi akibat stres-misalnya infeksi atau obat-obatan), maka penderita akan mengalami dehidrasi berat, yang bisa menyebabkan kebingungan mental, pusing, kejang dan suatu keadaan yang disebut koma hiperglikemik-hiperosmolar non-ketotik.

      F. KOMPLIKASI

      1. Hiperglikemia
      • Insulin menurun
      • Glukagon meningkat
      • Pemakaian glukosa perifer terhambat
      1. Hipoglikemia
      • KGD < 60 mg%
      • Akibat terapi insulin
      1. Ketoasidosis Diabetik : insulin menurun, lipolisis, ketonbodi, koma
      2. Neuropati Diabetik : kesemutan, lemas, baal, mual, muntah, kembung
      3. Nefropati Diabetik : proteinuria
      4. Retinopati Diabetik : penglihatan kabur
      5. Ulkus/Gangren
      6. Kelainan Vaskuler
      • Mikrovaskuler
      • Makrovaskuler

      Komplikasi jangka panjang dari diabetes
      Organ/jaringan yg terkena yg terjadi komplikasi

      Pembuluh darah plak aterosklerotik terbentuk dan menyumbat arteri berukuran besar atau sedang di pembuluh darah jantung, otak, tungkai dan juga di penis.
      Dinding pembuluh darah kecil mengalami kerusakan sehingga pembuluh tidak dapat mentransfer oksigen secara normal dan mengalami kebocoran Sirkulasi yg jelek menyebabkan penyembuhan luka yg jelek dan bisa menyebabkan penyakit jantung, stroke, gangren pada kaki & tangan, impoten dan penyakit- penyakit infeksi

      Mata
      Terjadi kerusakan pada pembuluh darah kecil retina , gangguan penglihatan dan pada akhirnya bisa terjadi kebutaan

      Ginjal
      ● Penebalan pembuluh darah ginjal
      ● Protein bocor ke dalam air kemih
      ● Darah tidak disaring secara normal, fungsi ginjal yg buruk sampai terjadi
      gagal ginjal

      Saraf
      Kerusakan saraf karena glukosa tidak dimetabolisir secara normal dan karena aliran darah berkurang
      ● Kelemahan tungkai yg terjadi secara tiba-tiba atau secara perlahan
      ● Berkurangnya rasa, kesemutan dan nyeri di tangan dan kaki
      ● Kerusakan saraf menahun

      Sistem saraf otonom
      Kerusakan pada saraf yg mengendalikan tekanan darah dan saluran pencernaan
      ● Tekanan darah yg naik-turun
      ● Kesulitan menelan & perubahan fungsi pencernaan disertai serangan diare

      Kulit
      Berkurangnya aliran darah ke kulit dan hilangnya rasa yg menyebabkan cedera berulang
      ● Luka, infeksi dalam (ulkus diabetikum)
      ● Penyembuhan luka yg jelek

      Darah
      Gangguan fungsi sel darah putih sehingga mudah terkena infeksi, terutama infeksi saluran kemih dan kulit seperti bisul, abses, luka yang sulit sembuh.

      Jaringan ikat
      Glukosa tidak dimetabolisir secara normal sehingga jaringan menebal atau berkontraksi
      ● Sindroma terowongan karpal Kontraktur Dupuytren

      G. PERAWATAN PREVENTIF

      1. Identifikasi
        Penderita membawa keterangan tentang : jenis DM, komplikasi, regimen pengobatan
      2. Vaksinasi
        Merupakan tindakan yang baik terutama terhadap pnemokokus dan influensa
      3. Tidak merokok
      4. Deteksi dan Penatalaksanaan hipertensi dan hiperlipidemia
      5. Perawatan kaki

      H. PENGOBATAN

      1. Diit DM
        a. Syarat
        ● Perbaiki keadaan umum
        ● Arahkan BB normal
        ● Pertahankan KGD normal
        ● Tekan angiopati
        ● Sesuaikan keadaan
        ● Menarik dan mudah diberikan
        b. Prinsip
        ● Jumlah sesuai kebutuhan
        ● Jadual diit tepat
        ● Jenis : yang boleh dimakan/tidak
        Komposisi Makanan
        a. Karbohidrat : 50%-60%, penting untuk pemasukan kalori yang cukup
        b. Protein : 10%-20%, mempertahankan keseimbangan nitrogen dan mendorong pertumbuhan
        c. Lemak : 25%-30%, pemasukan kolesterol < 300 mg/hari, lemak jenuh diganti dengan lemak yang tidak jenuh
        d. Serat : 25 g/1000 kkal, memperlancar penyerapan gula
      2. Latihan fisik
        Frekuensi 2-3 kali/minggu, intensitas : ringan-sedang, waktu 30-60 menit/latihan, tipe olah raga : aerobik (jalan, renang, joging, bersepeda)
      3. Obat anti diabetik
        a. Oral Anti Diabetik (OAD)
        b. Obat injeksi insulin

