STATISTIK RUMAH SAKIT DAN INDIKATOR RUMAH SAKIT.

  • Statistik Rumah Sakit
  • Pengertian Statistik

Menurut Hatta (2013:215) kata statistik dapat diartikan dalam berbagai macam arti, salah satu artinya adalah sebagai “Angka” yaitu gambaran suatu keadaan yang dituangkan dalam angka. Angka dapat diambil dari laporan, penelitian atau sumber catatan medik. Statistik dapat juga diartikan sebagai hasil dari pernghitungan seperti rerata, median, standar deviasi dan lain-lain. Arti lainnya adalah statistik merujuk pada metode/teknik statistik dan teori.

  • Statistik Rumah Sakit

Statistik Rumah Sakit memiliki pengertian statistik yang menggunakan dan mengolah sumber data dari pelayanan-pelayanan kesehatan di rumah sakit untuk menghasilkan informasi, fakta dan pengetahuan berkaitan dengan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. (Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 1 No.2 Tahun 2013).

Statistik rumah sakit menurut pendapat Sudra (2010:3) yaitu “statistik yang menggunakan dan mengolah sumber data dari pelayanan kesehatan di rumah sakit untuk menghasilkan informasi, fakta dan pengetahuan berkaitan dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit”. Dalam pelayanan pasien di rumah sakit, data dikumpullkan setiap hari dari pasien rawat inap, rawat jalan, dan rawat darurat. Data tersebut berguna untuk memantau perawatan pasien setiap hari, mingguan, bulanan dan lain-lain.

Menurut Sudra (2010:3) informasi dari statistik rumah sakit digunakan untuk berbagai kepentingan, antara lain :

  1. Perencanaan, pemantauan pendapatan dan pengeluaran dari pasien oleh pihak manajemen rumah sakit
  2. Pemantauan kinerja medis
  3. Pemantauan kinerja non medis.

 

  • Indikator Statistik Unit Rawat Inap

Statistik rawat inap di gunakan untuk memantau kegiatan yang ada di unitrawat inap, yang juga digunakan untuk menilai dan mengevaluasi kegiatanyang ada di unit rawat inap untuk perencanaan maupun laporan pada instansivertikal. Data yang diolah di unit rawat inap disesuaikan dengan kebutuhandata dan informasi oleh manajemen maupun kebutuhan laporan ke instansidiatasnya (Depkes), misalnya :data kunjungan pasien, data rujukan, data pembayaran, data tindakan pasien. Data tersebut dapat diperoleh dari pencatatan yang ada di unit rawat inapseperti pada :

  • Sensus Harian Rawat Inap

Sensus harian rawat inap adalah kegiatan perhitungan pasienrawat inap yang dilakukan setiap hari pada suatu ruang rawat inap.Kegunaannya antara lain adalah :

  1. Mengetahui jumlah pasien masuk, jumlah pasien keluarrumah sakit (hidup dan mati).
  1. Mengetahui tingkat penggunaan tempat tidur.
  2. Menghitung penyediaan sarana atau fasilitas pelayanankesehatan.
  • Rekapitulasi Sensus Harian Rawat Inap

Rekapitulasi sensus harian rawat inap adalah formulir yangdigunakan untuk menghitung dan merekap pasien rawat inap setiaphari yang diterima dari masing-masing bangsal rawat inap.Kegunaanya antara lain adalah :

  1. Mengetahui jumlah pasien di rawat pada hari yangbersangkutan.
  1. Mengetahui tingkat penggunaan tempat tidur.
  2. Merupakan data dasar mengetahui pasien dirawat padahari yang bersangkutan yang harus dikirim kepadamanajemen Rumah Sakit di bidang perawatan dan unit lainyang membutuhkan.
  • Rekapitulasi Bulanan Rawat Inap

Rekapitulasi bulanan rawat inap adalah formulir yang digunakanuntuk menghitung dan merekap pasien rawat inap selama sebulanyang diterima dari masing-masing bangsal rawat inap.Kegunaannya antara lain adalah :

  1. Mengetahui jumlah pasien dirawat selama periode satubulan dan satu triwulan.
  1. Mengetahui tingkat penggunaan tempat tidur selamaperiode bulanan dan triwulanan.
  2. Merupakan data dasar mengenai pasien rawat inap yangperlu dilaporkan.
  • Laporan Triwulan (RL)

Laporan triwulan digunakan untuk mengetahui pelayanan unitrawat inap, maka data diatas diolah dalam bentuk pemantauanbulanan, triwulan, dan tahunan sesuai dengan kebutuhanmanajemen Rumah Sakit maupun pelaporan kepada DinasKesehatan.Pengelolaan data statistik menggunakan indikator untukmemudahkan penilaian dan pengambilan kebijakan. Beberapa indikator yang digunakan di unit rawat inap antara lain BOR, LOS,TOI, BTO, NDR, dan GDR.