      Meski diabetes tidak bisa disembuhkan, diagnosis dini sangat penting agar diabetes dapat segera ditangani. Pendeteksian dini memungkinkan kadar gula darah penderita diabetes untuk dikendalikan.
      Tujuan pengobatan diabetes adalah untuk mempertahankan keseimbangan kadar zat gula darah dan mengendalikan gejala untuk mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. Mengubah gaya hidup juga bisa mengendalikan gejala-gejala diabetes tipe 2, misalnya dengan menerapkan pola makan sehat. Tetapi jenis diabetes ini adalah penyakit yang progresif. Karena itu penderita diabetes tipe 2 biasanya akan membutuhkan obat-obatan untuk menjaga keseimbangan kadar zat gula darahnya. Proses pengobatan umumnya diawali dengan obat dalam bentuk tablet yang kemudian bisa diikuti dengan terapi suntikan, misalnya insulin.
      Dokter akan menjelaskan penyakit ini secara detail, membantu Anda untuk memahami proses pengobatan, serta memantau penyakit-penyakit lain yang dapat terjadi pada Anda. Tujuan pengobatan diabetes adalah untuk memertahankan keseimbangan kadar gula darah dan meminimalisasi risiko komplikasi.
      Penderita diabetes tipe 2 dianjurkan untuk selalu menjaga kesehatan dengan seksama. Tetapi Anda tidak perlu merasa kecil hati karena dokter bisa membantu Anda dalam proses pengobatan yang dapat Anda jalani. Jangan ragu untuk minta bantuan pada keluarga atau teman.
      Memulai Gaya Hidup yang Sehat
      Penanganan awal yang umumnya diterapkan kepada penderita diabetes tipe 2 adalah dengan mengubah gaya hidup. Misalnya pola makan yang sehat, teratur berolahraga, dan menurunkan berat badan bagi yang mengalami kegemukan atau obesitas (indeks berat badan 30 atau lebih).
      Langkah awal ini akan sangat efektif untuk penderita diabetes tipe 2 pada tahap dini serta dapat membantu proses pengobatan jika dilakukan dengan disiplin dan cermat.
      Obat-obatan untuk Menurunkan Kadar Gula darah
      Diabetes tipe 2 adalah penyakit progresif yang umumnya bisa bertambah parah. Menjaga pola makan dan rutin berolahraga saja mungkin belum cukup untuk mengendalikan kadar gula darah penderita sepenuhnya.
      Penderita jenis diabetes ini lama-kelamaan akan membutuhkan obat-obatan untuk menurunkan kadar gula darah yang tinggi. Proses pengobatan umumnya diawali dengan obat dalam bentuk tablet dan kadang-kadang dengan kombinasi lebih dari satu jenis tablet. Kemudian diikuti dengan insulin atau obat lain yang diberikan lewat suntikan.
      Pemantauan Kadar Gula darah
      Menjalani tes HbA1c
      Penderita diabetes dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan konsentrasi gula darah pada tiap 2-3 bulan. Pemeriksaan ini akan memperlihatkan tingkat kadar gula darah dalam beberapa bulan terakhir, serta keefektifan pengobatan Anda.
      Ketika tubuh sedang memproses gula, gula dalam darah secara otomatis melekatkan diri pada hemoglobin. Makin tinggi kadar gula dalam darah, makin banyak hemoglobin yang terkait dengan gula dan hemoglobin inilah yang disebut HbA1c. Tes HbA1c mengukur jumlah hemoglobin yang mengandung glukosa.
      Jika Anda memiliki kadar gula darah yang tinggi selama 2-3 bulan terakhir, hasil tes HbA1c akan menunjukkan angka yang tinggi sebagai indikasinya. Karena itu jenis pengobatan yang Anda jalani mungkin perlu diubah. Nilai rujukan normal untuk tes HbA1c penderita diabetes adalah di bawah 6,5%.
      Bagaimana cara memantau kadar gula darah kita sendiri?
      Pola makan sehat, berolahraga, dan meminum obat atau menjalani terapi insulin akan membantu Anda untuk menjaga keseimbangan kadar gula darah. Tetapi penyakit lain dan stres juga dapat berpengaruh.