  • Indikator Efisiensi Rawat Inap

Menurut Sudra (2010:42) untuk mengetahui tingkat efisiensi di suatu ruangan rawat inap, perlu adanya suatu indikator untuk mengukur apakah ruangan rawat inap tersebut sudah efisien atau belum. Beberapa indikator efisiensi rawat inap diantaranya adalah :

  • BOR (Bed Occupancy Rate)

Menurut Hatta (2013:232) BOR (Bed Occupancy Rate) merupakan persentase dari penggunaan tempat tidur yang tersedia pada satu periode waktu tertentu. Umumnya semakin besar BOR akan semakin bertambah pemasukan dari rumah sakit.

Sedangkan menurut Sudra (2010:42)BOR (Bed Occupancy Rate) merupakan angka yang menunjukan presentase penggunaan tempat tidur di suatu ruangan rawat inap. Periode penghitungan BOR ditentukan berdasarkan kebijakan intern, misalnya bualanan, triwulan, semester dan tahuanan.

Lingkup penghitungan BOR juga ditentukan berdasarkan kebijakan intern rumah sakit, misalnya BOR per ruangan atau BOR seluruh ruangan rawat inap di suatu rumah sakit.

Untuk menghitung BOR dapat menggunakan rumus :

Keterangan :

         : Jumlah hari perawatan

         : Jumlah tempat tidur

         : Jumlah hari periode tertentu (Ery R, 2009)

Menurut Sudra (2010:44) nilai ideal BOR dikatakan secara statistik semakin tinggi nilai BOR berarti semakin tinggi pula penggunaan tempat tidur yang tersedia untuk perawatan pasien. Namun perlu diperhatikan pula bahwa semakin banyak pasien yang dilayanai berarti semakin sibuk dan semakin berat pula beban kerja petugas kesehatan di unit tersebut. Akibatnya, pasien kurang mendapatkan perhatian yang dibutuhkan dalam proses perawatan. Pada akhirnya, peningkatan BOR yang terlalu tinggi ini justru bisa menurunkan kualitas kinerja tim medis dan menurukan kepuasan serta keselamatan pasien. Di sisi lain, semakin rendah BOR berarti semakin sedikit tempat tidur yang digunakan untuk merawat pasien dibandingkan dengan tempat tidur yang telah disediakan. Dengan kata lain, jumlah pasien yang sedikit ini bisa menimbulkan kesulitan pendapatan ekonomi bagi pihak rumah sakit.

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut maka perlu adanya suatu nilai ideal yang menyeimbangkan suatu kualitas medis, kepuasan pasien, keselamatan pasien, dan aspek pendapatan ekonomi bagi pihak rumah sakit. Maka nilai ideal untuk BOR yang disarankan adalah 75%-85% (Sudra, 2010:44)

  • AvLOS (Average Length of Stay)

Menurut Sudra (2010:45) AvLOS adalah rata-rata jumlah hari pasien rawat inap yang tinggal di suatu ruangan di rumah sakit, tidak termasuk bayi baru lahir. Untuk menghitung AvLOS dapat menggunakan rumus :

Keterangan :

                                  : Jumlah hari perawatan periode tertentu

: Jumlah pasien keluar hidup + mati

  (Ery R, 2009)

Dari aspek medis, semakin lama angka AvLOS maka bisa menunjukan kinerja kualitas medis yang kurang baik karena pasien harus dirawat lebih lama (lama sembuhnya). Dari aspek ekonomis, semakin lama nilai AvLOS berarti semakin tinggi biaya yang nantinya harus dibayar oleh pasien kepada pihak rumah sakit. Jadi diperlukan adanya keseimbangan antara sudut pandang medis dan ekonomis untuk menentukan nilai AvLOS yang ideal. Nilai AvLOS ideal yang disarankan yaitu 3-12 hari (Sudra, 2010:45)

  • TOI (Turn Over Interval)

Menurut Sudra (2010:51) angka TOI menunjukan rata-rata jumlah hari sebuah tempat tidur tidak ditempati untuk perawatan pasien. Hari “Kosong” ini terjadi antara saat tempat tidur ditinggalkan oleh seorang pasien hingga digunakan lagi oleh pasien berikutnya. Untuk menghitung nilai TOI bisa digunakan rumus :

Keterangan :

         : Jumlah hari perawatan

         : Jumlah tempat tidur

         : Jumlah hari periode tertentu

: Jumlah pasien keluar hidup + mati  (Ery R, 2009)

Semakin besar Angka TOI, berarti semakin lama waktu “menganggurnya” tempat tidur tersebut yaitu semakin lama saat dimana sebuah tempat tidur tidak digunakan oleh pasien. Hal ini berarti tempat tidur semakin tidak produktif. Kondisi ini tentu tidak menguntungkan dari segi ekonomi bagi pihak manajemen rumah sakit. Semakin kecil angka TOI, berarti semakin singkat saat tempat tidur menunggu pasien berikutnya. Hal ini bisa berarti tempat tidur bisa sangat produktif, apalagi jika TOI = 0 berarti tempat tidur tidak sempat kosong satu haripun dan segera digunakan lagi oleh pasien berikutnya. Hal ini bisa sangat menguntungkan secara ekonomi bagi pihak manajemen rumah sakit, tapi bisa merugikan pasien karena tempat tidur tidak sempat disiapkan secara baik. Akibatnya, kejadian infeksi nosokomila mungkin saja meningkat, beban kerja tim medis meningkat sehingga kepuasan dan keselamatan pasien terancam. Berkaitan dengan pertimbangan tersebut, maka nilai ideal TOI yang disarankan adalah 1-3 hari (Sudra, 2010:51)

  • BTO (Bed Turn Over)

Menurut Sudra (2010:52) BTO adalah angka yang menunjukan rata-rata jumlah pasien yang menggunakan setiap tempat tidur dalam periode tertentu. Misalnya BTO bulan Januari adalah 4 pasien. Maka berarti dalam bulan Januari tersebut setiap tempat tidur digunakan oleh 4 pasien secara bergantian. Untuk menghitung BTO menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

         : Jumlah tempat tidur

: Jumlah pasien keluar hidup + mati (Ery R, 2009)

Secara  logika, semakin tinggi angka BTO berarti semakin banyak pasien yang menggunakan tempat tidur yang tersedia secara bergantian. Hal ini tentu merupakan kondisi yang menguntungkan bagi pihak rumah sakit karena tempat tidur yang tersedia tidak “menganggur” dan menghasilkan pemasukan untuk pihak rumah sakit. Namun bisa dibayangkan bila dalam satu bulan tempat tidur digunakan oleh 15 pasien, berarti rata-rata setiap pasien menempati tempat tidur tersebut selama 2 hari dan tidak ada hari dimana tempat tidur tersebut kosong. Ini berarti beban kerja tim perawatan sangat tinggi dan tempat tidur tidak sempat dibersihkan karena terus digunakan pasien secara bergantian, kondisi ini mudah menimbulkan ketidakpuasan pasien, bisa mengancam keselamatan pasien, bisa menurunkan kinerja kualitas medis dan bisa meningkatkan kejadian infeksi nosokomial karena tempat tidur tidak sempat dibersihkan atau disterilkan. Jadi dibutuhkan angka BTO yang ideal dari aspek medis, pasien, dan manajemen rumah sakit.

Menurut Hatta (2013:233) indikator BTO berguna untuk melihat berapa kali tempat tidur rumah sakit digunakan. Beberapa formula menggunakan rate dan tidak ada persetujuan umum yang mengatakan bahwa indikator ini tepat untuk mengukur utilitas rumah sakit, tetapi bagaimanapun administrator rumah sakit masih menggunakan karena mereka ingin juga melihat keselarasan dari indikator lainnya yang terkait seperti length of stay dan bed occupancy rate. Ketika occupany rate bertambah dan length of stay memendek maka akan tampak efek dari perubahan atau bed turn over rate.

Nilai ideal BTO yang disarankan yaitu minimal 30 pasien dalam periode 1 tahun (Sudra, 2010:52). Artinya, 1 tempat tidur diharapkan digunakan oleh rata-rata 30 pasien dalam 1 tahun. Berarti 1 pasien rata-rata dirawat selama 12 hari. Hal ini sejalan dengan nilai ideal AvLOS yang disarankan yaitu 3-12 hari.

  • Konsep Grafik Barber Johnson
  • Pengertian

Pada Tahun 1973, Barry Barber, M.A., PhD., Finst P., AFIMA dan David Johnson, M.Sc berusaha merumuskan dan memadukan empat parameter untuk memantau dan menilai tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur di suatu ruangan perawatan pasien. Keempat parameter yang dipadukan tersebut yaitu, BOR, AvLOS, TOI dan BTO. Perpaduan keempat parameter tersebut lalu diwujudkan dalam bentuk grafik yang akhirnya dikenal sebagai grafik Barber Johnson (Sudra 2010:54)

Grafik Barber Johnson merupakan suatu grafik yang secara visual dapat menyajikan dengan jelas tingkat efisiensi pengelolaan rumah sakit. Indikator yang cukup tajam untuk menilai tingkat efisiensi di rumah sakit yang ternyata akan lebih bermanfaat untuk menentukan kebijakan pendayaguaan tempat tidur adalah dengan grafik Barber Johnson.