      Faktor lain yang mungkin akan berdampak pada kadar gula darah Anda adalah:
      • Konsumsi minuman keras.
      • Meminum obat lain.
      • Perubahan hormon pada siklus menstruasi.
      Menjalani pemeriksaan laboratorium tiap 2-6 bulan sekali sangatlah penting bagi penderita diabetes tipe 2. Selain itu, penderita juga dianjurkan untuk memantau kadar gula darah dengan melakukan tes sendiri di rumah.
      Pemeriksaan di rumah dapat dilakukan dengan alat tes kadar gula darah berukuran kecil. Alat ini dapat digunakan untuk mendeteksi naik turunnya kadar gula dalam darah.
      Kadar gula darah biasanya tidak selalu sama sepanjang hari dan dapat dipengaruhi oleh proses pengobatan yang Anda jalani. Maka Anda dianjurkan untuk memeriksanya beberapa kali dalam sehari. Pemantauan rutin akan membantu Anda untuk menjaga keseimbangannya.
      Satuan ukuran untuk kadar gula darah yang digunakan secara umum di Indonesia adalah milligrams/deciliter atau biasa disingkat mg/dL. Anda sebaiknya memastikan satuannya terlebih dulu saat membeli alat tes gula darah.
      Kadar gula darah pada tiap orang berbeda-beda, tapi rujukan normalnya adalah:
      • 72-108 mg/dL sebelum makan.
      • 180 mg/dL dua jam sesudah makan.
      Obat-obatan yang Tepat untuk Mengatasi Diabetes Tipe 2
      Keseimbangan kadar gula darah pada diabetes terkadang tidak dapat dijaga dengan baik hanya melalui penerapan pola makan sehat dan olahraga teratur. Anda juga mungkin membutuhkan obat-obatan untuk menanganinya.
      Ada beberapa jenis obat (biasanya dalam bentuk tablet) yang dapat digunakan untuk diabetes tipe 2. Anda juga mungkin diberikan kombinasi dari dua jenis obat atau lebih untuk mengendalikan kadar gula darah Anda.
      Metformin untuk mengurangi kadar gula darah
      Metformin bekerja dengan mengurangi kadar gula yang disalurkan hati ke aliran darah dan membuat tubuh lebih responsif terhadap insulin. Ini obat pertama yang sering dianjurkan bagi penderita diabetes tipe 2.
      Berbeda dengan obat-obat lain, metformin tidak menyebabkan kenaikan berat badan. Karena itu obat ini biasanya diberikan untuk penderita yang mengalami kelebihan berat badan.
      Tetapi metformin kadang-kadang dapat menyebabkan efek samping yang ringan, misalnya mual dan diare. Dokter juga tidak akan menganjurkan obat ini untuk penderita diabetes yang mengalami masalah ginjal.
      Sulfonilurea untuk meningkatkan produksi insulin dalam pankreas
      Sulfonilurea berfungsi meningkatkan produksi insulin dalam pankreas. Penderita diabetes yang tidak dapat meminum metformin atau tidak kelebihan berat badan mungkin akan diberikan obat ini. Jika metformin kurang efektif untuk mengendalikan kadar gula darah Anda, dokter mungkin akan mengkombinasikannya dengan sulfonilurea. Contoh-contoh obat ini adalah:
      • Glimepiride
      • Glibenclamide
      • Glipizide
      • Gliclazide
      • Gliquidone
      Sulfonilurea akan meningkatkan kadar insulin dalam tubuh sehingga dapat mempertinggi risiko hipoglikemia jika salah pemakaiannya. Selain itu, obat ini memiliki efek samping sebagai berikut:
      • Kenaikan berat badan
      • Mual dan muntah
      • Diare
      Glitazone (thiazolidinedione) sebagai pemicu terhadap insulin
      Glitazone (misalnya, pioglitazone) biasanya dikombinasikan dengan metformin, sulfonilurea, atau keduanya. Obat ini berfungsi membuat sel-sel tubuh lebih sensitif terhadap insulin sehingga lebih banyak gula yang dipindahkan dari dalam darah.
      Obat ini dapat menyebabkan kenaikan berat badan dan pembengkakan pada pergelangan kaki. Anda tidak dianjurkan untuk meminum pioglitazone jika pernah mengalami gagal jantung atau berisiko terkena patah tulang.
      Di beberapa negara, risoglitazone yang merupakan salah satu jenis obat glitazone telah dicabut dari pasaran karena terbukti meningkatkan risiko penyakit jantung seperti serangan jantung dan gagal jantung. Jika mengkonsumsinya, konsultasikanlah potensi efek sampingnya dengan dokter Anda.
      Gliptin (dipeptidyl peptidase-4 inhibitor) sebagai pencegah pemecahan GLP-1
      Gliptin atau penghambat DPP-4 mencegah pemecahan hormon GLP-1 (glucagon-like peptide-1). GLP-1 adalah hormon yang berperan dalam produksi insulin saat kadar gula darah tinggi. Dengan demikian, gliptin membantu menaikkan tingkat insulin saat kadar gula naik.
      Gliptin (misalnya, linagliptin, saxagliptin, sitagliptin, dan vildagliptin) dapat menghambat peningkatan kadar gula darah tinggi tanpa menyebabkan hipoglikemia. Obat ini tidak menyebabkan kenaikan berat badan dan biasanya diberikan jika penderita tidak bisa meminum sulfonilurea atau glitazone, atau dikombinasikan dengan keduanya.
      Agonis GLP-1 sebagai pemicu insulin tanpa risiko hipoglikemia
      Exenatide adalah agonis GLP-1 dengan kinerja yang mirip hormon GLP-1 alami. Obat ini diberikan melalui suntikan sebanyak dua kali sehari. Exenatide dapat memicu produksi insulin saat terjadi peningkatan kadar gula darah tanpa risiko hipoglikemia.