  • Parameter dan Daerah Efisiensi Dalam Grafik Barber Johnson

Grafik Barber Johnson merupakan suatu indikator yang menggunakan empat parameter yang terdiri dari :

  1. BOR (Bed Ocupanccy Rate), yaitu persentase tempat tidur terisi
  2. AvLOS (Average Length of Stay), yaitu rata-rata lama dirawat
  3. TOI (Turn Over Interval), yaitu rata-rata waktu luang tempat tidur
  4. BTO (Bed Turn Over), yaitu produktivitas tempat tidur

Keempat parameter tersebut tergambar dalam suatu grafik. Dengan grafik Barber Johnson secara visual dapat menyajikan dengan jelas tingkat efisiensi pengelolaan rumah sakit dan perkembangannya dari waktu ke waktu. Grafik Barber Johnson ditampilkan secara periodik tiap tahun atau sesuai kebutuhan.

Menurut Barber dan Johnson apabila titik temu antara keempat parameter (BOR, TOI, AvLOS dan BTO) tergambar di luar daerah ini menunjukan bahwa sistem yang sedang berjalan adalah kurang efisiensi (Sudra, 2010:59)

  • Kegunaan Grafik Barber Johnson

Menurut Sudra (2010:54) grafik Barber Johnson dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk mengukur tingkat efisiensi pengelolaan rumah sakit khususnya pendayagunaan sarana tempat tidur dan dapat digunakan untuk melakukan perbandingan serta membantu dalam menganalisa dan mengambil keputusan mengenai :

  1. Memonitor kegiatan dan perbandingan efisiensi penggunaan tempat tidur dalam kurun waktu tertentu. Perkembangan kegiatan rumah sakit dalam beberapa tahun dapat dilihat pada satu grafik.
  2. Membandingkan tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur dari suatu unit (rumah sakit atau ruang perawatan) dari waktu ke waktu dalam periode tertentu.
  3. Memonitor perkembangan pencapaian target efisiensi penggunaan tempat tidur yang telah ditentukan dalam suatu periode tertentu.
  4. Kesalahan laporan, apabila laporan BOR, AvLOS, TOI, BTO setelah digambarkan dalam grafik Barber Johnson, keempat garis tersebut tidak bertemu dalam satu titik, berarti laporan tersebut tidak benar.
  5. Perbandingan antar rumah sakit

Perbandingan kegiatan antar bagian yang sama di beberapa rumah sakit atau antar bagian di suatu rumah sakit dapat digambarkan dengan satu grafik. Dengan jelas dan mudah dapat diambil kesimpulan, rumah sakit mana atau bagian mana yang pengelolaan rawat inapnya telah efisien.

  1. Meneliti akibat perubahan kebijakan

Grafik Barber Johnson dapat digunakan untuk meneliti suatu kebijakan relokasi tempat tidur atau keputusan memperpendek Length of Stay.

Berdasarkan kegunaan tersebut, maka grafik Barber Johnson harus dibuat oleh setiap rumah sakit sebagai bagian dalam laporan intern rumah sakit, bahkan data BOR diperlukan oleh pihak pemerintah untuk mengetahui seberapa jauh rumah sakit tersebut digunakan oleh masyarakat.

  • Makna Grafik Barber Johnson dan Penerapan Parameter dalam Melakukan Analisa Tingkat Efisiensi Rumah Sakit:

Garis BOR, AvLOS, TOI, dan BTO yang telah dibuat dengan grafik Barber Johnson dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

  1. Parameter BOR

Makin dekat garis BOR dengan sumbu Y (AvLOS) maka persentase BOR makin tinggi. Sebaliknya apabila makin jauh garis BOR dengan sumbu Y maka nilai persentase makin rendah. BOR digunakan sebagai tolak ukur untuk mengetahui seberapa jauh masyarakat menggunakan pelayanan rumah sakit khususnya pelayanan rawat inap. Oleh pemerintah BOR digunakan untuk melakukan perencanaan di bidang pelayanan kesehatan misalnya perencanaan pembangunan rumah sakit. Nilai BOR juga menunjukan secara kasar beban kerja yang dilakukan oleh staf medis rumah sakit.