      Sebagian besar penderita diabetes yang meminum exenatide juga dapat mengalami penurunan berat badan. Obat ini umumnya diberikan kepada penderita diabetes yang meminum metformin serta sulfonilurea dan mengalami obesitas.
      Jenis agonis GLP-1 lainnya adalah liraglutide yang disuntikkan sekali dalam sehari. Penelitian membuktikan bahwa obat ini juga dapat menurunkan berat badan. Liraglutide juga umumnya diberikan pada penderita diabetes yang meminum metformin serta sulfonilurea dan mengalami obesitas.
      Acarbose untuk memperlambat pencernaan karbohidrat
      Acarbose memperlambat pencernaan karbohidrat menjadi gula dalam tubuh. Obat ini mencegah peningkatan kadar gula darah yang terlalu cepat setelah penderita diabetes makan.
      Obat ini dapat menyebabkan efek samping diare dan perut kembung sehingga jarang digunakan untuk mengobati diabetes tipe 2. Tetapi dokter tetap akan memberikannya jika penderita tidak cocok meminum obat lain.
      Nateglinide dan repaglinide untuk melepas insulin ke aliran darah
      Kedua obat ini akan merangsang pankreas untuk melepaskan lebih banyak insulin ke aliran darah. Fungsi nateglinide dan repaglinide tidak dapat bertahan lama, tapi efektif saat diminum sebelum makan. Jadi meski jarang digunakan, keduanya dianjurkan jika penderita memiliki jadwal makan pada jam-jam yang tidak biasa.
      Semua obat tetap memiliki efek samping, termasuk nateglinide dan repaglinide. Efek samping dari kedua obat ini adalah hipoglikemia dan kenaikan berat badan.
      Terapi Insulin sebagai pendamping obat-obatan yang lainnya
      Obat-obatan dalam bentuk tablet bisa menjadi kurang efektif untuk mengobati diabetes sehingga Anda membutuhkan terapi insulin. Terapi ini dapat diberikan untuk menggantikan atau bersamaan dengan obat-obatan di atas, tapi tergantung dosis dan cara pemakaiannya. Ada beberapa jenis insulin yang bisa digunakan. Di antaranya:
      • Insulin kerja cepat yang tidak bertahan lama, tapi bereaksi cepat.
      • Insulin kerja singkat yang dapat bertahan maksimal delapan jam.
      • Insulin kerja panjang yang dapat bertahan satu hari.
      Pengobatan untuk penderita diabetes juga mungkin menggunakan kombinasi dari jenis-jenis insulin di atas.
      Melakukan suntikan insulin untuk diri sendiri
      Pemberian insulin umumnya lewat suntikan karena insulin akan dicerna dalam perut dan tidak bisa masuk ke dalam darah jika diminum dalam bentuk tablet.
      Dokter akan menjelaskan kapan Anda membutuhkan pemakaian insulin. Pada tahap awal pemakaian, dokter biasanya akan membantu Anda untuk menyuntikkan insulin. Selanjutnya Anda diajari cara menyuntik dan menyimpan insulin serta membuang jarum dengan aman.
      Ada dua metode yang biasa digunakan untuk menyuntikkan insulin, yaitu lewat jarum dan alat suntik atau pena. Penderita diabetes umumnya membutuhkan 2-4 suntikan dalam sehari. Dokter atau perawat juga akan mengajari cara pemakaiannya pada teman dekat atau keluarga Anda.
      Cara mengatasi hipoglikemia (kadar gula darah yang terlalu rendah)
      Penderita diabetes tipe 2 umumnya menggunakan insulin atau jenis-jenis tablet tertentu untuk mengendalikan kadar gula darah. Metode pengobatan tersebut memiliki risiko untuk menyebabkan hipoglikemia.
      Saat kadar gula darah Anda terlalu rendah, Anda akan mengalami hipoglikemia. Gejala-gejalanya antara lain rasa lemas, gemetaran, dan lapar. Kondisi ini dapat diatasi dengan mengonsumsi makanan atau minuman manis.
      Penanganan awal untuk penderita diabetes yang mengalami hipoglikemia adalah dengan mengonsumsi sumber karbohidrat (minuman bergula atau tablet glukosa) yang dapat diserap dengan cepat. Setelah itu penderita boleh mengonsumsi sumber karbohidrat yang dapat bertahan lebih lama seperti sepotong wafer, sepotong roti isi, atau satu buah.
      Langkah-langkah di atas umumnya dapat meningkatkan kadar gula darah agar kembali normal. Tetapi proses ini bisa membutuhkan waktu beberapa jam.
      Hipoglikemia berat akan mengakibatkan penderita diabetes merasa linglung, mengantuk, bahkan kehilangan kesadaran. Jika mengalami kondisi ini, penderita diabetes harus segera diberi suntikan glukagon (hormon yang dapat meningkatkan kadar gula darah dengan cepat) langsung pada otot atau vena. Dokter dapat mengajarkan cara penyuntikannya pada keluarga atau teman dekat Anda.
      Alternatif dalam melakukan pengobatan penderita diabetes tipe 2
      Penderita diabetes tipe 2 memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami komplikasi (penyakit jantung, stroke, atau penyakit ginjal). Karena itu dokter biasanya akan menyarankan obat-obat berikut ini untuk mengurangi risiko komplikasi, yaitu:
      • Statin (misalnya, simvastatin) untuk mengurangi kadar kolestrol tinggi.
      • Obat penurun tekanan darah tinggi.
      • Obat-obatan ACE Inhibitor, seperti lisinopril, enalapril, atau ramipril, jika ada indikasi penyakit ginjal diabetik. Perkembangan penyakit yang ditandai dengan adanya protein albumin dalam urin ini dapat disembuhkan jika segera ditangani.

      H. DIABETES YANG DIALAMI IBU HAMIL
      Diabetes juga bisa dialami oleh ibu hamil. Ini terjadi karena wanita yang pada saat hamil kadang-kadang memiliki kadar zat gula darah yang sangat tinggi selama masa kehamilan sehingga tubuh tidak dapat memproduksi cukup insulin untuk menyerapnya.
      Jenis diabetes yang dikenal sebagai diabetes kehamilan ini terjadi pada sekitar satu orang di antara 20 wanita hamil dan umumnya akan sembuh setelah bayi dilahirkan. Tetapi risiko terkena diabetes tipe 2 yang lebih tinggi (sekitar tiga kali) dimiliki wanita yang pernah mengalami diabetes kehamilan.
      Diabetes kehamilan dapat mempertinggi risiko komplikasi kesehatan pada janin. Karena itu sangat penting bagi penderita diabetes yang sedang hamil untuk menjaga keseimbangan kadar gula darahnya.

      Mengobati Diabetes pada Ibu Hamil

      1. Lakukan Diet.
        Perhatikan makanan anda, hindari makanan bergula sederhana seperti minuman manis dan cemilan manis. Untuk lebih tepta konsultasi dengan ahli gizi. Lakukan diet sehat sesuai anjuran ahli nutrisi, karena kalau kekurangan kalori dalam tubuh juga bisa berdampak pada hipoglikemia, yaitu kondisi lemas dan bahkan bisa pingsan.
      2. Selalu kontrol gula darah.
        Beli alat pengukur gula darah yang praktis yang bisa dioperasikan sendiri.
      3. Menyuntik Insulin.
        Ini perlu dilakukan untuk menambah insulin dalam tubuh karena penderita diabetes mengalami penurunan produksi insulin. Sedangkan ibu hamil tidak dibenarkan untuk mengkosumsi obat-obatan yang bisa merangsang sekresi insulin, jadi alternatifnya adalah dengan cara menyuntikkan insulin tambahan ke dalam tubuh .
      4. Anda perlu memantau Hipoglikemi.
        Ini penting diperhatikan agar jangan sampai gula darah anda drop. Anda bisa ngemil misalnya buah-buahan, makanan tinggi protein, sayur tetapi bukan makanan manis.
      5. Olahraga ringan bagi ibu hamil.
        Ini bisa berarti seperti aktivitas ringan yang anda lakukan di rumah seperti membersihkan rumah, mencuci piring, jalan kaki ringan dan senam hamil bisa menurunkan tingkat gula darah.