Menurut Sudra (2010:44) semakin tinggi nilai BOR berarti semakin tinggi pula penggunaan tempat tidur yang tersedia untuk perawatan pasien. Namun perlu diperhatikan pula bahwa semakin banyak pasien yang dilayani berarti semakin sibuk dan semakin berat pula beban kerja petugas kesehatan di unit tersebut. Akibatnya pasien kurang mendapat perhatian yang dibutuhkan dan kemungkinan infeksi nosokomial juga meningkat. Pada akhirnya, peningkatan BOR yang terlalu tinggi ini justru menurunkan kualitas kinerja tim medis dan menurunkan kepuasan serta keselamatan pasien.

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut maka perlu adanya suatu nilai ideal yang menyeimbangkan suatu kualitas medis, kepuasan pasien, keselamatan pasien, dan aspek pendapatan ekonomi bagi pihak rumah sakit. Maka nilai ideal untuk BOR yang disarankan adalah 75%-85% (Sudra, 2010:44)

  1. Parameter AvLOS

Lama perawatan yang dijalani seorang pasien tergantung pada jenis penyakitnya, stadium penyakitnya, mutu pelayanan medis dan keperawatan serta fasilitas pelayanan yang ada di unit rawat inap. Untuk memperpendek rata-rata lama perawatan pasien tidak dapat dilakukan dengan menentukan kebikakan pemulangan pasien lebih cepat dengan tujuan agar secepatnya pula ada pemasukan pasien baru. Karena kebijakan seperti initidak mempertimbangkan nilai TOI yaitu waktu kosong penggunaan tempat tidur. Sebaliknya dengan menahan pasien terlalu lama di rumah sakit akan mengakibatkan pemborosan biaya perawatan.

Menurut Sudra (2010:51) nilai ideal AvLOS adalah antara 3-12 hari. Apabila AvLOS melebihi nilai tersebut kemungkinan bisa disebabkan adanya pasien yang berpenyakit kronis, penurunan kualitas pelayanan keperawatan, dan adanya kelambatan atau penundaan penanganan medis oleh staf medis rumah sakit.

  1. Parameter TOI

Semakin besar angka TOI, berarti semakin lama saat “menganggurnya” tempat tidur yaitu semakin lama saat dimana tempat tidur tidak digunakan oleh pasien. Hal ini berarti tempat tidur semakin tidak produktif (Sudra, 2010:52). TOI yang lama kemungkinan disebabkan karena organisasi yang kurang baik, kurangnya permintaan penggunaan tempat tidur (demand) dan fasilitas penunjang medis yang kurang memadai baik fisik maupun pengaturannya.

Nilai TOI yang tinggi dapat diturunkan dengan memperbaiki sarana dan prasarana di suatu ruangan rawat inap. Maka nilai TOI yang disarankan adalah 1-3 hari (Sudra, 2010:52).

  1. Parameter BTO

Makin dekat garis BTO dengan titik sumbu (0,0), maka jumlah pasien per tempat tidur dalam periode tertentu akan semakin tinggi. Sebaliknya jika garis BTO makin menjauhi titik sumbu (0,0) maka nilai BTO akan semakin kecil. Meningkatnnya nilai BTO mempertinggi nilai produktivitas pelayanan medis, karena semakin banyak pasien yang dirawat tanpa menambah tempat tidur atau memperluas ruangan rawat inap.

Penurunan nilai BTO dapat disebabkan karena nilai AvLOS yang tinggi atau semakin lama waktu rata-rata pasien dirawat. Selain itu juga disebabkan karena nilai TOI atau waktu kosong penggunaan tempat tidur yang terlalu lama.

Maka dari itu, nilai BTO yang disarankan adalah lebih dari 30 pasien per tahun (Sudra, 2010:54).

Tentang Aep Nurul Hidayah https://www.youtube.com/c/aepnurulhidayah

https://www.youtube.com/c/aepnurulhidayah
Pos ini dipublikasikan di Uncategorized. Tandai permalink.

4 Balasan ke STATISTIK RUMAH SAKIT DAN INDIKATOR RUMAH SAKIT.

  1. Estomin Evanglista Sihombing berkata:

    hallo mas
    mohon bantuannya untuk membantu saya mengerjakan laporan

  2. Johanna berkata:

    Ulasannya sangat bermanfaat untuk menambah wawasan pengetahuan ttg pengelolaan rs

  3. Yuyun Ismawati berkata:

    Selamat malam.
    Mas Aep punya data jumlah nakes yang bekerja di RS kah?
    Makasih sebelumnya.

Tinggalkan komentar