      BAB III
      KESIMPULAN DAN SARAN

      A. KESIMPULAN
      Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dibuat, dapat disimpulkan bahwa Diabetes mellitus adalah penyakit yang disebabkan oleh kelainan hormon yang mengakibatkan sel-sel dalam tubuh tidak dapat menyerap glukosa dari darah. Penyakit ini timbul ketika di dalam darah tidak terdapat cukup insulin atau ketika sel-sel tubuh kita dapat bereaksi normal terhadap insulin dalam darah. Terdapat dua jenis penyakit diabetes mellitus yaitu tipe I, tipe II.

      Gejala awal dari diabetes adalah merasa lemas, tidak bertenaga, ingin sering makan, dan sering buang air kecil. Untuk pengobatan dapat dilakukan dengan perubahan gaya hidup, memberikan obat oral anti diabet, penyuntikan insulin, pendidikan dan kepatuhan terhadap diet, dan program olahraga.

      Pada penderita Diabetes mellitus dapat terjadi komplikasi akut maupun kronis.
      Macam-macam komplikasi akut, di antaranya yaitu ketoasidosis diabetes, efek somogyi, dan fenomena fajar.

      Komplikasi jangka panjang atau kronis antara lain atherosclerosis, stroke, penyakit jantung koroner, diabetik nephropathy, diabetic retinopathy, dan lain lain.

      B. SARAN
      Untuk mencegah dan menanggulangi pemyakit Diabetes Mellitus, masyarakat harus lebih memahami mengenai penyakit ini, beserta dengan gejala, pencegahan dan pengobatannya melalui penyuluhan masyarakat, pendidikan kesehatan maupun bentuk sosialisasi lainnya.
      Perlu kepatuhan berobat, motivasi dan edukasi yang terus menerus agar penderita diabetes mellitus dapat menjalani hidup seoptimal mungkin dari sisi kuantitas maupun kualitas hidupnya.

      DAFTAR PUSTAKA

      Brunner & Suddart, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, Edisi 8, Penerbit RGC, Jakarta.
      Carpenito, L.J., 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, edisi 2, Penerbit EGC, Jakarta.
      Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6, Penerbit EGC, Jakarta.
      Johnson, M.,et all, 2000, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.
      Mc Closkey, C.J., Iet all, 1996, Nursing Interventions Classification (NIC) econd Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.
      NANDA, 2002, Nursing Diagnoses : Definitions & Classifications.
      NANDA, 2002, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi, PSIK FK UGM, Yogyakarta.
      http://www.medicastore.com, 2004, Informasi tentang penyakit : Diabetes Melitus.
      Corwin, Elizabeth. 2001.
      Buku Saku Patofisiologi.
      Jakarta: EGC Guyton. 1996.
      Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit
      Jakarta: EGCIrianto, Kus. 2004.
      Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis

      Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

      Cara Membuat Permohonan Surat Izin Kerja Perekam Medis (SIKPM) MPP DPMPTSP Kabupaten Bandung Barat

      Halo sobat PMIK, Salam Sehat,
      pada video kali ini saya akan berbagi pengetahuan tentang Tutorial atau Cara Membuat Permohonan Surat Izin Kerja Perekam Medis (SIKPM) MPP DPMPTSP Kab. Bandung Barat

      Ukuran maksimal file adalah 1MB. Format pdf.
      Ukuran maksimal file adalah 200KB. Format jpg/png.

      Dokumen yang harus di Upload dalam Format PDF*.

      1. Scan STR Asli / Surat Keterangan Dalam Proses Asli *
      2. Scan Rekomendasi Organisasi Profesi Asli Cab. Kabupaten Bandung Barat *
      3. Scan Pas Foto 4X6 Asli *
      4. Scan Surat Keterangan Kerja Dari Pimpinan Tempat Bekerja Asli *
      5. Scan KTP Asli *
      6. Scan Ijazah Profesi Asli *
      7. Scan Surat Keterangan Sehat Asli Terbaru (3 Bulan Terakhir) *
      8. Scan Asli Izin Lama *

      Note :
      Scan surat keterangan tidak berpraktik di daerah asal sesuai KTP untuk pemohon yang memiliki KTP diluar Kab. Bandung Barat Asli (1 tahun terakhir)

      Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

      SOAL PPPK REKAM MEDIS 2024 TERBARU | KOMPETENSI TEKNIS AHLI PERTAMA – PEREKAM MEDIS | PPPK NAKES

      SOAL PPPK REKAM MEDIS 2024 TERBARU | KOMPETENSI TEKNIS AHLI PERTAMA – PEREKAM MEDIS | SESUAI KISI-KISI

      Perekam Medis Ahli Pertama Kemampuan Umum:
      1. Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang ASN
      2. Kebijakan Pelayanan RME di Fasyankes (PMK 24/2022 tentang RM, KMK 1423, PMK 13 tentang 1 sehat, KMK 1559 2022)
      3. KMK No. 312 Tahun 2020
      4. Hasil Kongres IX PORMIKI Tahun 2018
      5. Aspek Hukum Rekam Medis
      6. Aspek Manajemen secara umum

      Kemampuan Khusus:
      1. Manajemen Data
      2. Kodifikasi Klinis Sistem Pembiayaan Kesehatan
      3. Statistik dan Pelaporan Data Pasien
      4. Pelayanan Pendaftaran Pasien
      5. Penjaminan Mutu Pelayanan Rekam Medis
      6. Pelepasan Informasi Kesehatan

      #ASN #pppk #bimbelPPPK #tesPPPK #infopppk #soalpppk #casn #formasiPPPK #beritaPPPK #seleksipppk #latihansoalPPPK #skbPPPK #tryoutPPPK

      Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

      Pengertian dan Klasifikasi Rumah Sakit

      Rumah Sakit

      Pengertian Rumah Sakit

      Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien. American Hospital Association. (Azrul Azwar, 1996:88).

      Rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat dan berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Wolper dan Pena. (Azrul Azwar, 1996:88).

      Rumah sakit adalah pusat dimana kesehatan masyarakat, pendidikan serta penelitian kedokteran diselenggarakan. Association of Hospital Care. (Azrul Azwar, 1996:89).

      • Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

      Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI mendefinisikan tugas rumah sakit sebagai berikut:

      Tugas rumah sakit adalah melaksanakan pelayanan kesehatan dengan mengutamakan kegiatan penyembuhan (kuratif) dan pemulihan keadaan cacat badan dan jiwa, yang dilaksanakan dengan upaya peningkatan (promotif), pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan. Pendekatan pada penyembuhan dan pemeliharaan (rehabilitasi) karena peningkatan dan pencegahan dilaksanakan oleh rumah sakit dan PUSKESMAS.

      Sedangkan fungsi rumah sakit  menurut peraturan Menteri Kesehatan dibagi menjadi dua bagian yang diantaranya:

      1. Fungsi Profesional
      2. Menyediakan dan menyelenggarakan pelaksanaan medik, pelayanan penunjang medik, penunjang peralatan, rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan kesehatan.
      3. Sebagai tempat pendidikan dan pelatihan bagi tenaga para medik.
      4. Sebagai tempat penelitian, pengembangan ilmu teknologi dibidang kesehatan.
      5. Fungsi Sosial

      Dalam peraturan Menteri Kesehatan pasal 25 (dua puluh lima) disebutkan bahwa setiap rumah sakit harus melaksanakan fungsi sosial antara lain menyediakan fasilitas untuk merawat penderita yang kurang mampu atau tidak mampu, untuk rumah sakit sekurang-kurangnya 75% dari kapasitas tempat tidur yang tersedia yang harus diberikan pada orang tidak mampu, sedangkan untuk swasta 25% kapasitas yang harus diberikan.

      • Klasifikasi Rumah Sakit

      Ditinjau dari pemiliknya, rumah sakit di Indonesia dapat dibedakan atas dua macam yakni:

      1. Rumah Sakit Pemerintah

      Rumah Sakit pemerintah yang dimaksud disini dapat dibedakan atas tiga macam yakni:

      1. Pemerintah Pusat
      2. Departemen Kesehatan

      Beberapa rumah sakit langsung dikelola oleh Departemen Kesehatan, misalnya Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo di Jakarta dan Rumah Sakit Dr. Soetomo di Surabaya.

      • Departemen Lainnya

      Beberapa departemen lain seperti Departemen Pertahanan dan Keamanan, Departemen Pertambangan serta Departemen Perhubungan juga mengelola rumah sakit sendiri. Peranan Departemen Kesehatan disini adalah merumuskan kebijakan pokok bidang kesehatan saja, yang harus dipakai sebagai landasan dalam melaksanakan setiap upaya kesehatan. Beberapa pengecualian memang dibenarkan asal saja tidak bertentangan dengan kebijakan pokok bidang kesehatan yang telah dirumuskan.

      • Pemerintah Daerah

      Sesuai dengan Undang-undang Pokok Pemerintah Daerah No. 5 Tahun 1974, maka rumah sakit yang berada di daerah dikelola oleh Pemerintah Daerah. Pengelolaan yang dimaksud tidak hanya dalam bidang pembiayaan saja, tetapi juga dalam bidang kebijakan, seperti misalnya yang menyangkut pembangunan sarana, pengadaan peralatan, ataupun penetapan tarif pelayanan. Peranan Departemen Kesehatan disini adalah merumuskan kebijakan pokok upaya kesehatan saja, disamping dalam batas-batas tertentu juga turut membantu dalam bidang pembiayaan, tenaga ataupun obat-obatan, yakni dalam rangka menjalankan asas perbantuan dari sistem pemerintahan di Indonesia.

      • Rumah Sakit Swasta

      Kecuali itu sesuai dengan Undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992, beberapa rumah sakit yang ada di Indonesia juga dikelola oleh pihak swasta. Undang-undang Pokok Kesehatan dan juga Sistem Kesehatan Nasional memang mengakui adanya peranan pihak swasta. Jika ditinjau dari perkembangan yang dialami kini, rumah sakit swasta di Indonesia tampak telah berkembang dengan pesat.

      Sebagai akibat dari telah dibenarkannya pemilik modal bergerak dalam bidang rumah sakit, menyebabkan mulai banyak ditemukan rumah sakit swasta yang telah dikelola secara komersial serta yang berorientasi mencari keuntungan (profit hospital). Walaupun untuk yang terakhir ini kehendak untuk mempertahankan fungsi sosial rumah sakit tetap ditemukan, yakni dengan mewajibkan rumah sakit swasta tersebut menyediakan sekurang-kurangnya 20% dari tempat tidurnya untuk masyarakat golongan tidak mampu.

      Jika ditinjau dari kemampuan yang dimiliki, rumah sakit di Indonesia dibedakan menjadi lima macam yakni:

      1. Rumah Sakit Kelas A

      Rumah sakit kelas A adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis luas. Oleh pemerintah, rumah sakit kelas A ini telah ditetapkan sebagai tempat pelayanan rujukan tertinggi (top referral hospital) atau disebut pula sebagai Rumah Sakit Pusat.

      • Rumah Sakit Kelas B

      Rumah sakit kelas B adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis luas dan subspesialis terbatas. Direncanakan rumah sakit kelas B didirikan di setiap ibukota propinsi (provincial hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten. Rumah sakit pendidikan yang tidak termasuk kelas A juga diklasifikasikan sebagai rumah sakit kelas B.

      • Rumah Sakit Kelas C

      Rumah sakit kelas C adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis terbatas. Pada saat ini ada empat macam pelayanan spesialis ini yang disediakan yakni pelayanan penyakit dalam, pelayanan bedah, pelayanan kesehatan anak, serta pelayanan kebidanan dan kandungan. Direncanakan rumah sakit kelas C ini akan didirikan disetiap ibukota kabupaten (regency hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari PUSKESMAS.

      • Rumah Sakit Kelas D

      Rumah sakit kelas D adalah rumah sakit yang bersifat transisi karena pada satu saat akan ditingkatkan menjadi rumah sakit kelas C. Pada saat ini kemampuan rumah sakit kelas D hanyalah memberikan pelayanan kedokteran umum dan kedokteran gigi. Sama halnya dengan rumah sakit kelas C, Rumah sakit kelas D ini juga menampung pelayanan rujukan yang berasal dari PUSKESMAS.

      • Rumah Sakit Kelas E

      Rumah sakit kelas E adalah rumah sakit Khusus (special hospital) yang menyelenggarakan hanya satu macam pelayanan kedokteran saja. Pada saat ini banyak rumah sakit kelas E yang telah ditemukan. Misalnya rumah sakit jiwa, rumah sakit kusta, rumah sakit paru, rumah sakit kanker, rumah sakit jantung, rumah sakit ibu dan anak dan lain sebagainya.

      Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

      Cara membuat akun KCIC (KERETA CEPAT WHOOSH) untuk beli tiket kereta cepat Jakarta-Bandung

      Cara membuat akun KCIC (KERETA CEPAT WHOOSH) untuk beli tiket kereta cepat Jakarta-Bandung:

      1. Silakan Download Aplikasi Whoosh di Google Play Store App dan Play store app
      2. Klik menu “Daftar”
      3. Pada laman “Daftar akun”, lengkapi data pada kolom formulir yang tersedia
      4. Isi informasi dasar berupa nama pengguna dan kata sandi
      5. Isi alamat email aktif pada kolom yang tersedia, klik “Kirim”
      6. Masukkan kode verifikasi yang dikirimkan ke email Anda
      7. Isi nomor WhatsApp, lalu klik “Kirim”
      8. Masukkan kode verifikasi yang dikirimkan melalui WhatsApp Anda
      9. Lengkapi informasi rinci berupa nama asli, nomor identitas, dan tanggal lahir Centang pada kotak persetujuan syarat dan ketentuan
      10. Pastikan semua data telah terisi dengan lengkap dan benar, klik “Kirim” untuk menyelesaikan pembuatan akun Anda.

      #whoosh #keretacepatjakartabandung #keretacepatindonesiachina #keretacepat #keretaapi

      Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar